Chapter 4.

1.2K 127 18
                                    

"aku mohon jangan lakukan,berapa pun bayaran mu akan ku beri."

"Masalahnya aku belum bisa berkhianat untuk saat ini,karena...aku masih butuh mereka."

"Ayolah anak muda,aku tau kau itu masih naif. Berapa pun, asalkan kau melepaskan ku."

"Yeah...berapa pun. Uang tidak sampai dan kau akan kembali memburu ku jika aku melepaskan mu,hhhhh...aku bisa bernegosiasi dengan para korban ku."

"Apa kau tidak tahu aku ini siapa? Kau bisa memegang janji ku."

"Aku tahu. Aku tahu betul kau itu siapa,aku sudah bilang kan...untuk saat ini aku belum bisa berkhianat. Yeah... Mungkin kali ini waktu sial mu menjadi korban,simpan uang mu untuk keluarga mu yang lain sebagai kompensasi."

Tangan mungil itu membuka penutup jarum dari suntuk yang ia pegang,kemudian menyuntikkan cairan berwarna hijau itu di leher seorang pria tambun yang tidak bisa bergerak lagi karena ia ikat.

Pria tambun itu meronta,ia merasakan rasa sakit yang teramat sangat di leher nya. Bibir tipis yang Semerah darah itu tersenyum dan mengecup pipi korban nya,kemudian ia pun mulai menghitung dengan jari nya.

"3...2...1..."

"Ugh...hkkkkhhh... AAAAARGHHH..."

"Bang!"

Kepala pria itu meledak hingga darah dan serpihan otaknya terciprat kemana-mana,ia hanya bisa terkekeh kemudian beranjak menuju toilet ruangan pria tadi. Telinga nya mendengar suara alarm berbunyi,ia yakin saat ia keluar dari tempat itu sudah banyak orang di luar sana mengepung nya.

"Aaaah... Di kepung lagi."

Kakinya yang jenjang memakai sepatu hak tinggi segera berjalan keluar,ia melihat ada banyak orang yang berlalu lalang dengan kepanikan yang mendalam. Ia tetap berjalan mengabaikan panggilan beberapa pria yang melihatnya keluar dari ruang pemimpin mereka.

"Hey nona...berhenti!"

"Berhenti kau!"

Kaki ramping itu berhenti,ia pun memutar tubuhnya dan berhadapan langsung dengan 3 orang pria yang mengejarnya. Tangannya mengibas rambut pirang panjang yang tadi menjuntai di dadanya,kemudian memasang senyum yang amat manis.

"Ada yang bisa ku bantu, tuan-tuan?"

"Maaf tapi...kami butuh keterangan dari anda nona,anda terlihat oleh rekan kami baru saja keluar dari ruangan boss kami."

"Oh itu wajar. Aku kan sekretaris nya."

Mereka terdiam. Sekretaris katanya? Yang mereka ingat sekretaris sang boss belum ganti hingga sekarang, rambutnya hitam pekat bukan pirang,dan wanita itu jauh lebih tinggi bukan kecil mungil seperti yang ada di depan mereka.

"Hosh...hosh...hah...kejar!!! Itu pembunuh nya!! Ia bahkan mengikat dan memukuli ku agar aku tutup mulut,tangkap dia!!"

Suara seorang wanita yang berteriak membuat ketiga pria itu menoleh ke belakang,mendapati sosok wanita yang ia kenal akrab sebagai sekretaris boss nya. Saat mereka mengalihkan pandangan ke arah wanita berambut pirang itu,kaki ber-sepatu hak tinggi lah yang menyambut rahang mereka.

3 pria kekar dan besar berhasil di buat tumbang oleh sesosok wanita kecil mungil hanya dengan beberapa tendangan dan pukulan,melihat jika ia di kejar banyak orang ia pun berlari menuju tempat yang sudah di janjikan.

"Aku berhasil menjalankan misi, jemput aku di tempat yang sudah di janjikan." Ucapnya pada sebuah microphone kecil di telinga nya.

Ia sampai di sebuah koridor luar dengan kaca sebagai dinding nya, menampakkan pemandangan kota malam yang amat indah. Kakinya berhenti berlari,tangannya ia angkat sejajar dengan kepala kemudian berbalik melihat begitu banyak orang yang berdatangan untuk menghabisi nyawa nya.

Traitors, Assasins, And Soldiers.Where stories live. Discover now