|| - 11. BUMI BERAKSI

6.4K 918 1.1K
                                    

"Bukan anak gue tapi anak kita. Kedepannya kita bakal nikah. Catet itu baik-baik dikepala lo"

Galaksi

***

Hewlo gengz ^_^

Buni back!

Yuhuuu, coba spill dari semua kisah Antariksa Series, judul mana yang paling buat nggak bisa move on.

Alesannya?

1k komen for next chapter.

Fighting & happy reading!

Sehat terus kalian. 💚💚

***

Jam enam pagi, laki-laki bermata tajam dengan rambut diikat tinggi membuat beberapa helai rambutnya berjatuhan didahi itu berjalan santai di koridor rumah sakit. Dengan hoodie hitam ciri khasnya, membuatnya diperhatikan karena gayanya yang keren. Type idaman gadis-gadis wattpad. Walau outfitnya nampak biasa saja, tapi jika yang mengerti fasion, akan tahu kalau yang dikenakan anak ini semua harganya mahal. Dia ... Bumi Sergio Adijaya.

Samudera—abang Bumi kecelakaan tunggal dan sekarang dirawat di rumah sakit. Keadaannya lumayan parah karena sampai saat ini Samudera belum sadar. Itu yang membuat anak itu berada di sini sekarang.

Di depan kamar Venus, Bumi melihat suster Lusia. Bumi mendekat bermaksud menyapa. Jujur, Bumi mengakui kalau suster ini cukup cantik. Wajahnya tidak membosankan kala dipandang. Tingginya diatas rata-rata gadis Indonesia. Mungkin sekitar 170 cm. Tubuhnya juga sangat bagus. Kelihatan, kalau Lusia rajin berolahraga.

Ternyata suster itu sedang main ponsel. Sepertinya sedang chattingan. Kepo, Bumi semakin mendekat.

"Gal, daritadi Venus nggak mau makan. Aku takut kalo ngomong sama Kak Alam atau Jupiter. Cuma berani sama kamu akutuh," kata suster Lusia yang sedang mengirim voice note pada Galaksi.

Bumi melirik kamar Venus, ada Alam disana sedang menyuapi Venus dan Venus nampak makan dengan lahap. Keadaannya nampak baik-baik saja.

Wajah Bumi berubah julid. "Sinting nih dakjal betina!" lirihnya, suaranya pelan. Merasa ada orang lain, Lusia memutar tubuh dan tubuhnya langsung membeku melihat Bumi. Ponsel itu langsung ia simpan.

"Whatsapp, Sus. Udah waras hari ini? Oh, belum ternyata." Bumi menatap Lusia dari atas sampai bawah dengan tatapan meremehkan membuat Lusia merasa tidak nyaman.

"Mak—sud kamu, apa? Kenapa gitu ngomongnya?"

"Dih, gagap. Tadi lancar banget muncung lo ngadu yang nggak-nggak sama Galaksi. Mata lo buta, ya? Tuh Venus makan lahap banget lo bilang sama Galaksi kagak mau makan? Caper banget lo jadi Suster jelek."

Lusia ingin tenggelam rasanya. Memang diantara semua teman Galaksi, mulut Bumi ini yang paling pedas.

"Ma—af. Tadi aku nggak liat," katanya, berharap Bumi sedikit kasihan.

"Oh nggak liat. Buta berarti, ya, lo?" Bumi melangkah maju, membuat Lusia mundur. Tatapan Bumi makin tajam karena Bumi merasa Lusia bisa membahayakan hubungan Galaksi dan Bintang. Lusia tidak bisa mundur lagi karena terhalang pilar.

"Suka lo sama Galaksi?" tanya Bumi, suara serak dan berat. Lusia makin takut. Ia menggeleng kuat.

"Nggak ngaku lagi lo. Gue nggak bisa kasar sama cewek, tapi kalo modelan muka banyak kek lo tonjok sekali boleh lah, ya. Paling nggak sampek seratus juta biaya pengobatannya dan nggak sampek semiliar urus di kepolisian. Gue coba, boleh?"

Antariksa's : After Aerglo + Galaksi Wijaksana (✔️) Where stories live. Discover now