Memberanikan diri

627 31 2
                                    

Alif berdiri didepan pintu rumah zeina, pria itu sudah berdiri disana sejak setengah jam yang lalu tanpa melakukan apapun. hatinya masih tidak tenang, ia takut akan langsung diusir ketika ira atau zain melihatnya datang kerumah mereka.

Ceklek..

Bukan hanya alif tapi zain yang membuka pintu rumah juga terkejut melihat seseorang berdiri didepan pintunya dimalam hari.

"Ngapain lo berdiri kayak patung didepan pintu rumah orang?" tanya zain sedikit kesal.

Alif diam. ia sudah mempersiapkan kata-kata memohon agar bisa bertemu dengan zeina tapi entah kenapa rasanya lidahnya sangat kelu ketika hendak membuka suara.

"Gu-gue..

"Gue gak ada waktu buat berurusan sama lo kak jadi mending lo pergi" usir zain.

"Ta-tapi gue mau ketemu zeina, tolong zain. tolong izinkan gue bertemu dia" titahnya dengan wajah memelas. wajah itu bukan lah wajah yang sengaja alif buat-buat, ia benar-benar tulus ingin bertemu zeina.

"Lo mau apa ketemu zeina?"

"Gue mau bicara sama zeina"

Zain mendengus dengan tawa sinis, ia sontak menatap alif dengan wajah datarnya dan juga sorot mata yang tajam.

"Lo mau bicara apa? belum puas lo nyakitin kakak gue?!" sinis zain.

Tatapan alif meredup, sungguh yang dikatakan zain membuat ia ingat akan kesalahannya.

"Lo tau kan zain, gue juga gak tau sama sekali kalo selama ini ibu kalian kerja dirumah gue, dan soal perjodohan itu semua rencana abi gue dan gue baru tau tepat dihari yang sama kayak kalian, gue benar-benar gak tau apapun soal itu zain" lirih alif.

"Gue gak bodoh! gue juga tau kalo lo gak tau soal masalah yang terjadi sama seperti gue dan zeina, tapi disini yang harus lo paham adalah, ibu gue dan gue gak mau lo temui kakak gue lagi, udah cukup semua yang terjadi. biarkan gue sama keluarga gue memulai hidup baru, hidup bahagia"

Alif menunduk, ia tak mau terlihat menangis dihadapan zain.

"Gue gak minta lo berhenti mencintai zeina tapi gue cuma mau lo berhenti ganggu hidup zeina, biarkan kami memulai hidup baru. yang perlu lo sadar sekarang perbedaan keluarga kita terlalu jauh, meskipun zeina mau ibu gue juga gak akan pernah menyetujui lo dan zeina" jelas zain.

"Tapi gue-

"Alif.."

sontak zain dan alif sama-sama menoleh kearah sumber suara, disana zeina yang duduk dikursi roda tengah menatap alif dengan tatapan lirihnya.
sadar akan hal itu zain sontak berdiri didepan alif berusaha menghalangi pandangan kakaknya agar tak terus menatap alif, zain benar-benar takut itu akan mempengaruhi pikiran dan juga hati zeina lagi.

Zeina berusaha bangkit perlahan agar bisa berdiri, melihat itu zain pun berlari mendekat kearah zeina dan membantunya.

"Kamu mau apa sih? jangan berdiri sembarangan!" tegas zain, tapi bisa dilihat bahwa pandangan zeina tak pernah terlepas dari alif begitu pun sebaliknya.

Melihat itu zain lantas menoleh kearah alif dengan wajah marahnya, "Pergi dari sini!" tegasnya sedikit membentak.

Alif yang kala itu sedang melamun menatap zeina pun tersadar, ia lupa bahwa sekarang kondisi zeina sedang tidak baik-baik saja, zeina pasti akan syok jika melihatnya.
Alif pun berbalik hendak pergi namun..

"JANGAN PERGI!"

Sontak alif menghentikan langkahnya, ia kembali menoleh kearah zeina yang baru saja menghalanginya pergi, alif jelas mendengar itu bahkan zain sendiri terkejut.

Teruntuk Dia (END)Where stories live. Discover now