10 ••• Lino itu orang yang setia

73 11 16
                                    

Lino membawa Lia kerumahnya, kedatangan Lia dirumah Lino disambut dengan hangat oleh keluarga Lino. Kak Sana, selaku kakaknya Lino, menyambut Lia dengan sebuah pelukan lalu mencium rambut Lia dengan sayang.

"Kamu kemana aja sih? Kak Sana tungguin dari kemarin loh disini." tanya kak Sana setelah memeluk Lia.

"Kak Sana yang kemana aja, mentang-mentang udah jadi college student sekarang jadi sibuk banget, jarang main kesini." jawab Lia yang membuat kak Sana tertawa gemas dengan Lia.

"Kamu bisa banget ya ngebalikin kata-kata aku, siapa yang ngajarin kamu? Pasti Lino kan?" tuduh kak Sana kepada sang adik yang membuat sang adik membelalakan kedua matanya, terkejut atas tuduhan yang secara tiba-tiba.

"Apasi, kok jadi gue yang kena." Ucap Lino tak terima.

"Mah, liat tuh Mah, tadi Lia mau ketabrak sama mobil gara-gara nyebrangnya ga tengok kanan kiri." mengadu Lino kepada Mamahnya yang membuat Lia mengerutkan bibirnya kesal.

Ngapain ih si kak Lino ngaduin ke Mamahnya, nanti kan gue diomelin.

"Hayo kamu! Kamu tuh harus lebih hati-hati lagi lain kali, untungnya hari ini kamu lagi beruntung, kamu selamat, kalau hari ini kamu ga beruntung gimana? Jangan diulangi lagi ya sayang, tante gamau kamu kenapa-napa." ucap Mamahnya Lino menasehati Lia dari balik dapur. Mamah Lino kini sedang menyiapkan makan malam mereka.

"Kamu nih nakal!" marah Sana sambil menarik telinga Lia sehingga membuat Lia meringis kesakitan lalu menatap sebal kearah Lino yang juga sedang menatapnya dengan senyuman usilnya lalu menjulurkan lidahnya kepada Lia.

Ingin rasanya gue potong tuh lidah nakalnya.

Setelah makanan sudah siap, kini mereka menyantap makanan tersebut dengan lahap. Dimeja makan, mereka membicarakan hal-hal yang ringan dan sesekali bercanda. Orang tua Lino juga memberitahu kebiasaan aneh Lino belakangan ini kepada Lia sehingga membuat Lino seketika malu.

Kini, Lia sedang mencuci piring ditemani dengan Sana yang ikut membantunya. Awalnya Mamah Lino tidak mengizinkan Lia untuk mencuci piringnya, tetapi karena Lia orangnya tidak enakan, jadi ia harus mencuci piring tersebut, alih-alih sebagai ucapan terima kasihnya.

"Lino suka sama kamu ya?" tanya Sana secara tiba-tiba yang berhasil membuat Lia terkejut.

"Suka apanya sih kak? Engga ah, kita kan cuman sahabatan doang, dari dulu juga gitu." jawab Lia dengan pandangan yang masih fokus dengan piring-piring yang berada didepannya.

Jawaban yang dilontarkan Lia, berhasil membuat dadanya sesak secara tiba-tiba.

"Aku cuman mau bilang sama kamu, suatu saat nanti kamu bakalan tahu semua kebenarannya. Tentang perasaan bahkan tentang rahasia Lino yang ga pernah kamu tahu." ucap Sana sambil tersenyum kecil kearah Lia yang kini juga menatap Sana dengan tatapan bingungnya. Senyuman kak Sana sepertinya lebih melambangkan rasa kesedihannya dan Lia juga tidak tahu mengapa kak Sana seperti itu.

Mungkin, lebih baik Lia harus bungkam saja disaat-saat seperti ini karena ia juga tidak tahu apa yang harus ia lakukan sekarang.

Penasaran? Lia sungguh penasaran dengan rahasia Lino yang tidak pernah ia ketahui, tapi ada hak apa bagi Lia untuk mengetahui rahasia Lino tersebut. Tidak ada bukan? Dan Lia juga penasaran kenapa suasana hati kak Sana jadi sedih seperti ini.

━━━━━━━

Kini, Lia sedang memasuki rumahnya dan ternyata didalam sana sudah terdapat Papahnya yang sedang menunggunya diruang tengah.

"Kamu habis darimana aja sayang?" sambut Papahnya dengan sebuah pertanyaan. Lia mendudukan dirinya disebelah Papahnya lalu menyenderkan kepalanya di bahu lebar Papahnya.

INDECISIVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang