CHAPTER 49.1 : Ini Hampir Berakhir

23 5 1
                                    


[Sudut Pandang Vey]

Ini kesempatan terakhir. Jika percobaan ini gagal, maka aku akan kalah. Aku akan terbunuh. Hidupku akan berakhir.

Aku akan menggunakan skill kemalasan untuk melemahkan anak itu. Kemudian mengatur jarak dengan skill pergerakan bayangan. Lalu kembali dan menyerang dia dalam kondisinya yang lemah.

Karena aku menggunakan skill akselerasi pikiran. Transkripsinya bisa berjalan cepat. Sangat cepat, lebih cepat dari kecepatan biasa. Dengan skill ini, seharusnya sempat. Aku bisa memikirkan banyak hal dalam waktu singkat. Aku tidak mungkin kalah cepat dengan tebasan dan gerakan anak itu.

.
.
.

"Tuan angin." Itu adalah rapalan teknik. Akram merapal, dia melakukan parole untuk mengaktifkan teknik. Jaraknya masih jauh dengan Vey saat ini. Vey juga tidak menyadari Akram yang sudah membidik dari kejauhan.

"Teknik tebasan nomor sembilan, tebasan angin!"

Angin, sekilas, menebas. Rasanya, aku seperti menerima hembusan angin yang halus. Tapi, saat aku perhatikan sekali lagi, tubuhku telah terpotong menjadi beberapa bagian. Kedua tanganku putus, mereka menjauh ke kanan dan ke kiri. Aku bisa melihatnya, ketika dua kaki dan dua tanganku, mereka menjauh dari penglihatan. Ah, aku kurang mengerti. Seharusnya, rencananya sudah sempurna. Tapi kenapa aku bisa begini? Kepalaku sudah terpisah dengan leher. Tidak ada kesempatan untuk regenerasi. Kenapa bisa jadi begini? Setidaknya, sebelum mati, aku ingin mengerti.

Aku melihat masa lalu tentang lingkungan di mana aku hidup.

Oh, aku paham. Anak itu, dia sangat diberkati oleh dunia ini. Dia diberkati, dia diharapkan, Aku merasa iri. Seandainya aku lahir dari lingkungan yang baik. Mungkin saja aku, akan diberkati seperti dirinya. Tapi ya, takdir mana bisa diubah. Karena itu setidaknya, aku harap, pada kematian yang hanya sekali ini. Kuharap aku diberkati.

[AMBANG PENGALAMAN TELAH DICAPAI]
[MENDAPATKAN UNSUR KEMALASAN]
<Unsur Kemalasan Sudah Tersimpan>

__________

Alvin dan Syifa masih diam di tempat. Kesempatan luang yang mereka dapatkan, saat ini dimanfaatkan untuk mengumpulkan tenaga. Akram membuat Vey bergerak jauh. Tidak bisa mereka kejar dengan kecepatannya yang tidak sebanding. Bahkan saat ini, mereka berdua tidak tahu bagaimana keadaan Akram dan Vey.

Hingga tiba-tiba, dari balik pepohonan lebat yang gelap. Mereka mendengar langkah. Langkah pelan dan mengeluarkan aura besar. Aura intimidasi dan amarah yang mempengaruhi perasaan mereka saat ini. Itu membuat lemas, tidak sanggup berdiri karenanya.

"Sesuatu datang," kata Alvin waspada sambil membentuk beberapa transkripsi sihir. Lingkaran sihir api yang merah, beberapa sudah terbentuk di sekitar tubuhnya. Itu adalah bentuk pertahanan dan waspada.

Hingga, sosok dengan aura mengintimidasi muncul di hadapan mereka. Sosok laki-laki dalam pengaruh skill amarah. Membawa samurai panjang di pinggangnya, senjata itu masih terbungkus rapi dan rapat. Dirinya mengenakan haori hijau yang panjangl. Dilihat bagaimanapun juga, mereka sadar. Itu adalah Akram. Akram yang membantu mereka melawan Vey barusan. Dia kembali.

"Akram! Kau berhasil???" Alvin mencurahkan semua rasa penasarannya. Dia menanyakan itu dengan wajah berbinar. Sangat senang mengetahui Akram selamat.

Tapi, Akram tidak memberikan respon apapun. Dia diam, tidak menjawab, kemudian membentuk kuda-kuda. Kuda-kuda yang ia lakukan sekarang, adalah posisi sebelum menarik samurai dari pinggangnya.

DREAMER (Volume 1) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang