awal mula 9

1 1 3
                                    

Flash back on

  Aku menggendong kamera, yang tidak begitu berat. Hari ini, ada syuting jadi, aku harus merekam mereka.
Aku menemui mereka satu persatu, dan ku ajak berbincang-bincang.

"Yoongi oppa, apa kau menyukai gaya rambut baru mu?" Tanya ku, merekam wajahnya.

"Jika aku tidak menyukainya, aku tidak akan menggunakan, gaya seperti ini." Jawabnya, terdengar menjengkelkan.

Aku hanya tersenyum. "Apa oppa, sudah makan?" Tanya ku lagi.

"Mmm," jawabnya.

Syuting di panggung, akan mulai. "Semangat oppa!" Ucap ku menatap Yoongi.

Dia menoleh, membalas tatapan ku. Entah apa, arti tatapan itu. Kemudian, dia tersenyum tipis. Sangat tipis, hampir tidak terlihat.

Memang, jika di bandingkan, dengan member lain, Aku dan Yoongi, tidak terlalu banyak berkomunikasi, hanya seperlunya saja. Tapi saat aku berbicara, dia akan mendengarkan dengan baik. Dia diam-diam peduli. Tidak bisa di pungkiri, saat aku sakit dulu, dia yang datang, menyelamatkan aku.
Sering dia memberi perhatian kecil, yang tidak mencolok. Aku tidak pernah, berpikir, dia orang yang sombong, atau bagaimana. Aku tau, dia memang seperti itu, tapi, dia tetap memperhatikan, orang-orang di sekitarnya.

Aku meletakkan Kamera, mereka sudah ada di panggung. Aku melihat mereka, melihat ketulusan mereka. Setiap hari ku habiskan sebagian waktu ku, berada di sekitar mereka.
Rasanya, sekarang, kami tidak lagi saling canggung. Bahkan, tidak jarang saling berdebat karena hal-hal kecil.

"Nera-ssi,"

"Eoh, Eonni. Ada apa?" Tanya ku, beralih menatap Eul.

"Apa nanti, kau bisa ikut aku?" Tanya Eul.

"Ikut, kemana?"

"Aku akan bertemu dengan teman-teman, SMA ku. Mungkin juga, minum. Aku akan canggung pada mereka. Jadi, ikut lah dengan ku. Ku mohon." Ucap Eul menyatukan kedua tangannya, memohon.

"Tapi eonni, aku harus kuliah." Ucap ku merasa tidak enak. Aku paling tidak bisa menolak ajakan.

"Apa kau tidak bisa, kali ini saja. Kau tau, aku tidak punya teman saat SMA. Tapi, wali kelas ku memaksa, untuk reuni. Aku takut, mereka akan mengucilkan ku, karena aku tidak melanjutkan pendidikan ku. Rasanya, aku tidak bisa menatap mereka. Setidaknya, jika kau di sana, aku punya teman untuk di ajak bicara." Ucapnya lesu.

Sungguh, aku tidak tega, apa sesulit itu masa SMA wanita ini.

"Eonni, tidak punya teman?" Tanya ku ragu.

Eul mengangguk. "Aku sangat miskin. Kau tau? Semua mengejek ku, mereka mengatai ku. Dulu aku kerja paruh waktu. Pulang sekolah, aku langsung bekerja, hingga larut malam. Sering sekali, aku terlambat kesekolah. Dan, beberapa siswa yang melihat ku saat bekerja, mereka akan mengejek ku." Jelasnya lagi.

"Baiklah eonni, aku akan menemani mu." Ucap ku memegang, kedua pundak Eul.
Aku melihat ke khawatiran di raut wajahnya. Tidak apa, aku bisa melewatkan kelas ku untuk hari ini.

______

Sekarang sudah pukul enam sore. Aku masih di gedung Hybe. Menunggu Eul membereskan pekerjaannya. Aku menunggu di lantai satu.

"Nera-ssi, kau tidak pulang?"

"Eoh, oppa. Aku sedang menunggu seseorang." Ucap ku. Dia adalah Jimin. Sepertinya dia akan pulang.

They Are Dream ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang