地獄 (一)

368 54 4
                                    

   Katsuki membuka matanya perlahan, pandangannya yang buram berangsur - angsur membaik. Hal yang pertama kali ia lihat adalah langit – langit berwarna putih, ia juga mencium bau khas rumah sakit. Ia melirik kearah sampingnya, langit sudah gelap. Terdengar suara decitan pintu dibuka,

"Kau sudah sadar Bakugo?" Kirishima masuk dengan kantung berisi makanan. Katsuki menatap lamat sahabatnya itu, seingatnya—ia berada di dekat danau tadi.

"Kenapa aku ada disini?", Katsuki mencoba duduk. Kirishima membantu Katsuki,

"Kau pingsan tadi," tangannya menopang punggung Katsuki.

"Ah, kau benar Kirishima." Katsuki berhasil duduk dengan bantal sebagai penyangga-nya. Kirishima membuka bungkusan onigiri yang ia beli di minimarket tadi—memberikannya pada Katsuki. Katsuki mengunyah onigiri itu, ia seketika teringat sesuatu.

"Aku mendengar suara tangisan tadi, di rumah—di dekat danau itu." Kirishima membolakan matanya,

"Kau serius, Bakugo?" Ucapnya tak percaya. Katsuki yang melihat itu mendelik kesal.

"Tentu saja, kau pikir aku bercanda? Lagipula—suara yang aku dengar itu, mirip dengan suara Deku." Ia mengecilkan suaranya saat nama itu terucap. Onigiri yang Kirishima pegang, terjatuh—terlepas dari genggamannya. Kata – kata Bakugo membuat dirinya shock.

"Mirip... suara Izuku—" Katsuki yang melihat reaksi Kirishima pun merasa heran, kenapa sahabatnya itu menatapnya dengan tatapan seperti itu.

"Ada apa dengan ekspre—ugh," kepala Katsuki berdenyut hebat. Kirishima merasa panic, ia dengan cepat menelpon ruang perawat jaga.

"Halo—tolong teman saya, sakit kepalanya kambuh!" Tangan serta suaranya bergetar, hal – hal seperti ini—mampu membuatnya teringat kembali dengan pria itu, Midoriya Izuku.

   Dua orang perawat dan satu orang dokter masuk ke ruangan Katsuki, sementara Kirishima disuruh untuk menunggu—ia memilih untuk menunggu di pojok ruangan. Ia menatap cemas temannya yang dari tadi seperti sedang meracaukan sesuatu. Sedikit banyak, Kirishima dapat membaca gerakan bibir Katsuki.

   'Deku, dingin, tolong'


   Kirishima tidak kuat untuk melihat keadaan Katsuki sekarang, Ia memilih keluar.

----------------------------------------------------------------------------



   Pancaran sinar matahari pagi membangunkan Katsuki dari tidurnya, angin sepoi – sepoi yang masuk membuatnya merasa kembali ingin mengarungi dunia mimpi, sebelum sebuah suara mengintrupsinya.

"Kacchan kau harus bangun. Kalau tidak bangun sekarang, rejekimu akan dipatok ayam!" Sudut mata Katsuki melihat kearah sosoknya—Izuku, atau biasanya dipanggil 'Deku' oleh Katsuki itu sedang berkacak pinggang. Katsuki terkekeh,

"Lima menit lagi ya, Deku." Kepala Katsuki mendusel bantal yang selalu melabuhkannya kedunia mimpi. Romantisme antara Katsuki dan bantal ini hanya diketahui oleh beberapa orang—termasuk Izuku yang sedari tadi setia berkacak pinggang didepan Katsuki.


"Kau harus bangun Katsuki" suara Izuku terdengar parau.


   Katsuki terbangun dengan keringat yang bercucuran, ia mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru ruangan, mengatur napasnya yang tak beraturan. Ia mendudukkan diri—meraup udara dan ketenangan dalam satu waktu.

"Deku," Ucapnya. Ia melirik jam diatas nakas yang menunjukan pukul tiga pagi, ia pun berdiri untuk membasuh mukanya—menatap mukanya yang terlihat pucat pada cermin yang menjadi penghias dinding. Ia mendudukkan dirinya di kasur, kembali berbaring dengan posisi semi fowler.

   Mimpinya itu, pasti mempunyai muara—apalagi jika itu mimpi yang menyangkut Izuku. Ia yakin firasatnya tidak pernah salah. Jadi Katsuki memutuskan, ia akan mencari tahu semuanya. Keberadaan Izuku, perubahan sikap Kirishima, Iida yang selalu memberinya obat, dan firasat buruknya tentang Todoroki Shoto.

"Tunggu aku, Deku" Katsuki perlahan memejamkan matanya—membiarkan angannya menuntun, memabawanya ke alam mimpi yang indah.


過去から逃げられると思います?


   Katsuki keluar dari rumah sakit hari ini—meskipun tidak ada yang datang menjemput, ia tetap pergi. Iida masuk ke kamarnya saat ia hampir selesai dan bersiap pulang.

"Kenapa tidak tinggal untuk beberapa hari lagi Katsuki.?" Iida membuka percakapan, ia duduk di sofa yang terletak disudut ruangan.

"Untuk apa aku membuang uangku disini, lebih baik aku membelikan Izuku makanan dan pakaian yang bagus," ucapnya tanpa melihat kearah Iida—yang sudah memasang air muka tegang.

"Izuku pasti akan memukulmu jika ia mendengarmu bericara seperti itu" Iida merapikan letak kacamatanya.

"Hahaha kau benar. Omong – omong ada urusan apa kau kesini" Katsuki menatap Iida dengan tatapan penuh selidik. Iida berdiri—meraih sesuatu dalam kantungnya, ia berjalan mendekati Katsuki—beberapa pil terkemas di dalam botol yang dibawa Iida.

"Ini untukmu," Iida menyerahkan botol itu pada Katsuki. Katsuki mengernyitkan dahi pertanda heran,

"Tapi obatku masih belum habis, aku masih punya banyak" Ia ingin menyerahkan obat itu pada Iida.

"Kau tahu, sepertinya pil itu tidak bekerja dengan baik. Jadi aku menaikkan sedikit dosisnya" ujar Iida.

"Kau tidak perlu melakukan hal seperti ini—sungguh. Aku ini tidak butuh anyak banyak obat."

"Kau ingin menolaknya Katsuki?, padahal itu aku beli dengan memotong gajiku" Iida membuat mimic mukanya menjadi sedikit sedih, ia tahu bahwasanya Katsuki tidak akan menolak pemberiannya.

"Baiklah, tapi kau tidak perlu melakukan ini dimasa depan—ok" Katsuki menyerah, ia menerima obat itu dengan rasa segan yang terasa di hatinya. Setelah hal ini selesai, Iida segera pergi—berkata bahwa masih ada pekerjaan lain yang menunggunya. Dengan gerakan seperti robot ia kembali keruangannya, melihat hal itu—Katsuki hanya bisa tersenyum kecil. Iida benar – benar tahu cara untuk menghibur orang lain.

よる|| Malam [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang