Chapter 1

840 28 1
                                    

Malam ini begitu sunyi, dingin dan menyesakkan. Bagi seorang gadis yang kini tengah terduduk diam dibawah cahaya remang-remang kamar hotel yang tengah ia tempati. Dengan ditemani sebotol minuman, ia berharap mabuk bisa membuatnya melupakan segala amarah, rasa sakit dan kekecewaan. Tunangan yang sudah dari kecil dijodohkan dengannya, tiba-tiba saja membatalkan pertunangan mereka. Dan memilih menikahi gadis lain yang ternyata adalah sahabat karibnya.

Terkadang Zia berpikir hidup ini terlalu rumit dan menyakitkan. penuh dengan orang-orang hina dan bermuka dua. Berkali-kali Zia selalu dikhianati oleh orang terdekatnya, mulai dari ibu tirinya, saudarinya, kerabatnya dan sekarang dua orang yang amat ia percayai di dunia ini setelah mama dan papanya pergi, Lina dan Deni juga telah mengkhianatinya.

"kenapa? kenapa kalian semua mengkhianatiku?!! huh!" Teriak Zia marah.  Di bantingnya gelas di tangannya hingga pecah memenuhi lantai.

"kenapa tak ada yang tulus padaku? ma! Kenapa kau pergi meninggalkanku disini sendirian? kenapa kau tak bawa aku ikut bersamamu?" Zia menangis meratapi nasibnya, yang kini hanya tinggal ia sendiri sebatang kara. Tak ada lagi keluarga yang melindunginya. Tak ada sahabat tempatnya berbagi. Tak ada Deni, tunangannya, tempat bergantungnya, tidak ada lagi.

kring...

kring...

"Hallo!" Zia mengambil benda pipih yang sedari tadi terletak di samping tempat ia duduk.

"Hallo nona! Saya sudah mendapatkan barang yang anda minta." Ucap seseorang diseberang telepon.

"Baiklah antarkan ke hotel Axana sekarang! aku menunggumu dilantai dua restoran hotel. Sepuluh menit, aku ingin kau sudah ada disana!" perintah Zia pada si penelpon itu.

"Baik nona." patuh orang itu.

Kini tak ada lagi raut kesakitan dan kesedihan diwajah gadis itu. Selain senyum sinis penuh kebencian

"Lihat saja aku akan membalas kalian satu persatu." Janji gadis itu  bertekat pada dirinya.

 
Zia pun segera merapikan penampilannya kembali, yang tadinya terlihat sangat kacau. Namun, bagaimanapun bau alkohol ditubuhnya tak mungkin akan hilang begitu saja dengan membasuh muka. Merasa tidak terlalu penting, Zia pun tetap berjalan menuju restoran itu.
 

"Ini nona." pria berperawakan jangkung dengan stelan kantor itu memberikan sebuah flashdisk kepada Zia.

"Kerja bagus, selanjutnya aku ingin kau urus wanita ular itu dan juga putrinya. Aku tak ingin saat nanti aku pulang mereka masih menginjakkan kaki kotornya di rumahku."  perintah Zia dengan senyum dinginnya yang membuat siapa saja merinding.

"Baik nona." angguk Tino sekretaris pribadinya. bahkan Tino pun merasa merinding melihat bos cantiknya itu. Bos cantik yang terlihat selalu tenang walau tanpa senyum, sekarang terlihat mengerikan dengan senyum sinisnya. Setahunya, walau nyonya dan tuan Rachman telah meninggal, itu tak cukup kuat untuk membuatnya menjadi sesedih ini. Tino tahu dibalik tatapan dingin Zia terdapat sebuah luka yang amat perih.

"Kalau begitu, jika tak dibutuhkan lagi disini, saya undur diri dulu." ucap Tino lalu berdiri, dan meninggalkan Zia setelah gadis itu mempersilahkan.

"Malam nona, hari ini hotel kami sedang berulang tahun. Jadi kami memberikan cake gratis ini untuk semua pelanggan silahkan dicicipi nona." Seorang pelayang menghampiri Zia dengan membawa sepotong cake bertoping stroberi.

"Baiklah terimakasih." Ucap Zia lalu mengambil cake itu dan memakannya dalam diam. Zia tak sadar sesuatu telah dicampur ke dalam cake yang ia makan.

"Apa ini benar-benar hotel bintang lima? Kenapa aku sangat merasa gerah sekali. Sebaiknya aku kembali ke kamar dan berendam. Bau tubuhku benar-benar tidak enak." Gumam Zia pada dirinya sendiri.

 
Di pojok sisi lain hotel terlihat seseorang berpakaian serba hitam dengan memakai jubah, tengah berdiri mengawasi seorang gadis bergaun merah darah yang sedang menikmati cakenya.
 

"Lihat saja kali ini aku akan membuatmu hancur dan menghilang dalam satu malam." gumam orang itu bernada sinis

"Ia akan segera ke sana kau bersiaplah! lakukan seperti yang sudah aku katakan. Ingat sesudah kau bersenang-senang dengan tubuhnya langsung habisi dia."  ucap orang itu, masih melirik ke arah gadis berbaju merah yang kini telah berjalan menuju lift.

Ting...

pintu lift terbuka, Zia bergegas berjalan menuju kamarnya. sungguh tubuhnya benar-benar sangat gerah sekarang.

"Siall aku lupa nomor kamarku sendiri." Rutu Zia yang melupakan nomor kamarnya sendiri. seingatnya angka berbentuk lengkungan yang ada lingkarang disetengah lengkungan itu. enam atau sembilan, Jia benar-benar lupa. Apalagi semua pintu kamar ini terlihat sama.

"Terbuka, sepertinya ini kamarku." Ucap Zia memasuki kamar itu.

"Tubuhku benar-benar gerah sekali, ahh panas sekali. apa ini benar hotel bintang lima! sialan aku akan menuntut hotel ini." Kesal Zia lalu melepaskan rompi gaunnya. meninggalkan gaun merah yang kini terlihat sangat seksi.

"Oh dear, aroma arak yang memabukkan. sangat menggoda." Suara seorang pria yang entah dari mana datang langsung merengkuh tubuh Zia.

"Sial siapa pria ini? Tapi sentuhannya membuat tubuhku menjadi lebih relaks dan nyaman, dan kulitnya benar-benar dingin." Batin Zia saat pria itu mulai menelusukan kepalanya dileher jenjang Zia.

"Oh dear kau sungguh nikmat." racau pria itu yang terlihat sangat bergairah. Bahkan kini tangannya sudah merayap menyentuh bagian sensitif Zia. Zia, yang sedang dalam pengaruh obat pun tak bisa berpikir jernih. Saat kulit-kulit pria itu bersentuhan dengan tubuhnya. Hanya dua kata yang terlintas diotaknya dingin dan nikmat.

Langit malam bertabur bintang menjadi saksi penyatuan dua insan yang tidak saling mengenal itu. Azia sudah larut dalam tidurnya yang damai. Sementara si pria dalam gelapnya ruangan menatap lurus ke punggung Zia yang terpampang didepannya. Punggung itu sangat indah saat cahaya bulan memantul ke arahnya. Pria itu mengagumi sosok wanita disampingnya itu, sepertinya bawahannya kali ini memiliki mata yang bagus dalam mencari wanita satu malamnya.

The Red DressTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang