Cerita 17_Something About Fate #1

1.5K 139 15
                                    

Semuanya berawal dari gagasan super konyol kementrian sihir.

Di sini, Hermione berdiri dengan terpaku. Sementara di sekelilingnya, semua orang berlomba menahan napas. Tak dapat membayangkan bahwa sesuatu yang sedikit―menyeramkan, jika boleh dibilang begitu, akan terjadi. Di suatu masa ketika Perang Sihir sudah berakhir. Dan, semua orang mengharapkan akhir bahagia.

Namun, tidak dengan Hermione Granger. Miss Know-It-All, Penyihir Paling Pintar di Masanya, Kawan The Chosen One, tengah berada di gerbang peperangannya sendiri. Ya, itulah ia. Berperang dengan sesuatu yang disebut benang takdir, dan sosok yang terikat takdir dengannya. Pria yang berdiri beberapa meter di depannya.

"Harry," bisik Ginny seraya mencengkeram lengan pemuda berkaca mata bulat di sampingnya.

Harry Potter, The Chosen One, memberikan ekspresi serupa. Ekspresinya mengeras dan sama-sama mencemaskan benang takdir di antara dua orang itu. Ia menoleh ke podium, menemukan mata Menteri Sihir, Kingsley Shacklebolt yang juga tengah menatapnya. Ada kengerian di sana. Sama seperti mata Harry.

Kingsley menjadi penanggungjawab acara ini. Sebuah langkah besar yang dilakukan kementrian sihir untuk menjaga populasi masyarakat sihir tetap terjaga. Menggunakan benang takdir untuk memutuskan penyihir yang telah cukup umur menemukan pasangan masing-masing. Namun, ia tidak pernah mengira hal seperti ini akan terjadi.

Terutama dengan kenyataan bahwa benang takdir Hermione Granger dan Draco Malfoy saling terhubung.

"Silakan kembali berbaris dengan pasangan masing-masing," perintah Kingsley dengan tenang. Atau mencoba cukup tenang selepas menyaksikan 'kegilaan' benang takdir.

Semua orang berbaris dengan tenang, walaupun Hermione dan Draco membutuhkan sedikit waktu untuk mengikuti arahan menteri sihir tersebut. Sejenak, Hermione melirik Ron yang berdiri di samping Padma Patil, Harry dan Ginny, juga Neville yang sudah menggandeng tangan Hannah Abbott. Sementara berdiri di sampingnya, sosok pria yang kini hanya memandang jauh ke depan. Dengan wajah dingin dan ekspresi tak terbaca seperti biasa. Hermione tidak mengharap lebih, kecuali mantra untuk mematahkan benang takdir ini.

"Kita akan mencari cara untuk melepaskan sihir ini, Granger," ucap Draco pelan tanpa menatap Hermione.

"Kau terlihat tidak menginginkannya, Malfoy."

"Sama sepertimu."

Hermione mengembuskan napas dalam. Ya, Draco benar. Ia sama sekali tidak menginginkan benang takdir ini akan mengikatnya dengan Draco. Sebelum bertandang ke kementrian, ia dan Ron sudah merencanakan segala sesuatu dengan menyenangkan. Atau begitulah yang diyakini Hermione ketika ia mampir ke The Burrow. Menemui Molly yang bahkan sudah berbicara mengenai dekorasi di halaman belakang untuk pernikahan putra-putrinya.

"Kita bisa menemui Kingsley setelah ini."

"Jangan mengaturku, Granger."

Hermione kembali memerhatikan Kingsley yang tengah berbicara di podium. Menyatakan bahwa benang berwarna merah itu akan menjelma menjadi cincin di masing-masing jari manis mereka. Dan, ya, Hermione perlahan memerhatikan bagaimana benang merah yang menghubungkannya dengan Draco mulai berubah bentuk. Melingkar perlahan di jari manisnya. Berubah menjadi cincin perak tanpa ukiran.

Ia melirik ke samping. Menemukan Draco yang berusaha melepas cincin tersebut. Hermione melakukan hal serupa. Namun, seperti Draco yang mendapat kegagalan, ia pun begitu. Cincin itu tidak terlepas dan justru kian terpasang kuat.

"Aku tidak percaya kau ditakdirkan dengan Malfoy!" desis Harry begitu acara selesai.

Hermione hanya mendesah. "Well, kurasa hanya aku yang bermasalah di sini," ucapnya seraya melirik Ron dan Padma Patil yang tengah mengobrol dengan santai tak jauh dari mereka.

DRAMIONE ONESHOT #BOOK1Where stories live. Discover now