06

1.1K 72 5
                                    

Vote dan coment-!

Saya yakin kalian bisa menghargai seseorang

Happy reading

°

°

°

Geha menghentak-hentakkan kedua kakinya, gadis itu sangat kesal. Dosa apa yang ia perbuat sampai bisa menikah dengan seorang laki-laki miskin, pelit bin medit.

Geha duduk di trotoar, bahkan dirinya tak tahu ini daerah mana. Geha meneliti penampilannya yang sudah seperti gembel. Perutnya juga sudah berontak.

Mata Geha menatap dua orang kekasih yang sedang makan bakso di seberang jalan dan dirinya hanya bisa menelan ludah. Kakinya juga sudah lelah berjalan sangat jauh.

" Dek, malam-malam ngapain masih disini? "

Geha terkejut, lalu menatap seorang ibu-ibu yang barusan bertanya.

" Apa adek tersesat? Biasanya teman-teman adek jam segini sudah pulang semua. Ini dek saya punya rejeki," ibu-ibu itu memberikan uang sepuluh ribu keatas pangkuan Geha dan selepas itu beliau pergi.

Geha melirik uang yang ada di pangkuannya. Gadis itu menggenggamnya.

" Padahal gua anak orang kaya tapi disangka pengemis. Uang segini dapet bakso gak ya? "

Geha menghampiri pedagang bakso. Tetapi dirinya ditolak mentah-mentah karena uangnya tak cukup.

Rasanya ingin menangis, baru beberapa jam gadis itu hidup serumah dengan Abim tapi sudah seperti gembel.

" Kalau udah tau ini daerah mana, gua dari tadi udah pulang ke rumah mama. "

" Gua laper, gua haus, gua capek pengen istirahat! "

Geha menendang batu kecil di depannya.

" GUA BENCI DIRGA! hiks, " Geha tak memperdulikan sekitar, mungkin dirinya sudah di anggap gila.

" Gua gak bisa hidup susah! Gua terlahir dalam keluarga kaya supaya hidup gua nyaman! "

Geha duduk lesehan di depan toko yang sedang tutup. Dirinya frustasi dan ia yakin lama-lama bisa gila kalau tidak shopping-shopping.

" Gua gak mau hidup susah, hiks. G-gua gak bisa hidup tanpa shopping, gak bisa makan tahu tempe! Itu bukan selera Gege! Mama, bawa Gege pulang! Gege gak mau serumah sama cowok pelit! Hiks. "

Gadis itu menekuk lututnya lalu menarik rambutnya frustasi sembari menangis.

" Bangun! "

" Bangun ge! " Abim menarik tangan Geha lalu menatap wajah gadis itu.

" Apa? Lo bahagia liat gua kek gembel gini? Hati Lo pasti bersorak kesenengan bisa bikin gua gini? Udahlah dir, mending sekarang Lo cerain gua! "

" Pulang! " Abim menarik paksa Geha.

" Gua gak mau! "

" Pulang atau Lo tau sendiri yang bakal gua lakuin! "

***

" Kenapa lagi Lo? "

Abim melirik Geha yang sedang memeluk badannya sendiri didepan pintu, gadis itu enggan tiduran diatas kasur.

" Lo sakit ya? "

" Jawab ge! Punya mulut gak sih? "

" Apaan sih bim? kalau gua mati, Lo gausah khawatir! "

" Lo bicara apasih ge? "

Geha semakin mengeratkan tangannya, rasa dingin kembali menyelimuti badannya, gadis itu menggemeretakkan gigi, perutnya juga keroncongan sekaligus panas. Baru kali ini dia tidak makan sesuai jadwal.

Stingy for shopaholic (LENGKAP ✅) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang