[10] Perkara Jomblo

987 189 10
                                    

Akhir pekan kembali tiba

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Akhir pekan kembali tiba. Hari yang selalu di nantikan oleh Lia, Jeno dan Haechan karena bisa beristirahat sejenak dari sibuknya dunia. Biasanya di akhir pekan mereka selalu berkumpul di rumah Lia sejak pagi.

Rumah Lia memang selalu berisik jika akhir pekan. Karena di sana bukan hanya ada 1 anak kecil, melainkan 3. Ah, mungkin 4. Karena Kalila dan Jeno selalu saja bertengkar seperti anak kecil.

Jeno dan Haechan selalu berisik apabila jika sudah bermain dengan Alea. Mereka seperti dalam koneksi yang sama. Jeno dan Haechan itu jahil, mereka sering kali melakukan hal-hal konyol pada Alea. Jika Alea sudah menangis, barulah mereka menyerahkannya pada Lia.

Ada beberapa waktu dimana Alea tidak bisa berhenti menangis dan Lia tidak mengerti. Pada saat itu Lia sering merasa kewalahan.

Untunglah Lia mempunyai Kalila sekarang. Karena gadis itu benar-benar tahu segalanya dan pandai mengurus anak.

"Alee, udahan nangisnya ya? Chan suka panik kalo kamu nangis histeris gini."

"Kalian ngerjain Ale lagi ya?" Tanya Lia begitu ia keluar dari kamarnya.

"Nggak, nggak. Tadi tiba-tiba dia nangis aja padahal lagi anteng maen tadi."

Pada saat itu Kalila yang sedari tadi sibuk di dapur menghampiri Alea, dia langsung memeriksa popoknya, "Susah ya, Ale?"

Kalila tersenyum pada Ale, kemudian mengangkatnya dari kursi dan menidurkannya dalam posisi terlentang.

Kalila kemudian mulai memijat lembut perut Ale.

"Ale kenapa, Kal?" Tanya Lia panik.

"Gak apa-apa, kak. Dia cuma sembelit."

Perlahan-lahan tangis Ale mulai reda. Apalagi setelah memijat perutnya, Kalila juga menekuk kedua paha Ale ke arah perut dan membuat kakinya seperti sedang menggowes sepeda. Membuat Ale merasa lebih baik.

"Nah, sekarang gak susah kan, Ale?"

Alea tertawa dan kembali ceria karena rasa yang tidak nyaman itu akhirnya hilang.

"Kak, kayanya kita perlu ganti susu formula deh. Soalnya abis pake merk yang itu Ale jadi sering sembelit."

"Beneran? Kalo gitu harus secepetnya ganti."

Tiba-tiba Haechan bertepuk tangan, "Hebat! Hebat! Lo beneran hebat, Kal!"

"Jangan mulai!" Kalila sewot.

"Gue beneran muji lo ini. Lo kok bisa tau banget tentang ngurus anak. Tadi juga lo langsung meriksa popoknya dan tebakan lo bener. Ngaku lo! Lo sebenernya udah nikah dan punya anak kan?!"

"Jangan ngaco! Emangnya gue keliatan udah nikah? Lo aja yang lebih tua dari gue masih betah jomblo."

"Gue lagi kan yang kena?"

"Emang lo yang bermasalah!"

"Tapi Haechan bener, Kal. Lo kaya berpengalaman banget gitu."

"Dulu tetangga gue punya anak kak, terus mereka sibuk kerja. Makanya sering di titipin ke gue, ya gitu jadi gue banyak tau soal ngurus anak, belajar dari Ibu juga sih."

"Nah itu baru masuk akal sih. Soalnya mana ada yang mau nikah sama cewek bar-bar?"

Kalila mengutuk Jeno dengan pandangannya.

"Jeno bener, Kal. Lo tuh udah kelakuan bar-bar, galak, pemarah, baju pun gak pernah mencerminkan seorang wanita. Gue jadi kasian."

"Kasian, tapi lo hina."

"Gue gak hina lo. Gue cuma mau lo di lirik cowok." Haechan mendramatisir, "Coba deh, lo cobain pake baju-bajunya Lia. Siapa tau kan kelakuan lo juga berubah jadi anggun."

"Iya, Kal. Atau kalo mau kita bisa shopping beli baju baru."

Kalila menghela nafas, "Kalo gue pake baju-baju kayak kak Lia biar di lirik cowok, berarti nanti cowok itu bukan ketemu gue tapi orang lain."

"Kalo gue berubah buat bisa dicintai, itu namanya penipuan." Lanjutnya.

"Kenapa penipuan?" Tanya Haechan.

Kalila berdecak, "Lo tuh emang bego kayaknya. Kalo gue sendiri aja gak bisa mencintai diri gue, gimana bisa gue dicintai orang lain. Kalo pun ada yang mencintai diri gue yang berubah ya berarti gue udah nipu dia."

"Gue suka diri gue apa adanya, meskipun gue kaya gini, meskipun orang gak anggap gue cantik, gak apa-apa asal gue cinta diri gue." Kalila mengedikkan bahunya, "Yah meskipun bayarannya gak akan ada yang mau sama gue."

"Lagian gak berpasangan gak akan bikin lo mati lebih muda kan?"

Haechan kembali bertepuk tangan, "Gue suka gaya lo. Sekarang gimana kalo lo join klub gue?"

"Klub?"

Haechan mengangguk, "Klub ikatan jomblo keren dan abadi."

Kalila dan Lia menggulirkan matanya malas.

"Lo dan semua tentang lo emang gak ada yang bener! Mana ada yang mau join klub kaya gitu?"

"Kenapa? Saat ini udah ada satu kok member tetapnya."

"Iya. Lo kan?"

"Gue bukan member. Gue ketuanya."

"Terus siapa? Jangan bilang-"

Haechan menyela, "Bener. Gue perkenalkan member tetap gue. Jeno Lee! Ayo kasih tepuk tangan dong."

Jeno langsung melempar bantal sekuat tenaga pada Haechan, "Jangan ngaco! Sejak kapan gue masuk klub aneh lo."

"Emang gak tertulis secara langsung. Tapi lo masuk kriterianya."

"Cowok gak jelas ini sama kayak lo? Gak pernah ada yang mau? Pantes sih."

Sebenarnya Kalila penasaran. Jujur meskipun kekanak-kanakan dan menyebalkan, Jeno itu tampan, mempunyai proporsi badan yang bagus, ia juga sepertinya mempunyai banyak uang. Benar-benar lelaki yang sempurna. Tidak mungkin kan jika tidak ada gadis yang mau pada lelaki sesempurna Jeno?

"Bukan gak ada yang mau. Jeno kan masih belum ngelupain-" Haechan tidak meneruskan kalimatnya saat Jeno memukul lehernya dengan sisi telapak tangannya. Cara tercepat Jeno untuk membuat lelaki itu diam.

"Lo ngomong sekali lagi, gue musnahin juga sekalian."

Kalila diam-diam melirik Lia yang sedang menatap Jeno dengan pandangan yang sulit di terka. Sepertinya benar-benar ada sesuatu diantara keduanya.

 Sepertinya benar-benar ada sesuatu diantara keduanya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Find Your Home (✓)Where stories live. Discover now