♡ 18

15.9K 684 24
                                    

Pemandangan pertama kali Raka lihat ketika ia membuka matanya adalah Mira.

Beberapa anak rambut yang menutup wajahnya Raka singkirkan. Wajah galak itu terlihat lucu ketika sedang tertidur. Gadis itu masih berada di posisi yang sama. Deru nafasnya terasa di leher Raka.

Raka mengelus pipi mulus istrinya, bagaimana Mira bisa menerima permintaannya? memang dirinya terkesan tidak tau diri, tapi ia serius akan hal ini.

"Eungh," sang empu terusik dengan kegiatan Raka.

Hal pertama yang Mira lakukan adalah mengecek suhu Raka, "Udah ngga panas. Kamu masih pusing?" tanya Mira dengan suara seraknya.

Raka menggeleng.

"Eh?" Mira baru menyadari bahwa posisi Mira terlalu dekat. "Geser ih," ucapnya sambil berusaha melepaskan pelukan Raka.

"Disini aja, saya masih mau tidur," ujar Raka.

"Ada yang mau aku tanya," Mira sedikit medongkak.

"Apa?"

"Kamu tau apart aku darimana?"

Mira mencubit perut Raka ketika lelaki itu langsung pura-pura tidur.

"Kamu jadi cewek kenapa kasar banget sih?" Raka mengelus perutnya.

"Dih lebay. Orang nyubitnya pelan kok," Mira tidak mau disalahkan. "Jawab pertanyaan aku."

"Tau darimana itu rahasia. Tapi asal kamu tau, saya sampe mohon-mohon sama orang itu. Jadi hargain usaha saya," jawab Raka.

"Dih? ngapain juga. Kamu ngga kerja kan? awas aja kamu masih nekat kerja!"

"Ngga Mira. Kamu ngga kemana-mana kan hari ini?"

"Aku memang ngga suka kamu disini sih mas. Tapi aku juga ngga tega ninggalin kamu sendirian. Mana sakit lagi."

"Kamu ngga mau pulang?"

"Pulang?"

"Pulang ke rumah kita Mira."

Lagi dan lagi lelaki itu membahas hal ini.

"Geser ih, aku mau mandi, bau keringat kamu," Mira beranjak dari kasur. Ia berjalan ke arah kamar mandi. 

***

Tangan Raka memegang kertas yang membuat harapannya runtuh. 

Tadi ia menanyakan kepada Mira dimana gadis itu menaruh minyak angin, dijawab oleh Mira bahwa barang yang ia cari ada di laci. Ia asal membuka laci dan map bertuliskan pengadilan itu membuatnya dia diam seketika.

"Ketemu?" Mira keluar dari kamar mandi. Ia mengeringkan rambut basahnya menggunakan handuk. Gadis ini sudah berpakaian di kamar mandi. Ia bingung melihat Raka yang terdiam di kasur.

"Mas?"

"Mira," Raka mengangkat map itu.

Mira hanya menatap map itu. Kenapa? apa yang salah dari map itu?

"Oh, itu, aku baru mau ngasih sama kamu."

Raka menghela nafasnya, "Apa yang harus saya lakukan biar kamu mau ngasih saya kesempatan lagi?"

"Kamu cuma perlu lupain aku mas. Ngga ada momen berkesan juga kan selama kita nikah 2 tahun kemaren? ayolah mas, jangan gini."

"5 bulan Mira. 5 bulan. Kalau dalam 5 bulan itu kamu masih belum yakin sama saya, saya akan melepaskan kamu."

"3 bulan," perkataan Mira membuat Raka terkejut. "Aku kasih kesempatan untuk kamu 3 bulan."

"5 bulan."

"3."

"5."

"Oke kalau kamu ngga mau 3 bulan yaudah. Aku-"

"3 bulan," putus Raka.

"Terus ada syaratnya," ucap Mira.

"Apa?"

"Aku mau 20% dari saham perusahaan kamu," Mira berkata dengan tenang.

Raka menukik alisnya, bingung. Tapi akhirnya ia menyetujuinya. Demi ayang.

"Oke. Itu mudah. Tapi perusahaan yang mana?" katanya sombong.

Mira memutar bola matanya, "Ck. Perusahaan kamu yang utama."

Raka mengangguk setuju. Ia memberikan tangannya kepada Mira. Mereka berjabat tangan dan setuju akan semua hal yang mereka katakan tadi. Mira yang menyetujui berbaikan dengan Raka dan Raka yang menyetujui memberikan 20% saham perusahaannya kepada Mira.

"Ini terakhir mas. Kalau kamu ngecewain aku lagi, aku ngga tau bakal seberapa kecewanya aku nanti."

"Tenang. 3 bulan ini saya janji akan memperbaiki hubungan kita. Dan akan terus berlanjut ke bulan-bulan selanjutnya."

***

HALLOOO BRODD
#TIMCERE
#TIMBAIKAN
KALIAN YG MANA NIEEEEE???

~raa

Akhir dari kisahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang