Quarte

41 21 11
                                    

Hari minggu seperti ini memang paling asik bila dihabiskan dengan bersantai atau berlibur, tanpa harus memikirkan pekerjaan yang akan menanti esok harinya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hari minggu seperti ini memang paling asik bila dihabiskan dengan bersantai atau berlibur, tanpa harus memikirkan pekerjaan yang akan menanti esok harinya. Hari ini Reyna ingin menghabiskan waktunya untuk membaca novel-novelnya yang belum sempat terbaca. Sebelum nanti siang Intan berkunjung ke rumahnya, ia juga tak tahu apa yang akan perempuan itu lakukan dirumahnya nanti. Padahal biasanya Intan akan menghabiskan waktunya untuk berpacaran.

Selain menggambar, ia juga hobi membaca novel. Semua novel ia sukai, apapun itu genre nya semua pasti akan dibaca. Tak jarang pula Dhanny dan Intan akan menghadiahinya buku-buku, bukannya makanan atau barang-barang khas daerah, bila mereka pergi keluar kota tanpanya.

Tok... Tok... Tok...

Suara ketukan pintu dari luar membuatnya menghentikan aktivitas membacanya.

'Bukan Intan bilangnya dateng siangan, ya?' batinnya heran.

Meski ragu Reyna tetap berjalan menuju pintu utama memastikan siapa yang datang.

"Tan, udah gue bilangkan, kal—" ucap Reyna terpotong setelah melihat sosok yang ada dihadapannya. Reyna bergegas menutup pintu sebelum sosok itu masuk. Sempat  terjadi aksi dorong mendorong antara mereka sebelum akhirnya Reyna bisa mengkunci pintu rapat.

"Dek, gue mohon buka pintunya," pinta Novan, dengan terus menggedor pintu di hadapanya.

"Enggak, gue udah capek, bang. Udah cukup kalian semua hancurin kehidupan gue," jelas Reyna menahan sakit saat memori-memori tentang masa lalunya tergambar dalam otaknya.

"Oke, abang minta maaf soal kejadian yang dulu dan kemarin, kita buka lembaran yang baru sama-sama, ya," bujuk Novan

" Maaf lo bilang? Segampang itu mulut lo ngomong itu? Tanpa mikirin gimana perasaan gue. Lo pikir maaf lo bisa balikin waktu remaja gue? Nggak kan? Jadi lebih baik lo pergi dari sini," ungkap Reyna emosi.

"Dek, abang emang gak bisa balikin itu semua. Tapi, kita masih bisa memperbaiki semuanya kan, dek? Kita mulai semuanya dari awal sama-sama," bujuk Novan.

"memperbaiki? Apa yang bisa diperbaiki kalau semuanya saja sudah hancur duluan. Lo gak akan tahu gimana rasanya saat lo dapet beasiswa sedang lo gak bisa ngambil itu, cuma gara-gara biar bisa bertahan hidup. Lo bisa dapetin semuanya, bang. Lo bisa dapetin semuanya dengan mudah sedangkan gue harus berjuang cuma buat dapet pengakuan sia-sia itu," jelas Reyna.

"Dek, kita semua sama. Sama-sama anak papa mama."

"Gak, kita gak pernah sama. Lo laki-laki sedangkan gue perempuan. Lo sama bang Devan, sama-sama kebanggaan papa sedangkan gue—," ucap Reyna terpotong. Ia sudah tak kuat menjelaskan apapun pada kakaknya itu. Hanya menangis yang dilakukannya, bahkan suara kakaknya tak begitu didengarkannya.

***
Drt... Drt... Drt...

Intan

Rey, sorry banget nih. Hari ini gue gak jadi ke rumah ya... Bokap tiba-tiba balik dari Lampung.

Tanpa RasaWhere stories live. Discover now