4. Dalang masalah

80 66 5
                                    

Keduanya sudah berada di depan gerbang rumah El. Tumben sekali pada saat di perjalanan sampai menuju rumah ini tidak ada keributan, pembicaraan pun tidak keluar sedikit pun dari mulut mereka.

El turun dari jok motornya, lalu menawarkan Al masuk ke dalam rumahnya.

"Lo mau masuk dulu gak?"

"Tumben."

"Seriusss."

"Mmm ..., gak lah."

"Kenapa?"

"Maksa nih?" Al menaik turunkan alis nya.

"Enggak kok. Yaudah sana pulang." Usir El.

"Okee. Jangan kangen yaa." El memutar bola matanya

"Gue mulai besok pindah sekolah," ucap Al santai namun sukses membuat El terkejut.

"Pindah? Kemana? Kok lo pindah?!" tanya El menggebu-gebu, membuat Al terkekeh.

"Kok lo takut gitu sih?"

"Gue bercanda kali."

"S-Serius ih! Lo mau pindah?!"

"Eh!" El membekap mulutnya sendiri.

Oh tidak! Apa yang baru El katakan?!
Ia tidak sadar saat mengucapkan itu. Tiba-tiba saja mulutnya bergerak dengan sendirinya untuk menyakan hal seperti itu.
Lebih-lebih lagi, ini hanya candaan Al.
Pipi El merona, ia sangat-sangat malu!

Al menyalakan mesin motornya. Lalu berkata,

"Tenang aja El ..., gue gak akan tinggalin lo sebelum gue dapetin hati lo. Dan setelah gue dapetin itu, gue jamin gue akan selalu ada di sisi lo terkecuali karena maut."

"Lo bisa pegang janji gue." ucap Al tegas lalu melajukan motornya. El terdiam membeku, dengan apa yang barusan Al katakan. Serasa ada petir menyambar tubuhnya. Darahnya berdesir hebat, begitupun jantungnya yang berdebar tak karuan .

El tersadar, lalu ia langsung masuk ke rumahnya. Dan menuju kamarnya, kemudian menghadap ke depan kaca.

"Enggak El! Gak boleh!" ucap El seraya menepuk-nepukan pipi nya.

"Lo ga boleh baper sama dia." El mempejamkan matanya.

"Lagi pula, dia itu playboy. Jadi udah biasa dia ngomong gitu! Sadar El! Sadar!" Batin El memarahi dirinya lalu merebahkan tubuhnya di atas kasur.

*****

Malam tiba. Kini pukul 20.00. Biasa di jam segitu, kebanyakan orang waktunya untuk makan malam. Sebagian orang, bersama keluarganya namun ada juga yang sendiri atau bersama orang lain.

Kini di rumah El, tepatnya di ruang makan dengan nuansa minimalis sudah ada Listya dan Irga, mereka orangtua El. Tidak lupa juga El yang berada di sisi hadapan mereka. Sungguh sangat terlihat harmonis.

Berbeda dengan Al. Dia hanya sendiri di meja makannya. Selalu seperti itu.
Terkadang Al mengajak pembantunya untuk makan bersama. Karena ibu nya jarang makan di rumah. Jika makan di rumah pun dia langsung makan begitu saja, tidak menunggu Al.

Kadang kali dia pergi ke rumah temannya. Disana lebih baik daripada di rumahnya sendiri.

Kehidupannya sangat berlawanan ketika dia SMP. Saat SMP, ketika semuanya masih baik-baik saja. Ketika Varo, bapak Al masih hidup. Mereka selalu makan bersama. Entah itu siang atau malam. Sambil berbagi cerita suka maupun duka. Tangis dan tawa mereka saat membagi cerita, sangatlah melekat di memori Al.

Al yang terlanjur menghilang nafsu makannya. Dia pun berjalan kearah tangga, menuju kamarnya. Namun, sebelum ia memasuki kamarnya, dia mendengar ada pembicaraan yang menggelikan dari arah kamar ibunya.
Diapun segera menghampirinya.

AL & EL || On Going (Slow Update)Where stories live. Discover now