Aku & Dia

4 3 0
                                    

Hari ini langit begitu cerah nan sejuk. Suhu udaranya yang setengah derajat dari Jakarta, rasanya ingin menetap disini saja. Apalagi, orang-orangnya sangat peduli dan ramah, berbeda sekali dengan Jakarta. Sudah sesak, penuh, dan padat. Tak bisa kubayangkan bagaimana kota Jakarta saat ini.

Kami menepi di salah satu tempat wisata yang sangat terkenal di masyarakat, yaitu kedai kopi daong. Anak muda, selalu saja merekomendasikan tempat-tempat berbau kopi. Ya, sebenarnya sih bukan kopinya yang jadi tujuan utama kita kesini. Tapi, suasana dan pemandangan alam yang disuguhkan dari tempat ini, sehingga menarik minat semua orang, bukan hanya kami bertiga.

Sesampainya kita ditempat tujuan, Ka Yudis dan Key memarkirkan kendaraannya ke tempat yang telah disediakan. Aku menunggu dua manusia itu di pintu masuk kedai kopinya. Tak perlu lama-lama menunggu, dua batang hidung yang sudah lama ku kenal akhirnya muncul dari arah kanan kedai tersebut.

"Ternyata ramai banget, ya."

"Iya."

"Kalian langsung cari tempat duduk, jangan lupa viewnya yang bagusan." Ka Yudis langsung ke tempat pemesanan.

Kami berdua, siapa lagi kalau bukan aku dan Key seorang, kini berjalan menyusuri kedai tersebut. Mencari tempat yang disesuaikan dengan perintah Ka Yudis.

"Disana aja," seruku menunjuk kursi kayu dibawah pohon rindang.

"Boleh."

Belum juga ku langkahkan kakiku, dengan sigap jari-jemari Key menggandeng tanganku dengan erat. Menarikku mengikuti langkah kakinya. Lagi-lagi tanpa kusadari aku tersenyum. Entah senyum untuk apa dan siapa.

"Tolong fotoin gue dong." Aku memberikan kamera ponselku.

Key mengambilnya, dan dia memberikan aba-aba saat ingin mengambil gambar.

"Satu, dua, ti...,"

Cekrekkk,

"Bagus, bagus, bagus," seruku padanya.

Cekrekkk,

Lagi-lagi bunyi suara kamera mengambil gambar, padahal ponselku sedang ada ditanganku. Lalu, siapa yang sedang memotret? Ah, ternyata seseorang yang ada dihadapanku. Key dengan ponselnya mengambil gambar candid diriku. Sedikit risih, sih. Tapi, dia melihatkan hasil jepretannya kepadaku.

"Cantik, kok," ucapnya melihat foto diriku di dalam ponselnya.

"Jangan suka bohong. Orang belum siap, udah difoto," jawabku memberikan kembali ponselnya.

"Aku nggak bohong, Ra."

Kata 'aku' yang diucap dari mulutnya tiba-tiba membuat jantungku berdegup kencang. Aneh, tapi ini sangat nyata. Ada momen yang benar-benar tak bisa kujelaskan sama sekali.

"Ra," panggilnya membuyarkan lamunanku.

"Hm, iya kenapa?"

"Nggak pa-pa. Tuh si mulut beo lagi bawain kopi," ucapnya sambil tertawa lepas.

Aku ikut tertawa. Pantas saja, melihat wajah Ka Yudis yang tak habis-habisnya cemberut membuat kita tertawa. Ada apa lagi gerangan Ka Yudis?

"Astaga, lo berdua bener-bener, ya. Nggak sekalian aja cari tempat di ujung kulon." Ka Yudis adalah tipikal cowok yang selalu mengeluh, hahaha.

"Kan, disini viewnya bagus, Ka. Lo juga kan nyuruh buat dapet view yang bagus." Bela Key santai.

"Udahlah, nih buat lo berdua. Gue mau kumpul sama temen-temen, kebetulan mereka lagi liburan juga. Oh iya, lo anak curut jangan buat Rara nangis, jangan di apa-apain. Jagain girlfriend gue." Ka Yudis dengan tajam menunjuk wajah Key.

KEY (On Going)Where stories live. Discover now