Chapter 43 : IKHLAS

16 5 1
                                    

IKHLAS


6 bulan telah berlalu...

Tak terasa kini aku telah kembali lagi ke Jerman, tempat penuh kenanganku.

Setelah berada di Indonesia, aku semakin dekat dengan Desycha, Karin, dan Respati. Aku di Indonesia tinggal di tempat nenek, hal itu juga membuat trauma-ku akhirnya dapat menghilang secara total.

Aku lega dan senang.

Aku sangat bersyukur bisa diberi kesembuhan dan juga penyelesaian masalah.

Aku menghirup kembali udara Jerman yang lumayan menbuatku rindu walau tak serindu aku ingin memakan mie ayam Indonesia.

Di Indonesia selain berpamitan dengan sahabatku dan nenek, aku juga berpamitan dengan kak Ano dam suster yang telah membantuku untuk sembuh total.

Kini aku akan berusaha menjalani hidup agar lebih baik lagi dan tidak lagi melakukan hal-hal bodoh di masa lalu.

Aku akhirnya berjalan keluardari bandara dan mencari-cari seseorang.

"Alicia!" teriak 2 orang bersamaan.

Mereka adalah mama dan papa, dengan semangat mereka berlari dan memelukku erat-erat.

"Mama kangen banget, sayang," mama berucap penuh kerinduan.

"Selamat datang kembali, Alicia," timpal papa.

Hal itu membuatku tersenyum, rasa hangat menjalar di dalam hatiku padahal cuaca sekarang sudah menuju musim dingin.

Aku mengurai pelukan dan kami berjalan pulang sambil berbincang, di jalan aku men-chat mereka. Yaitu, Joy, Diva, Jayden, Mark dan Max.

Me

Aku kembali :)

Joy

?!!

Diva

Mari bertemu, guys!!

Jayden

Selamat datang kembali, Alicia.

Mark

(2)

Max

(3)

Aku tersenyum senang, lalu kami telah tiba di rumah, terlihat para pelayan berbaris, aku merasa deja vu.

Tapi aku tetap tersenyum dan memeluk Chary, "Huaa, aku kangen padamu, Cia," Chary menangis dan tanpa sadar memanggil namaku di depan banyak orang.

Aku tersenyum geli sesekali terkikik, "Me too, Chary," sahutku sambil terpejam dan memeluk Chary semakin erat.

Ngomong-ngomong aku juga jadi rindu kembali dengan bi Asih, untunglah saat di Indonesia aku bisa bertemu dengannya walau hanya sekitar bertemu 4-5 kali.

Aku lalu beralih menuju lantai 2, kamarku, aku juga merindukan tempat ini, walau ada sedikit cerita tak mengenakkan di kamar ini, kamar ini juga lah yang memberikan cerita moral bagi hidupku.

Kubuka perlahan pintu masuk, melihat sekeliling yang tak berubah semenjak aku meninggalkannya, hanya semuanya tetap terlihat bersih dan tidak berdebu karena selalu dibersihkan.

Inside Me [End] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang