Twenty Five 🔎

1.8K 135 30
                                    

Saat besoknya, Alana sudah berada di sebuah kelas murid untuk pengambilan adegan film. Semua berjalan baik-baik saja, tak ada sebuah keanehan apapun membuat Alana merasa fokus berekspresi.

Bahkan, Alana memang sudah ada niatan dari malam kemarin mau menemui Juna yang sudah sampai dari Jakarta, Juna juga tinggal tak jauh dari sekolah tersebut berada, tetapi ada saja hambatan untuk bertemu membuat Juna menyuruh Alana sabar dan dibujuk akan mau mengajak Alana untuk ikut reuni nanti malam, mendengar itu membuat Alana kembali bersemangat.

Tak terasa hari mulai sore, pengambilan Vidio dilanjut esok hari. Setelah beberapa orang pulang, Alana mencuri waktu diam-diam untuk meminjam motor salah satu crew dengan alasan mau beli keperluan.

"Jangan lama-lama ya," ucap cowok itu rada jutek menyerahkan kunci motor, Alana hanya mengangguk.

"Gak bakal," balas Alana meyakinkan, kemudian ia naik di motor tersebut.

"Hati-hati, entar kalo lecet saya minta ganti."

"Iya-iya, kalo pun nih motor nyungsep comberan, gue bayar berapa pun, sekalian gue ganti," balas Alana kesal.

"Bayar pake hati Eneng juga boleh."

Idihhh. Alana rasanya ingin muntah saat ada bapak-bapak berkumis dan perut buncit yang barusan menghampirinya, karena gak ada urusan sama bapak itu langsung saja Alana gas pergi.

Di sepanjang jalan yang belum pernah Alana lewati, Alana sedikit kebingungan mencari rumah Juna, tetapi entah kenapa ada saja jalan seolah ada bisikan yang menuntun Alana untuk terus berjalan kemana pun.

Di sepanjang jalan juga terlihat masih asri dipenuhi pepohonan dan padang rumput nan hijau luas yang menyejukkan mata.

Hingga sampailah Alana melihat sebuah jalan yang Juna maksud, apalagi nama jalan itu kata Juna dekat sekali dengan rumah Juna.

"Alana!" Teriak seseorang membuat Alana menoleh mencari sosok pemilik suara tersebut. Ternyata sudah ada Juna yang keluar di depan rumah lamanya. Langsung saja Alana datang menghampiri Juna.

Setelah Alana sudah di depan rumah lama Juna, mereka berpelukan sebentar. "Sumpah cari rumah kamu sudah banget, padahal kalo dipikir-pikir deket banget dari sekolah."

Juna tertawa sambil mengelus kepala Alana. "Salah sendiri nolak tawaran aku buat jemput kamu kesini."

"Jangan, lah. Entar orang-orang lihat bisa bahaya," balas Alana terkekeh.

"Ayok masuk, udah ditungguin sama nenek dan kakek," akhirnya mereka masuk ke dalam sebuah rumah yang lumayan besar dan kokoh walaupun model bangunan lama.

Saat di dalam, Alana sudah disambut ceria oleh sepasang wanita dan pria paruh baya membuat Alana senang sambil menyalami kedua kakek dan nenek Juna.

"Di TV aja udah cantik, apalagi di lihat langsung," puji neneknya Juna yang bernama Nirma.

"Memang gak salah pilih," cetuk kakeknya Juna yang bernama Tarman.

Alana hanya malu-malu dipuji begitu, mereka seolah sangat menghormati Alana. Sedangkan Juna sudah duduk duluan menikmati camilan dengan santai dan merasa bangga membawa Alana ke rumahnya itu.

SEMPITERNAL : Everything Has Changed (END) Onde histórias criam vida. Descubra agora