BAB 31 - Cut You Off

12 2 0
                                    

"Aw, sakit! LION!" Aku mengaduh seraya memukul tangannya dan mengusap-usap pelan pipiku, pasti merah deh.

Dia hanya tertawa gemas, kemudian mengacak-acak rambutku. "Habisnya gue gemes." Ucapnya.

Aku terdiam, merasakan hawa panas lagi. Aish, pasti makin merah deh.

Kemudian, kami membeli beberapa makanan ringan. Ada dua gelas tteokbokki, empat tusuk fish cake, dan empat potong hotteok serta dua porsi mandu. Semua aku yang merekomendasikannya. Kami berputar-putar sebentar dan memutuskan kembali ketempat duduk Ares dan Lia.

"Lho? Mana barang yang lu beli, Yon? Ini nih yang namanya barang game lu?" Tanya Lia dengan raut heran yang dibuat-buat. Tatapan matanya datar. Sekilas ada sorot kesal.

Aku yakin dia tahu kalau kami hanya beralasan saja tadi.

"Barangnya mahal, duit gue ga cukup." Jawab Orion sekenanya.

Kami duduk santai sambil menikmati cemilan yang aku beli tadi. Hari mulai gelap. Saatnya kami berkendara ke trip terakhir, Sungai Han.

''''

Kami sudah sampai di trip terakhir.

Sungai Han memang terlihat cantik saat malam hari. Kami duduk di sebuah bangku. Menikmati tenangnya suara sungai, dan cantiknya lampu kerlap-kerlip warna warni yang berasal dari air terjun buatan yang bergerak seperti air menari.

Aku bangkit, maju beberapa langkah dan segera membidik beberapa tempat sebagai objek potretku. Semilir angin semakin kencang pada malam hari. Membuatku kerepotan karena rambutku menghalangi pandanganku.

Kulihat Lia sudah sedikit lebih tenang. Tidak sekesal tadi. Entah apa yang terjadi saat kami meninggalkan dia tadi. Tapi sepertinya tidak ada hal besar yang terjadi, melihat suasana mereka masih sama saja walau telah melihat Lia tersenyum dan mau melihat pada Ares saat berbicara.

Apa masih perlu gue kasih momen lagi ya? Bathinku.

Aku melirik Rion, lewat gerakan mata meminta dia mendekat. Orion yang menangkap kodeku segera bangkit dari duduknya dan pura-pura stretching. Bergumam pelan seperti menyuarakan badannya yang terasa pegal. Pelan-pelan, dia mendekatiku.

Aku pura-pura memperlihatkan beberapa foto kepadanya, lalu merapatkan bahuku dengan tubuh Orion agar mereka tidak bisa mendengar, kemudian berbisik.

"Gimana tadi? Apa kata Ares?" Tanyaku penasaran.

"Ares bilang gak dapet momen tadi. Soalnya dia bingung mau mulainya gimana. Jadi ya, gagal." Ucap Orion dengan nada berbisik juga. Aku hanya menghela napas kesal. 

CUPU BANGET YA TUHAN, TINGGAL NGOMONG AJA RES! APA SUSAHNYA SIH.

Posisi kami persis membelakangi mereka. Dari belakang mungkin terlihat biasa-biasa saja. Tetapi dari depan, kami persis seperti ibu-ibu komplek yang lagi dapat gosip baru didepan gerobak tukang sayur.

Aku menoleh ke belakang, menatap Lia sedang mendongak ke atas, sedang melihat langit malam. Sedetik kemudian, tatapannya turun ke arahku. Sontak aku langsung berakting mengatakan betapa bagusnya spot disini. Orion menyahut dengan tawa-tawa kecil yang disengaja.

"Ahahaha, baguskan disini. Lampunya cantik banget lagi. Liat nih, foto gue bagus banget gila." Ucapku spontan dengan tawa yang dibuat seapik mungkin agar Lia tak curiga apa yang aku obrolkan dengan Rion. Lia menatap aneh ke arahku dan Rion.

"Hahahaha, iya nih. Bagus banget haha." Ujar Orion dengan senyum kaku dan tawa yang tidak ikhlas sama sekali.

Sialan si Lion, akting yang natural dikit napa. Mana senyumnya kaku kayak pas poto ktp lagi.

Us : 'Kalopsia'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang