❤️ Gelisah

1.1K 106 14
                                    

Di malam sunyi nan sepi, seorang wanita tampak gelisah berjalan mondar mandir di depan ruangan operasi. Pandangannya terus melirik kearah ruangan operasi, dua jam sudah dia disini. Namun, tak ada tanda-tanda dokter keluar dari ruangan itu.

"Bagaimana jika terjadi sesuatu?" tanyanya khawatir.

"Tetaplah berpikir positif Naomy, Neandro akan baik- baik saja," kata wanita itu meyakinkan dirinya.

Tak henti- hentinya doa dia panjatkan kepada Tuhan, agar pria itu diselamatkan dari fase kritisnya. Jika sampai terjadi sesuatu kepada pria itu, Naomy tak akan pernah memaafkan dirinya.

Cklk.

Terlihat pintu ruangan operasi itu terbuka, menampilkan seorang pria berjas putih yang keluar dari ruangannya. Naomy segera berlari kearahnya.

"Maaf, apa anda keluarganya?" tanya dokter itu.

"Saya istrinya," jawab Naomy refleks. Entah kenapa itu bisa keluar dari mulutnya.

"Emm--aku calon istrinya," ulang Naomy meluruskannya kembali.
"Bagaimana keadaan kekasihku?" tanyanya khawatir.

"Dia kehilangan banyak darah, saat ini kami kehabisan stok darah sepertinya. Jika menunggu lebih lama lagi, maka keadaannya akan semakin kritis," jelas dokter itu.

"Apa golongan darahnya dok?"

Dokter memberikan sampel golongan darah Neandro, dan kebetulan golongan darahnya sama dengan Naomy.

"Ambil saja darahku, golongan darahku sama dengannya," kata Naomy kepada dokter itu.

"Apa kau yakin nona?"

Naomy mengangguk, dia akan melakukan apapun agar Neandro tetap hidup.

Dokter itu mulai mengajaknya ke sebuah ruangan untuk melakukan transfusi darah. Naomy memalingkan wajahnya ke samping. Terlihat Neandro dengan wajah pucat pasi terbaring di barnkarnya. Naomy ingin melakukan hal yang terbaik untuk pria itu. Apapun yang terjadi, Neandro harus tetap hidup.

"Tolong lakukan yang terbaik dok, selamatkan kekasihku."

"Kami akan berusaha semaksimal mungkin nona," kata dokter itu.

Naomy melihat kearah dalam, terlihat alat- alat berat yang membantu Neandro untuk bertahan hidup. Tanpa disadari, buliran bening lolos membasahi pipinya.

"Neandro bertahanlah, demi cinta kita."

❤️❤️❤️

Beberapa hari kemudian...

Suasana siang yang terik, terlihat seorang wanita berjalan tanpa tujuan yang jelas, kakinya mulai melangkah tak tahu harus kemana lagi. Naomy mengedarkan pandangannya ke seberang jalan, melihat sebuah salon kecantikan disana. Naomy segera beranjak memasuki tempat itu.

"Selamat siang nona, ada yang bisa kami bantu?"

"Emm-- bisakah kau memotong rambutku?" tanya Naomy. Memang, potong rambut adalah solusi terbaik untuk meringankan beban hidup.

"Baik nona, mari ikut denganku," ajak pegawai salon itu ramah.

Naomy berbaring di tempat yang disediakan, Pegawai salon itu mulai melakukan keramas, serta memijit kepala Naomy pelan. Naomy menikmati sensasi itu, rasanya sakit kepalanya sedikit berkurang.

Setelah keramas, pegawai salon itu mengeringkan rambut Naomy, dan sekarang tersisa tahap terakhir, saatnya memotong rambutnya. Namun, terlihat pegawai salon itu menaruh guntingnya kembali.

"Apa kau yakin memotong rambutmu nona? Rambutmu sangat lebat dan indah, sebaiknya biarkan saja seperti ini." Pegawai salon itu tidak tega memotong rambut Naomy.

"Lakukan saja apa yang aku mau, aku ingin rambut pendek," kata Naomy bersikukuh.

"Apa kau ada masalah nona?" tanya pegawai salon itu.

Memang, kebanyakan wanita yang mengalami gejala stress atau depresi selalu melampiaskannya kepada rambutnya. Tak segan- segan mereka memotong rambutnya hingga sangat pendek, menganggap itu adalah pelampiasan terbaik.

"Aku ingin terlihat berbeda saja, tidak ada masalah dalam hidupku," bohong Naomy.

Pegawai salon itu mengangguk mengerti, mulai memotong rambut Naomy sedikit demi sedikit sesuai keinginannya. Naomy melihat dirinya di cermin, terlihat helaian rambutnya perlahan jatuh ke bawah, dan sekarang menyisakan potongan rambut pendek yang Naomy inginkan.

Naomy tersenyum melihat pantulan dirinya di cermin. Melihat wajah barunya berambut pendek.

"Kerja bagus, hasil yang sangat memuaskan."

Naomy mengambil tasnya, segera membayarnya, tak lupa juga dia menambah tip nya. "Terimakasih, aku sangat menyukainya."

"Nona, kembaliannya."

"Ambil saja," kata Naomy keluar dari salon itu.

"Semoga harimu menyenangkan nona."

Naomy berjalan perlahan, melangkahkan kakinya menikmati harinya, entah kenapa bebannya terasa sedikit berkurang setelah memotong rambutnya. Dia melihat toko bunga segar yang ada disana. Tanpa disadari, kakinya berjalan kearah sana.

"Tuan, aku ingin beli yang ini," kata Naomy memilih beberapa tangkai bunga mawar merah.

Penjual bunga itu mengangguk, langsung memberikan apa yang Naomy mau, wanita itu langsung membayarnya.

"Nona, kembaliannya,"

"Ambil saja tuan, itu untuk anda."

"Terimakasih nona, semoga harimu menyenangkan."

Naomy tersenyum, seharian ini dia selalu mencoba berpikir positif dan membahagiakan dirinya. Kini Naomy melangkahkan kakinya menuju rumah sakit itu.

Dia memasuki ruangan rawat inap kelas VIP bernuansa putih yang megah dan luas.

"Neandro, lihatlah wajah baruku. Aku terlihat cantik bukan?" kata Naomy tersenyum.

"Oh iya, hari ini aku juga membeli bunga mawar merah ini." Naomy menaruh bunga itu pada vas yang tersedia disana.

"Lihatlah, vasnya terlihat bagus bukan? Bagaimana menurutmu?"

Pria itu tak bergeming, terlihat masih tak sadarkan diri.

Deg.

Naomy sadar jika Neandro belum bangun dari komanya.

"Hiks...hiks..." Kini senyuman Naomy berubah menjadi isak tangisan. Naomy sudah tidak kuat lagi bersandiwara seolah-olah pria itu baik- baik saja. Sudah hampir seminggu Neandro koma. Namun, tak ada tanda-tanda pria itu akan terbangun.

Naomy mencoba kuat, menghapus air matanya, mulai menghampiri pria yang masih koma terbaring tak sadarkan diri.

"Sampai kapan kau menghukumku Neandro?"

"Ayo bangunlah, bukankah kau ingin menikah denganku?"

"Neandro, hiks...hiks..."

"Aku mencintaimu Neandro, aku berjanji akan selalu berada di sisimu apapun yang terjadi."

Bersambung...

NeandroWhere stories live. Discover now