04

1.4K 161 6
                                    

Dalam jalan menuju pulang kerumah, Sani terbiasa menyenandungkan lagu dengan lirih, lagu kesukaan? Dia tidak ada. Dia hanya ajan menyanyikan lagu apa yang ada dipikirannya.

Melihat dari kejauhan rumahnya sudah terlihat Dia semakin ingin cepat, ia lelah dengan pekerjaan hari ini, Sani berlari untuk mempercepat langkahnya menuju rumah. Sampailah dia dirumah dan mencari kunci rumah yang selalu ia tinggalkan di dalam pot bunga yang disamping pintu, ia segera membuka pintu dan memasuki rumahnya.

Berjalan menuju kamarnya Sani langsung merebahkan badannya dikasur, menghela napas kasar dan melamun sebentar lalu dia bangkit lagi. Dan bersiap membersihkan diri.

Memasak. Itu yang di lakukan Sani setelah membersihkan diri dia terbiasa memasak sendiri, memangnya siapa lagi yang mau memasakannya? Setelah selesai memasak ia mulai memakan apa saja yg dimasaknya hanya sayur sop ditambah nasi, itu sudah membuatnya kenyang.

Setelah menyelesaikan makan dan urusan dapur ia menuju ke kamarnya. Memulai untuk belajar sebelum ada yang mengetok pintu dengan kasar. Mengernyitkan dahi heran, jarang ada yang datang kerumahnya.

Membuka pintu depan dan ia mendapati beberapa orang berpakaian hitam dan dengan badan yang besar, membuatnya kecil.

"Ada yang bisa saya bantu?" Tanya Sani. Mereka memasang raut datar sejak datang tadi.

Salah satu dari mereka menjawab. "Ada!"

"Apa itu?"

Seorang yang menjawab tadi mengisyaratkan temannya segera memposisikan kedua samping Sani. "Ikut kami, itu akan membantu!" Setelah mengucapkan itu  segera dibawa ke mobil. Tanpa menutup pintu rumahnya. Sani meronta, apa-apaan? kenapa dirinya dibawa seseorang seperti ini. Dia diculik? Jika diculik, kenapa minta bantuan? Ahh dia tau penculik berkedok minta tolong, jadi seperti ini rasanya. Tapi tidak enak sayang.

"Lepasin!"

"Lepasin sayaa!!"

"Bukannya tadi saya minta bantuan, bantu saya kamu tidak usah teriak!" Seseorang yang menajawab tadi.

"Gila kali ya, masak mau diculik gak teriak, apalagi modusnya minta bantuan!!itu juga rumah saya belum ditutup anj-astagfirullah!"

"Diamlah tuan!"

"Y" Tak lama...

"Tapi gak bisa!!! Saya kan lagi diculik!!" Sani langsung dimasukkan ke dalam mobil. Segera seseorang langsung menaruh kain dimulutnya untuk membungkam. Mobil itu berjalan dengan cepat, segera pergi dari halaman rumah Sani.

Sani pengen ngomong tapi mulutnya ketutup jadi cuma kedengeran gini.
"Em emmm emm em eemm erhh!"

Krik krik

Sabar ya allah, sesungguhnya orang sabar adalah orang ganteng. Sani dalam hati.

Dalam perjalanan entah menuju kemana itu,Sani berdiam diri tapi tidak dengan hatinya, dia deg-degan bukan jatuh cinta tapi deg-degan takut, dia sekarang diculik, mana disampingnya orangnya berbadan gede semua. Sani panik, pengen kabur tapi baru selangkah mau kabur, tamat sudah badannya ini. Tak lupa Sani juga memikirkan tugas yang belum sempat ia kerjakan. Ahh makin susah hidupnya!!

Tak lama mobil yang ditumpanginya mulai berjalan lambat, ia menemukan rumah yang besar, seratus langkah tak cukup untuk memutari rumahnya mungkin, kan Sani cuma nebak pikiran acak. Melihat betapa besarnya rumah itu, Sani ter-woah sebentar, sebelum diseret menuju kedalam.

"Pelan-pelan dong!" Sani tidak meronta, jarang diculik di ajak ke rumah gede. Sani mulai kepikiran. Kira-kira siapa yang mau butuhin dia, dia orang biasa aja. Lagian orangnya aneh mau nyulik dia, atau jangan jangan dia mau di jual?atau di nikahin sama anaknya?atau di jadiin sugar ba--astagfirullah, sesungguhnya pikiran dia mulai terkontaminasi sama Sandi. Salah satu temannya yang mau iseng suka sama cowok, malah kebablasan.

Sampai diruang tamu Sani melihat betapa luasnya rumah ini, harganya pasti bermerek mahal perabotnya, gak heran dia specless. Salah satu orang yang membawanya naik keatas, entah kemana dia, tak lama orang itu kembali berjalan dibelakang seseorang yang berbadan tegap, Sani mulai berpikir dia merasa orang yang mempunyai aura 'horor' ini sekitar 30 an, tapi jika dia melihat kacamata Sandi, dia tampan sekaligus hawt, Sandi sering bilang gitu. Jika Sandi melihat ini dia pasti mimisan, orangnya rada aneh Sandi.

"Kamu datang!"

Orang itu mulai berbicara setelah menatap Sani kurang lebih 10 menit. Kan Sani panik, merasa tersaingi tapi sebelum itu dia juga sudah disadarkan sama keadaan harta, tahta, dan ketampanan.

Mari Sani bersyukur dengan keadaan apapun itu...

SANSKARA (SANI) [REVISI]Where stories live. Discover now