CHAPTER 1

44.1K 3.9K 32
                                    

Gelap.

Sunyi.

Itulah yang Luna rasakan saat ini. Ia seperti tenggelam dalam kegelapan tak berujung. Apa dirinya sudah meninggal? Apa semuanya telah selesai? Bagaimana kondisi Emi? Apa gadis itu baik-baik saja? Berjuta pertanyaan terus berputar di dalam benaknya.

Tanpa Luna sadar muncul cahaya yang perlahan berpendar dan membentuk sebuah layar besar dihadapannya. Seketika perhatian Luna terpusat ke arah layar yang mulai memperlihatkan kilas balik kehidupan seseorang.

Terlihat seorang lelaki tampan yang Luna yakini masih berumur pertengahan 20-an dengan iris mata coklat terang menatap ke arahnya sambil tersenyum bahagia, bahkan ia dapat melihat matanya tampak berkaca-kaca.

"Selamat datang di dunia anakku, Fredella Lavanya Cavero. Seperti nama mu aku harap kelak kamu akan tumbuh menjadi gadis cantik yang selalu membawa kedamaian bagi orang di sekitar mu."

Ahhh...

Sekarang Luna cukup mengerti apa yang terjadi saat ini. Layar di depannya tengah memperlihatkan memori masa lalu dari Fredella, gadis cantik yang ia temui di toilet sebelum kebakaran terjadi. Seketika ia mengingat kembali ucapan Fredella.

".....kamu harus tau setelah ini kamu akan hidup sebagai aku."

Seketika rasa pusing menyerang kepalanya. Ini terlalu mendadak, bagaimana bisa ia terjebak dalam posisi yang sangat membingungkan. Padahal baru saja kemarin ia mendapat gaji hasil kerja paruh waktu di cafe, tapi lihat kondisinya saat ini.

"Semangat Della! Kakak yakin pasti Della bisa jalan sendiri."

"Nah iya dikit lagi..... Yeay Della sudah bisa jalan, mari kita jadikan hal ini sebagai kejutan untuk ayah selepas pulang dari medan perang."

Test..

Satu bulir air mata jatuh dari kelopak mata Luna.

"Jadi ini rasanya punya kakak." Gumam Luna pelan.

Seorang anak lelaki sekitaran umur 10 tahun tengah menatap ke arahnya dengan wajah berseri-seri. Ia sangat mirip dengan lelaki sebelumnya yang membedakan hanyalah usia mereka saja.

Jujur saja Luna merasa sangat tesentuh dengan tatapan yang anak itu berikan kepada Fredella, selama hidup ia tidak pernah memiliki saudara kandung. Yang ia miliki hanya Emi, sahabat yang telah ia anggap layaknya saudara kandung.

Satu persatu memori Fredella mulai bermunculan. Satu hal yang dapat Luna simpulkan, gadis itu tumbuh dengan kasih sayang penuh dari ayah dan kakak laki-lakinya. Ibunya meninggal setelah melahirkan Fredella, tapi ia memiliki seorang perempuan yang sudah dianggap layaknya ibu. Perempuan itu adalah ketua pelayan di kediaman Grand Duke Cavero.

Semakin Fredella dewasa memori yang muncul semakin cepat, silih-berganti tanpa jeda. Hal itu membuat Luna terserang rasa pusing yang lebih parah dari sebelumnya, bahkan ia sampai merasa mual. Semakin lama bukan semakin membaik tapi rasanya semakin parah hingga Luna tidak sanggup lagi menahannya dan berakhir tidak sadarkan diri.

Tubuh Luna seperti terhisap ke dalam lubang dengan cepat, perlahan rasa sakit menyerang sekujur tubuhnya. Semakin lama rasanya semakin tidak tertahankan, hingga sampai pada titik dimana ia seperti disatukan dengan sesuatu kemudian rasa sakit itu perlahan memudar. Yang tersisa tinggal sedikit rasa sakit di bagian dada.

Pemandangan pertama yang Luna lihat saat membuka mata adalah atap tempat tidur seperti di film-film kerajaan yang suka ia tonton dulu. Kamar yang ia tempati saat ini terlihat sangat mewah, interiornya seperti kamar penginapan kelas tinggi. Semuanya terasa baik-baik saja sebelum sesuatu disebelahnya bergerak.

My Cherish EmperorDonde viven las historias. Descúbrelo ahora