Perubahan

195 29 15
                                    

Seungwoo lahir dirantauan orangtuanya yang tengah menuntut ilmu. Makanya di akta, tempat lahir dia buat temen-temennya nanya. Kok bisa lahir disana.

Ya bisalah. Masa mamanya udah kontraksi harus pulang ke Indonesia dulu. Mana tahan.

Seungwoo anak tunggal. Nggak punya saudara. Jadi waktu sekolah temannya cerita soal adik atau kakak, dia bingung siapa yang mau diceritain. Ya masa mama papanya. Ketemu mereka aja juga jarang.

Papanya guru besar di satu universitas ternama. Sedangkan mamanya dekan. Orang-orang berpendidikan yang memberi beban sosial pada anaknya secara tidak langsung.

Ketika orang tua kalian begitu terpandang dan kalian sering dibawa ke acara kumpul-kumpul mereka, sudah pasti orang-orang akan bertanya akan jadi apa besar nanti. Secara otomatis orang-orang juga mulai menjatuhkan ekspektasi yang tinggi.

Ada yang bilang pasti mau ngikuti jejak ayahnya lah, atau jadi dokter seperti keluarga besar mamanya lah. Tahu apa orang-orang tentang hidupnya.

Kalau dipikir-pikir, Seungwoo ternyata nggak bahagia-bahagia amat lahir di keluarga ini.

Dari kecil dia masuk boarding school. Sekolah asrama dan jauh dari orang tua. Buat dia jadi makin jauh dan tanpa sadar buat tembok tinggi dengan lingkungan sosial bahkan orangtuanya.

Dia anak yang antisosial. Nggak mudah buat dia berbaur. Karena dari kecil memang jarang diijinkan keluar rumah untuk main. Taunya ya belajar belajar belajar.

Seungwoo juga anak yang penurut. Satu-satunya pemberontakan yang dia punya cuma nggak mau dibalikin ke boarding school.

Dia udah muak dengan aturan asrama. Pengen tinggal di rumah kaya anak-anak lain.

Tapi orangtuanya nggak setuju. Mereka kerja dari pagi sampai malam kadang-kadang. Ninggalin remaja tanggung sendirian di rumah bukan pilihan. Siapa yang bakal jagain dan urus si anak nanti?

Kalau di asrama kan ada ketua asrama dan roommates yang bisa bantu awasi pergerakan Seungwoo.

Sekali lagi, Seungwoo harus mengalah untuk masuk ke boarding school lagi.

Dia udah lulus SD. Dan sebulan lagi bakal masuk sekolah asrama barunya.

Sekarang dia masih menikmati hari liburnya di rumah. Seorang diri tanpa siapapun.

Dia kesepian. Udah lama tinggal di lingkungan rumahnya tapi nggak satupun orang yang dia kenal. Bahkan anak-anak seusia pun dia nggak ada kenal.

Manusia terisolir dan terasingkan. Jauh dari peradaban. Itu kata Seungyoun.

Bocah perempuan yang awalnya dia kira laki-laki karena potongan rambutnya. Yang bolongi kaca jendela rumahnya karena mau kenalan. Yang ternyata punya dunia mengasikkan untuk Seungwoo yang anak rumahan.

Seungwoo yang biasa duduk diem di rumah, baca buku, nonton tv, main video game berasa ditatar habis-habisan begitu ketemu Seungyoun dan mulai diperkenalkan ke teman-temannya.

Meskipun kecil teman Seungyoun beragam usianya. Dan kebanyakan laki-laki. Anak perempuan tapi mainnya bukan boneka.

Seungwoo yang laki aja kalah nge-gojek bola. Jago banget ini anak main kelereng, layangan, sampai balap sepeda. Semua kegiatan yang dibawah matahari terik deh. Sampai tiap pulang Seungwoo bau sangit, apek saking lamanya berjemur.

Dia yang anak rumahan berasa kesiksa dan nggak tahan ikuti alur permainannya. Sampai akhirnya tiap pagi mandi sunscreen demi tetap putih paripurna.

Apalah Seungyoun yang kulitnya cokelat seksi dan kakinya penuh bekas luka baret. Tapi tetep cuek.

Serendipity _ Ryeonseung GSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang