28. Bucin

10.7K 845 41
                                    

Ada yang masih nungguin update-an ceritanya Shikha?

♡♡♡

Menatap layar ponsel dengan pandangan nanar, aku berusaha untuk nggak menangis. Ayah, pria cinta pertamaku dikabarkan telah terdiagnosa positif covid 19. Untuk sementara, beliau sedang isolasi mandiri di villa milik keluarga. Sesekali Bunda dan adik-adikku menjenguk dan menyapa beliau dari depan teras.

Yang aku juga nggak nyangka saat ini Bunda sedang hamil usia 12 minggu. Bayangin, Ayah yang udah setengah abad lebih masih aja produktif. Nggak sadar banget apa, umurku udah 20 tahun, masih dikasih adik. Maklum aja, lah. Usia Bunda masih sekitar 40 tahun. Tapi tetap aja, beresiko. Nggak sengaja, katanya. Soalnya Bunda sempet kelupaan minum pil KB. Ada-ada aja, orang tuaku itu.

Kalau dipikir-pikir juga, masuk akal sih. Baru nikah sekitar dua bulan, Bunda udah hamil aku. Padahal umurnya baru 19 tahun waktu nikah sama Ayah yang saat itu udah umur 38 tahun. Bayangin, Bundaku nikahnya sama Ayah yang udah Om-Om. Untungnya walau udah umur segitu, Ayah masih terlihat gagah dan pastinya ganteng. Sekarang pun, aku masih bisa melihat sisa-sisa ketampanan Ayah meskipun kulitnya udah keriput.

"Gejala yang Ayah rasain apa aja, Yah?" Tanyaku.

Saat ini aku, Ayah dan Bunda melakukan video call. Karena Bunda lagi di rumah, sedangkan Ayah di villa. Jadi, kami video call-nya terpisah.

"Batuk sama hilang penciuman."

"Udah dapat terapi medis?" Tanyaku lagi.

"Sudah. Kemarin sudah diresepkan sama dokter spesialis paru untuk penggunaan lima hari."

"Apa namanya, Yah?"

"Favipiravir."

"Ini udah hari ke berapa?" Tanyaku lagi.

Begini-begini, aku update masalah terapi untuk pasien Covid 19. Jadi, itu kenapa aku pengen memastikan, apakah terapi medis yang Ayah dapat itu udah sesuai atau belum.

"Hari ke 3." Jawab ayah, kemudian terjeda sebab ayah sedang batuk.

"Berarti tinggal dua hari lagi, dong. Dosisnya dua kali tiga tablet, kan?"

Ayah mengangguk, menjawab pertanyaanku.

Setahuku, Favipiravir dosis hari pertama dua kali delapan tablet. Lalu disusul hari ke dua sampai ke lima hanya dua kali tiga tablet.

"Selain itu, dapat apa lagi terapinya?"

"Vitamin sama obat maag."

"Terapi oral semua, nggak ada injeksi?"

"Tidak ada. Terapi oral semua."

"Ayah kenapa bisa kena, sih? Kan, Shikha udah pernah bilang kalau ke mana-mana itu pakai masker. Umur Ayah itu udah berisiko banget ketularan. Udah ada Hipertensi, ini ditambah si kopit kopit." Ujarku agak kesal, sambil menahan tangis.

"Yang namanya musibah, juga  siapa yang bakal menyangka? Ayah sudah berusaha menjalani aktivitas sesuai yang sudah dianjurkan berdasarkan prokes. Do'akan saja, agar Ayah cepat sembuh dan bisa segera pulang ke rumah. Kasian Bunda kamu, lagi masa-masa trimester pertama. Kadang Bunda mengeluh mual dan pengen peluk-peluk Ayah. Asal kamu tahu, ya. Waktu Bunda hamil kamu, Shikha. Bunda kamu sempat nggak bisa dekat-dekat dengan Ayah. Tapi sekarang sudah pengin bermanja-manja malah tidak bisa."

"Ayah, ishhhh. Jangan dibahas." Sela Bunda, dengan suara seraknya.

Aku pengen ketawa ada juga, sih. Inget cerita dulu waktu awal-awal Bunda hamil aku. Kata Ayah, Bunda bakal mual-mual kalau deket-deket sama Ayah. Sampai tidur aja sempet pisah ranjang. Untungnya itu nggak berlangsung lama. Jadi, mereka nggak harus merasa tersiksa karena berpisah walau bukan karena keinginan mereka.

Istrinya Tuan JeniusWhere stories live. Discover now