Arga Cemburu 1

96 40 2
                                    

Aku ikut dibarisan pengiring pengantin, aku dan kak Bima berada dibelakang mama dan papa, langkah kami pelan, mengikuti langkah pengantin yang berada dibarisan terdepan.

Setelah serangkaian upacara adat selesai, akhirnya barisan bubar meninggalkan pengantin dan orangtua dari kedua belah pihak yang naik keatas pelaminan. Dilanjutkan dengan tari sambutan dari penari-penari profesional.

"Hebat ya kak, piringnya gak jatuh!" seruku ke kak Bima sambil terus melihat lenggak lenggok penari-penari didepanku ini.

"Di lem kayanya," jawab kak Bima sambil celingak celinguk.

"Nyari siapa sih?" tanyaku kepo.

"Cari tempat duduk kita, laper kakak tadi nggak sempat sarapan."

Kak Bima langsung menarik tanganku ke arah kursi VIP, tempat makan keluarga yang terpisah dari tamu-tamu.

Aku dan kak Bima duduk di meja terdepan, dari sini aku bisa melihat kesemua arah, ke pelaminan, ke tempat host dan musik, juga tamu-tamu yang sedang menikmati hidangan pesta ini.

"Kak Bima jangan buru-buru nikah ya, nanti aku iseng dirumah," kataku manja, sambil mendekatkan kursiku ke kursinya, jadi aku bisa bersandar dipundak kak Bima sambil mainin kuku tanganku.

"Alig, kakak masih semester tiga, mau ngempanin anak orang pake materi kuliah?" jawab kak Arya santai, sambil makan zupa soup yang tadi diambilnya.

Terdengar host memulai acara, dimulai dari kata sambutan dari keluarga mempelai wanita dan mempelai pria.

Setelah itu host mempersilahkan tamu-tamu yang disebutkan namanya naik ke pelaminan untuk berfoto dengan kedua mempelai.

Kuperhatikan satu-satu tamu itu, tamu-tamu penting dari rekan bisnis papa, dan juga dari keluarga kak Inge, yang sekarang sudah jadi kakak iparku. Sampai sudah terpanggil semua dan acara berganti dengan musik pengiring pesta.

"Ada request nih dari mempelai pria, untuk Tatiana diminta menyumbang satu lagu sebagai kado pengantin," kata host tiba-tiba, aku langsung pelototi kak Arya, dia dan kak Inge cuma nyengir-nyegir kuda.

"Ayo maju sana!" desak kak Bima.

"Nggak ahh malu," jawabku.

"Ngapain malu, suara kamu bagus, kalo jelek kak Arya gak bakal nyuruh kamu nyanyi, bikin rusak suasana pesta nanti hahaha," aku langsung nyubit pinggangnya.

"Makanya maju sana, kalo malu sama orang lain, kamu liat kakak aja, anggap kakak kaca dikamar mandimu," ledeknya.

Aku memang sering nyanyi-nyanyi didepan kaca kamar mandiku sambil ngeringin rambut, dan hair dryer sebagai mic nya hehe.

Aku langsung maju, kubisikkan DJ lagu pilihanku dan dia mengangguk. Kualihkan pandanganku ke pelaminan, dari tempat musik ini kurang terlihat jelas pengantennya, jadi aku balik ngeliat kak Bima, yang sedang tersenyum mendukungku.

Dan aku, mulai menyanyikan lagunya Anji yang berjudul DIA.

Setelah selesai, kembali aku duduk disebelah kak Bima, langsung kupeluk dia dan ngumpetin mukaku didadanya.

"Iihhh malu aku tuhh ... " erangku sambil ngentakin kakiku kelantai.

Kak Bima langsung ketawa liat tingkahku, dia mengecup sayang ujung kepalaku.

"Awas yaa kalo kak Bima buru-buru nikah!"
ancamku.

"Kakak Nggak akan nikah sebelum kamu nikah, puas?"

Aku langsung menatapnya,

"Janji!" kataku sambil ngancungin jari kelingkingku.

"Iya janji!" balas kak Bima nyambut jari kelingkingku, kami pun langsung tertawa.

ArganaDonde viven las historias. Descúbrelo ahora