01. Hilang Sandal

2K 137 0
                                    

Bismillah

Koreksi typo

Selamat membaca :)

***

Rama bersiul-siul ria menuruni undakan tangga, jemari tangannya bergerak memutari kunci sepeda motornya. Rama menuju ruang makan di mana anggota keluarganya sudah berkumpul dan sarapan bersama.

Bunda yang lebih dulu menyadari keberadaan putra tengahnya, tersenyum menyapa sang putra.
"Pagi abang Rama ganteng, ayo sarapan dulu sayang."ajak bunda.

Rama mendekati bunda, merangkul bahunya dan memberikan kecupan ringan di pipi bunda."Pagi juga Bidadari cantik." balas Rama dan tak lupa memberikan kedipan mata.

Ayah yang melihat langsung saja memberikan dehaman keras.
"Ekhem, jangan lupa bunda bidadari ayah. Duduk Ram, sarapan." ujar ayah dengan nada datar.

Rama tertawa geli karena berhasil membuat sang ayah cemburu, "Cieeeeee ... Cemburu." goda Rama, Fatih yang memperhatikan pun ikut tertawa karenanya.

Bunda memukul pelan lengan Rama di dekatnya,"Abang jangan gitu ah." ucap bunda gemas, malu juga rasanya."Duduk bang."suruh bunda.

Rama mengangguk, menarik kursi dan duduk di kursinya di samping Fatih. Rama mengambil piring dan mengisinya dengan nasi goreng dan telur mata sapi, selanjutnya ia makan dalam diam.

"Yah, bun. Abang duluan ya."

"Eh Cepat banget bang, tumben enggak siangan."

"Sengaja bun, Ram, abang duluan ya."

Rama yang masih menyantap makanan mengangguk tanpa suara."Iya bang." ucap Rama setelah menelan makanannya di dalam mulut dengan lancar.

"Pamit ya, Yah."

"Hati-hati di jalan."

Fatih mengangguk, setelah menyalimi ayah, ia beralih pada bunda.
"Hati-hati di jalan yah. Jangan ngebut bawa mobilnya."kata Bunda.

"Iya bunda sayang. Assalamualaikum."

"Wa'alaikumussalam."

Setelah kepergian Fatih, Rama menghabiskan saparannya dengan cepat. Rama meminum air hingga tandas lalu beranjak bangun dari kursi yang di duduki.

Rama mengambil jaket yang tersampir di kursi,"Ayah, bunda. Abang juga pamit yah."katanya kemudian. Rama mendekati ayah dan menyelami punggung tangan kanan ayah.

"Buru-buru banget bang."

"Biasa."

Ayah hanya mengangguk mendengar jawaban singkat dari Rama. Selanjutnya Rama mendekati bunda dan berpamitan pada bunda.

"Abang berangkat kerja ya, bun."

"Kalian ini buru-buru banget sih hari ini, heran deh. Hati-hati di jalan, jangan ngebut bawa motornya."

Rama mengangguk, memberikan kecupan perpisahan dan berpamitan untuk terakhir kali. "Enggak ngebut bun, paling terbang. Hahaha ... " Rama langsung menghindari bunda melihat raut wajah bunda yang berubah. Rama sudah hapal dengan kebiasaan bunda.

"Abang jangan kabur!"

Rama tertawa, ia bergerak cepat menghindari bunda yang akan mengejarnya. "Jangan marah-marah bunda sayang, nanti keriputnya makin banyak, hahaha ... Assalamualaikum." ujar Rama lalu menghilang dari pandangan bunda.

Ayah geleng-geleng kepala melihat istri dan anaknya, selalu saja seperti ini. Namun begitu, rumah ini terasa lebih berwarna.

"Rama kelakuannya mirip ayah banget sih?!" kesal bunda menghempaskan kain lap dengan kasar.

ZARAMA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang