♡ 4

20.4K 966 14
                                    

Angin sejuk yang menerpa wajah Mira saat ia berlari. Cuaca yang mendung membuat jam setengah 9 masih terasa sejuk. Di hari libur, Mira memutuskan untuk lari pagi. Rutinitas yang ia jalani setahun sekali.

Gadis ini menghentikan langkahnya saat melihat Firda-tetangganya- bersama keluarga kecilnya tengah bermain di taman, "Pagi bro."

"Eh Mira. Sini," panggil Firda.

"Mau langsung pulang mba. Keringatan nih."

"Lo mau tau ngga..."

"Apaan," Mira berlari mendekat.

Fano-suami Firda- mengegeleng, "Emang ya lo pada urusan gibah aja cepat."

"Iri lo," sahut Mira.

"Dah ya. Gue deluan. Mau nyebat juga nih," pamit Fano yang tidak di gubris sama sekali. Kedua wanita itu sudah memasang wajah yang serius dan mulut istrinya dengan kekuatan turbo berbicara.

"Sial."

***

Setelah melakukan gibah pagi bersama tetangga julidnya, Mira berjalan santai ke rumahnya. Jaraknya sudah tidak terlalu jauh, dia cukup melewati satu belokan lagi dan sampai.

Setibanya di depan gerbang. Mira langsung saja membukanya. Terlihat mang Sueb sedang mengopi santai.

"Pagi mang," sapa Mira.

"Pagi bu. Ada mami di dalam bu," ujar Sueb.

Mira terkejut. "Serius mang? udah lama?"

"Serius bu. Pas ibu pergi ngga lama mami datang"

"Mati gue," batin Mira.

Shanti datang dan dirinya tidak ada di rumah. Terlebih lagi ia belum menyiapkan sarapan. 

Pertama kali Mira melihat Shanti sebagai seorang mertua yang baik. Kata-kata lembutnya ketika hari dimana mereka datang ke rumahnya belaiannya, dan senyumnya itu semua palsu.

Sehari setelah Mira menikah dengan Raka, semua perilaku keluarga Raka keluar. Shanti yang ketus dan tidak menyukainya, Neona-adik iparnya- yang selalu menampilkan tampang tidak suka dengannya karna perbedaan status sosial. Dan keluarga besar Raka itu sama. Sama-sama tidak menyukainya.

Kecuali Prasetyo. Lelaki itu sangat baik kepadanya. Sosok ayah yang tak pernah ia dapatkan dari Bam kini ia dapatkan dari Prasetyo.

Mira membuka pintu. Sepi.

Huft baguslah.

"Darimana kamu?" ujar Shanti ketika Mira melewati ruang keluarga.

Mira mendapati Raka dan Shanti tengah duduk di sofa, "Abis lari pagi mi."

"Saya ngga peduli kamu mau lari pagi kek mau apa. Tapi ya kalau sebelum pergi itu buatin lah sarapan buat suami kamu! masa dia harus masak sendiri, guna kamu jadi istri itu apa," Shanti bersilang dada.

"Aku belum sempat masak mi."

"Terus kamu mau ngebiarin anak saya kelaparan?"

"Bukan gitu mi."

"Terus apa? kalau emang males ya bilang. Ngga usah alasan."

Kan.

Mira mendongkak, "Lagian kalau aku masak mas Raka tetap ngga mau makan masakan aku mi. Jadi untuk apa?"

"Wah pinter ngejawab kamu ya," bentak Shanti.

"Aku cuma ngasih tau kenyataan mi."

"Jadi nyesel saya nyetujuin kamu menikah sama anak saya."

Akhir dari kisahDonde viven las historias. Descúbrelo ahora