Lemon Tea

20 3 1
                                    

"Hai, Ra."

"Hai Ka Ibram, terima kasih udah datang."

Aku menjelajahi ruang pestaku sendiri setelah pembukaan tadi. Teman-teman sekolahku semuanya berada disini, menghadiri undangan yang aku kirim kepada mereka. Tapi, ada dua orang yang belum ku temui wajahnya. Iya, dua wajah sahabat kecilku yang selalu bersama hingga saat ini. Mereka berdua bernama Zahwa dan Dilah.

"Dua lemon tea. Satu untuk aku dan satunya untuk kamu, nih."

Aku menoleh ke arah sumber suara itu. "Dilahh!!" teriakku histeris.

"Ihh, apaan sih Ra. Nggak usah teriak-teriak," ucap Dilah membenarkan tatanan rambutnya.

"Akhirnya sahabatku ini lebih memilih acara sahabatnya dibandingkan konser BTS." Pelukku erat, sehingga membuat Dilah sedikit sulit untuk bernapas.

"Nggak usah lebay, Raaa."

"Yaudah makan dulu. Aku mau temuin teman-teman sekolahku," ucapku meninggalkan Dilah sendiri.

"Okey, Ra."

Sekumpulan anak-anak remaja dengan dresscode monochrome sedang bercanda ria di salah satu meja khusus yang disediakan. Suasana pesta malam hari kini menjadi semakin meriah, karena Abi mengundang salah satu penyanyi favorit Rara. Yaitu Vierra.

"Hai, guys," sapaku pada teman-teman seangkatan di sekolahku.

"Hai, Ra. Happy birthday, hari ini cantiknya perfect," puji Alda, jemarinya membentuk lengkungan 'okey'.

"Biasa aja, Da."

"Tapi lo beneran cantik banget malam ini," potong Kris.

"Biasa aja, Kristofer."

"Gimana kalau kita foto bareng. Nanti fotonya di pajang di kelas, setuju?" timpal Lia heboh.

"Iya, setuju gue."

"Ayuk, Ra. Kita ke panggung lo, biar background fotonya bagus." Tarik Alda dengan semangat.

Satu, dua, tiga. Jeprettt. Setelah beberapa kali pose dengan gaya serba aneh. Entah, foto apa yang bakal di pajang di kelas. Aku tidak bisa memilahnya. Mereka semua super duper kocak dan vibesnya selalu happy.

"Itu Kemal, kan?" tanya Deva sembari menunjuk kearahnya.

"Eh, iya. Panggil gece," celoteh Alda saat melihatnya.

"Kemal!!" mereka berteriak seperti orang kesurupan.

Pikirku tidak asing melihat wajahnya. Ah, iya. Si cowok menyebalkan itu. Memangnya dia satu sekolah dengan kita? Tapi, kenapa hanya aku yang tidak mengenalnya? Sedangkan, teman-temanku yang lain mengenalnya.

"Mal, gece sini." Deva menarik lengan si cowok menyebalkan itu yang bernama Kemal.

"Apaan, sih?" tanyanya sinis.

"Udah lo senyum aja." Suruh Deva.

Aku yang berada di tengah-tengah kerumunan, pasti menjadi objek utama dengan pakaian yang berbeda sendiri. Tidak apa-apa, yang penting dalam foto tersebut aku terlihat cantik.

"Ternyata namanya Kemal," ucapku seraya duduk disampingnya.

Dia menghiraukan keberadaan ku. Asyik sendiri dengan gadget di tangannya.

"Keyy!!"

Dia menoleh ke arahku setelah ku panggil, "Lo manggil gue apa? Key? Ingat ya, jangan suka ubah-ubah nama orang!"

"Rara nggak ubah nama orang kok. Itu panggilan khusus Key dari Rara."

"Tapi, gue nggak suka!"

"Terserah, Rara mau panggil kamu Key."

KEY (On Going)Where stories live. Discover now