Chapter 37 : Saved

12 4 0
                                    

Saved


Mataku kini menatap kosong hal yang bahkan tak bisa kulihat dengan jelas.

Aku tergeletak di ruangan gelap ini sendirian. Hanya ditemani bau anyir darah juga air mata yang mengering di mata dan tubuhku.

Kuhitung-hitung, ini sudah hari ke-3 aku dikurung oleh Rose dan disiksa. Ruangan ini sangat gelap hingga aku tidak bisa mengetahui bahwa hari sudah malam atau pagi.

"Aku ingin keluar," gumamku lirih di dalam ruangan gelap sendirian.

Air yang menggenang di pelupuk mata kini turun perlahan-lahan.

Ya Allah, bantulah hamba keluar dari sini, batinku berucap.

Alice...

Aku mengerinyit saat mendengar bisikan seseorang.

Alice, ini aku...

Mataku membola saat mengetahui asal suara itu, itu Zen!

Aku yakin itu Zen!

Tuhan sepertinya mendengarkanku dan mendatangkan seseorang untuk menyelamatkanku.

Dengan sekuat tenaga aku berusaha bangkit, "Hmph!" aku menggigit bibirku agar tak mengeluarkan suara yang dapat diketahui Rose.

Aku mengedarkan pandanganku mencoba fokus, kutajamkan lagi pendengaranku.

"Alice, disini!" Ucap Zen dari arah jendela yang tertutup rapat.

Aku berjalan pincang tertatih-tatih dengan sangat pelan agar tak mengeluarkan suara gaduh.

Kini aku tersenyum bahagia saat berhasil sampai di depan jendela. "Setidaknya aku tahu aku masih memiliki kesempatan untuk keluar dari sini," ucapku dalam hati.

"Zen?" bisikku.

"Alice! Iya, ini aku, Zen! Kau bisa mendengarku?" Ucapnya.

"Iya, Aku mendengarmu, hiks!" Aku terisak dan sedikit merasa tenang saat Zen berada disini.

"Jangan menangis alice, kau harus keluar dari situ," lanjut Zen.

Aku mengangguk walau aku tahu dia tak melihatnya.

"Alice, dengar. Kau harus bisa mencari sesuatu yang panjang dan ujungnya pipih," instruksi Zen.

"Baik, aku akan mencarinya," sahut-ku.

Aku mulai mencari di sekitar, berjalan menyusuri ruangan gelap sambil meraba-raba sekitar mencari barang yang sesuai perkataan Zen.

Hampir saja aku menyerah saat tak menemukan apapun di sekitar, hingga aku berusaha lagi mencari hingga ke sudut.

Akhirnya aku menemukan sebuah besi panjang di sudut ruangan dekat pintu keluar.

Langsung aku memegangnya dan membawanya berjalan menuju jendela, aku sedikit kebingungan saat mencari arah jendela, tetapi untunglah aku berhasil menemukannya dengan meraba sekitar.

"Apa aku harus membuka jendela dengan ini?" tanyaku pada Zen.

Lalu Zen mengiyakan, dengan bismillah dan tenaga aku menusuk ujung jendela dan mendongkakkan besi ke bawah agar jendela terbuka.

Dan akhirnya terbuka, tapi suara jendela terbuka terdengar sangat nyaring dan begitu kencang hingga suara teriakan terdengar dari luar pintu.

"Apa itu?!" suara itu, dia adalah Rose, aku langsung terbelalak kaget dan panik.

"Alice! Fokus!" ucap Zen yang ada di depanku.

Aku kini berusaha memanjat dengan sekuat tenaga dan tak memperdulikan lagi luka-lukaku yang terbentur bagian-bagian jendela.

Inside Me [End] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang