❤️ Pria itu

1K 108 8
                                    

Terlihat seorang wanita tampak gelisah menatap kalender berukuran mini yang berada di meja kerjanya. Hari pernikahannya semakin dekat bahkan bisa di hitung dengan jari. Haruskah dia senang? Atau sedih?

Pintu ruangan itu terbuka, terlihat bosnya memasuki ruangan itu, yang tak lain, adalah saudara kembarnya Neandro.

"Naomy, Neandro menunggumu di bawah. Kalian akan fitting gaun pernikahan hari ini," kata Neandra, alias bosnya itu.

"Apa? Secepat ini?" tanya Naomy terkejut.

"Lebih cepat, lebih baik bukan?"

"Taklukan hatinya lagi, tapi kemungkinan sekarang sangatlah sulit," kata Neandra tiba- tiba.

"Apa maksudmu?"

"Kau pernah menolak saudaraku bukan? Kenapa kau tidak menerimanya saja saat itu? Mungkin dia akan mencintaimu saat ini."

Naomy hanya terdiam mengingat kesalahan yang pernah dia lakukan. Dia juga tidak akan seperti ini jadinya.

"Saat itu aku belum menyadari perasaanku, aku hanya menganggapnya sebagai sahabat. Tapi sekarang aku akan memperbaikinya semua."

"Aku harap kau bisa," kata Neandra tak yakin. "Saudaraku itu orangnya sangat ramah. Namun, dia tipe orang yang sulit memaafkan. Tapi, aku yakin kau bisa, calon iparku."

Naomy hanya mengangguk. "Doakan aku, aku akan berusaha," kata Naomy pasrah.

"Semoga berhasil."

"Baiklah, aku permisi," ucap Naomy keluar dari ruangan itu.

Naomy menekan tombol lift. Namun, seseorang yang tidak dikenalnya menyentuhnya bersamaan.

"Maaf," ucap Naomy menunduk, "Silahkan anda duluan."

"Tidak kau saja duluan," kata pria itu.

"Aku akan turun kelantai 1, jadi kau saja duluan."

"Benarkah? Tujuan kita sama."

Pria itu langsung menekan tombol lift lantai 1. Sekarang suasana keheningan melanda di dalam lift itu.

"Bolehkah aku berkenalan denganmu? Namaku Arga," ucap pria itu mengulurkan tangannya.

"Aku Naomy," sahut Naomy ramah menjabat tangan pria dihadapannya. Naomy rasa pria ini sebaya dengannya.

"Kenapa aku merasa pernah melihatmu? Tapi dimana?" guman pria itu.

"Benarkah? Kau pernah melihatku?" tanya Naomy antusias.

"Iya, tapi aku lupa dimana," sahut pria itu bingung.

Mereka berdua bercengkrama panjang lebar tentang pekerjaannya masing-masing, sembari berjalan mengarah pintu keluar, dan terlihat Neandro sudah menunggu di depan mobilnya.

"Baik aku pergi sekarang," kata Naomy mengakhiri percakapannya.

"Apa dia kekasihmu?"

"Bukan, dia calon suamiku," sahut Naomy tersenyum.

"Calon suami?"

"Iya," balas Naomy singkat. "Baiklah aku duluan."

Terlihat pria itu menatap Naomy dari kejauhan memasuki mobil Neandro. Dia mengembangkan senyumnya, langsung mengambil ponselnya menelepon seseorang.

"Cari tahu informasi tentang wanita itu. Namanya Naomy, tolong kabari aku secepatnya."

❤️❤️❤️

Mobil itu melaju kencang, tak ada yang membuka percakapan diantara mereka. Bahkan, tidak ada seperti biasanya, seperti alunan lagu yang dulu Neandro putar setiap mengajaknya keluar. Entah kenapa Naomy tidak ingin memulai percakapan kali ini, dia lebih memilih mengedarkan pandangannya kearah jalanan.

NeandroWhere stories live. Discover now