10 : GADIS IPANEMA

1K 160 51
                                    

Sepanjang perjalanan mereka saling diam. Meski semilir angin yang menerpa wajah dan rambut Reva membuatnya nyaman. Mungkin karena dia masih kesal, atau mengetahui kenyataan jika Jazz ternyata tidak mengantarnya pulang. Reva tahu ke mana Jazz akan membawanya. Mereka melewati jalan ini beberapa waktu yang lalu.

Benar saja. Motor hitam Jazz berhenti di bawah rimbunan bambu sebuah perkebunan sayur. Kedua mata Reva menjelajah tempat tersebut setelah turun dari boncengan. Tampak beberapa orang beraktivitas di sana.

"Sorry." Reva menoleh saat Jazz bicara. Laki-laki itu menggantung helm pada setir sepeda motornya. "Aku tadi bikin kamu kaget."

Reva membalas tatapan Jazz padanya, lalu melempar pandang ke kejauhan. "Iya. Lagian aku juga salah. Ngelamun di jalan," ucapnya.

"Ada sesuatu yang mengganggu kamu?" Reva kembali menoleh pada Jazz. "Sejak kita pertama ketemu, kamu kayak ... eum, Gadis Ipanema."

"Ha?" Reva mengerutkan keningnya.

Jazz tersenyum kecil, lalu duduk di atas sadel motornya. "The Girl From Ipanema. Lagu jazz klasik yang dipopulerkan Stan Getz dan Joao Gilberto. Versi bahasa Inggrisnya dinyanyikan Frank Sinatra. Pernah dengar?"

Reva menggeleng. Dia tidak banyak tahu tentang musik. Tidak seperti Ambar yang seolah Wikipedia berkaki dua. Bisa jadi karena profesinya sebagai penyiar yang setiap hari bergelut dengan musik, membuat perempuan itu memiliki banyak pengetahuan tentangnya.

Jazz menatap hamparan hijau di kejauhan. Bibirnya bersenandung. Melantunkan bait terakhir lagu The Girl From Ipanema versi bahasa Inggris.

Tall, (and) tan, (and) young, (and) lovely

The girl from Ipanema goes walking

And when she passes, I smile

But she doesn't see (doesn't see)

(She just doesn't see, she never sees me...)

[Frank Sinatra – The Girl From Ipanema]

Wajah yang teduh, suara yang merdu. Mata dan telinga Reva terpaku pada laki-laki di sebelahnya. Jazz kembali menoleh dan bertemu pandang dengan sepasang mata berujung naik nan jernih milik Reva.

"Secara fisik, kamu mungkin nggak persis sama dengan gambaran Gadis Ipanema, sih. Tapi kamu dan dia sama," ucap Jazz. "Sadar nggak, kalau banyak yang perhatiin kamu? Terutama saat kamu pertama menginjakkan kaki di Heartbreak Playlist. Nggak sedikit yang mencuri pandang ke kamu walaupun wajah kamu lagi mendung. Tapi kamu nggak peduli. Kamu hanya peduli sama apa atau mungkin siapa yang bikin wajah kamu mendung."

"Aku cuma lelah," ucap Reva sejurus kemudian.

"Kelelahan macam apa yang bertahan sampai satu minggu?" kejar Jazz. "Aku rasa bukan tubuh. Tapi hati kamu yang lelah."

Kali ini Reva terdiam. Entah mengapa ucapan Jazz terasa menusuk. Tepat ke dalam perasannya yang sangat dalam. Senyata itukah kelihatannya? Jazz adalah orang yang baru dia kenal. Namun seolah, laki-laki itu mampu menembus pikiran Reva.

"Banyak," ucap Reva. "Aku kelelahan bawa itu semua di kepalaku. Jadi aku memutuskan untuk istirahat dulu. Itu sebabnya aku ke sini." Perempuan itu kembali menatap Jazz.

"Dengan tetap membawa semua beban di kepala kamu?" tanya Jazz.

Reva tersenyum samar. "Mungkin."

Jazz mendesah pelan. Kemudian mengulurkan tangan pada Reva. "Ayo ikut. Lupain dulu apa yang bikin kamu galau."

"Ke mana? Dan ngapain?"

Heartbreak Playlist [TAMAT] (SUDAH TERBIT) Where stories live. Discover now