Cerita 16_Hermione Granger and Malfoy's Family Ring_Chapter 2

1.5K 192 16
                                    

"Hati-hati, Granger."

Ia melepas lengan Hermione dan langsung menuju ke kursi utama di ruangan tersebut.

Hermione membersihkan tenggorokannya beberapa kali. Memakai kembali sepatu miliknya sebelum duduk tak jauh dari kursi Draco. Melaksanakan tugas sebagai sekertaris yang baik meskipun jantungnya sedang tidak baik-baik saja.

Lain Hermione, lain pula dengan Draco. Sekeras apapun ia mencoba untuk berkonsentrasi dengan laporan dari para dewan direksi, sebelum kemudian ia sendiri yang melaporkan pada dewan komisaris, Draco masih berusaha menahan tangannya yang bergetar. Tidak pernah disangka, kejadian yang hanya berlangsung sekian detik berhasil menguasai segenap pikiran Draco.

Wajah Hermione yang memerah, degup jantung wanita itu yang mampu ia rasakan dengan begitu jelas. Terang saja menguasai segala benak Draco. Bahkan ia bersumpah atas nama Abraxas yang telah mati puluhan tahun silam, ia tidak dapat membedakan degup jantung siapa yang paling kencang bertalu.

Entah degup jantung Hermione, atau degup jantungnya sendiri.

"Mr. Malfoy?"

"Mr. Malfoy?"

"Mr. Malfoy?"

Hermione mengangkat kepala. Ia melihat Draco yang sama sekali tidak bergerak dari tempatnya duduk. Menunduk dan bahkan tidak menyahuti panggilan. Wanita itu menggeser kursinya. Ia menepuk pundak Draco cukup keras. Menggunakan isyarat, ia mengarahkan Draco pada seorang pria yang sedari tadi memanggil-manggilnya.

"Apa Anda sedang tidak enak badan, Mr. Malfoy?" tanya pria dengan rambut klimis. Senyum di bibirnya mengembang, meksipun cukup jelas ia tengah memendam kesal.

"Tidak," Draco menarik napas panjang. "Mari kita lanjutkan dengan pertanyaan Mr. Snow."

Draco berusaha untuk kembali ke tugasnya sejak awal. Memimpin rapat bersama dewan direksi dan komisaris mengenai kemajuan Malfoy Inc. Meskipun tentu saja kepalanya ingin sesering mungkin menoleh ke arah samping. Tempat Hermione duduk tak jauh darinya.

"Aku menyesal tidak menyaksikan kekacauan yang kau buat tadi, Drake."

Draco mendengkus begitu Blaise Zabini tiba di ruangannya. Tepat selepas ia sampai dengan perasaan tak keruan dari ruang rapat. Terutama karena Hermione Granger, pelaku yang membuat perasaannya tak keruan, justru bersikap biasa saja. Well, lagipula memang benar bahwa Hermione Granger "harus bersikap sewajarnya".

"Apa itu kalimat pertama yang ingin kau katakan setelah menghabiskan uangku, Blaise?"

"Itu hakku karena kau menyuruh pria kesepian sepertiku menghabiskan tiga malam di Norwegia," Blaise membanting amplop berwarna cokelat ke satu-satunya meja terbesar di ruangan tersebut. "Lain kali, tugaskan aku di tempat dengan banyak wanita cantik, Drake."

Draco hanya memutar mata malas. Sementara Blaise menyeduh kopi yang aromanya langsung tercium, pria berambut pirang itu sibuk memeriksa amplop cokelat tadi.

"Pada dasarnya yang kulakukan tiga hari hanya membuang waktu saja."

"Aku tahu, orang tua itu pasti sudah tidak ada."

Blaise meletakkan satu cangkir di meja Draco. "Lebih tepatnya kau mengusirku tiga hari untuk menemukan orang tua yang telah meninggal lebih dari 9 abad lamanya!"

"Aku hanya ingin memastikan saja, Zabini."

"Memastikan? Tentang apa? Jika itu tentang cincin bertuah keluargamu yang bersinar karena dipegang Granger, lebih baik kau menyerah."

"Aku tidak percaya Mother memercayaimu,"

Blaise menyesap kopinya dengan tenang. Dari tempatnya duduk, ia bisa melihat wajah Draco kembali gusar. Sama seperti tiga hari lalu sebelum pria yang sayang sekali adalah sahabat merangkap "boss"-nya tersebut mengusirnya ke Norwegia. Mencari seorang yang bernama Nuwa, tangan pertama yang tahu cincin bertuah yang diwariskan kepada para wanita keluarga Malfoy.

DRAMIONE ONESHOT #BOOK1Where stories live. Discover now