15. Kekhawatiran Ummi

870 86 5
                                    

Bismillah

Koreksi typo

Selamat membaca :)

***

Di ruang tengah Ummi terlihat sedang mendata pembukuan pesanan kue, ada Zahra yang sedang melipat pakaian juga Alisya yang sibuk mengerjakan tugas sekolah, di sela itu Alisya sesekali melihat ke layar televisi yang menyala.

"Alisya ngerjain pr jangan nonton mulu, nanti habis selesai tugasnya baru nonton."

"Iya ummi, ini sambil ngerjain kok. Lagian ini tinggal dikit lagi, mi."

Ummi menggeleng kecil menatap putri bungsunya, "Cepet selesaikan, sudah larut. Kamu harus tidur biar gak telat bangun besok pagi." kata Ummi lagi. Tak ada balasan dari Alisya selain anggukan kepala.

"Zahra ini pesenan untuk minggu depan kosong kan, nak?" tanya Ummi kepada Zahra.

Zahra melihat Ummi dan memberikan anggukan kepala. "Iya mi, belum ada yang pesen lagi. Nanti kalau ada Zahra kasih tahu ummi." jawab Zahra.

"Zahra tadi nak Angga telepon Ummi."

Mendengar Ummi bicara yang menyebutkan nama seorang pria yang beberapa hari lalu melamarnya seketika membuat Zahra menghentikan aktivitasnya. Namun urung memberikan tanggapan.

"Ummi, kak Zahra. Alisya balik ke kamar ya."

"Udah selesai pr nya?"

Alisya mengangguk sekali dan membereskan buku juga alat tulisnya lalu melangkah cepat memasuki kamar.

"Nanyain kabar kamu dan kepastian dari lamarannya." Ummi menatap Zahra sebentar sebelum melanjutkan. "Ini sudah lewat berapa hari, kamu masih belum punya jawabannya nak? Jangan gantungkan perasaan orang Zahra. Kapan kamu akan beri Angga jawaban atas lamarannya?" sambung Ummi setelahnya.

Zahra masih diam, dia tidak tahu harus menanggapi seperti apa. Zahra bimbang mengenai perasaannya.

"Ummi tuh khawatir setiap kamu pulang kerja malem-malem. Di jalan banyak orang jahat."

Zahra menatap Ummi sebentar yang tiba-tiba mengubah topik pembicaraan. "Zahra bisa jaga diri kok, ummi gak perlu khawatir berlebihan." kata Zahra menyunggingkan senyuman menenangkan.

Ummi berdecak menatap putrinya. "Ummi tahu kamu bisa jaga diri. Tapi apa orang di luar sana peduli? Kamu anak gadis ummi. Zahra kejadian bulan lalu masih menyisakan trauma di Ummi. Ummi takut kalau kamu kenapa-napa beruntung saat itu ada nak Rama yang menolong kamu." kata Ummi panjang lebar.

"Abi sudah gak bersama kita Zahra, cuma kamu dan Alisya yang ummi punya sekarang." lanjut ummi dengan gerak bibir yang bergetar.

Zahra diam mendengar rentetan kata yang menjadi keluh-kesah Ummi. Suasana hatinya pun ikut berubah kala sang ummi menyebutkan sang Abi. Zahra jadi merindukan Abi-nya. Abi yang selalu menjaga dan melindungi keluarganya.

Zahra menarik napas dalam dan duduk lebih dekat dengan Ummi.  Meski kepergian sang Abi sudah begitu lama namun tetap saja ketika ada yang mengungkit tentang mendiang Abi, rasa sesak itu masih ada.

"Ummi, makasih karena udah khawatir dengan Zahra dan Alisya. InsyaAllah, Zahra bisa jaga diri dengan baik. Zahra percaya Allah selalu bersama dengan Zahra kemana pun Zahra melangkah. Juga dengan Abi yang selalu menemani Zahra." ujar Zahra menatap Ummi sendu.

Kemana pun kita melangkah pergi pasti akan ada orang yang baik dan juga buruk, bukan buruk sebenarnya namun hanya niat dan perlakuannya saja yang buruk di pandang mata manusia. Setiap manusia memiliki sisi baik dalam dirinya tetapi terkadang jalan hidup yang memaksa untuk berlawanan arah.

ZARAMA [SELESAI]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt