21

249 28 11
                                    

Ruangan gelap yang berada di salah satu sudut rumah bagian bawah keluarga Giyarta terdengar hidup tapi penuh ketegangan, gimana enggak? Arju tahu kan? kalian ingat kan? jangan kaya aku lupa alurnya gimana huhu maap ya, nanti semoga nyambung deh hehe. Kembali lagi, Arju yang sekarang masih terikat tangannya dengan rantai besi yang setia menjerat kaki dan tangannya menjadikannya tidak bisa bergerak dan berpikir cara untuk kabur.

"Kamu masih tidak mau bicara Arju?" Tanya Rav menelisik ke arah mata Arju yang menatap Rav bias.

"Enggak!" Teriak Arju keras agar Rav paham ia tidak mau mengatakan sebenarnya.

"Baiklah karena kamu gak mau buka suara, maka rasakan penderitaan mu disini!" Rav melangkahkan kakimya untuk keluar. Disana gak cuma Rav aja tapi Rey juga disana dia katanya yang paling sibuk bisa menyaksikan ayahnya menghabiskan waktunya hanya untuk bertanya kepada orang didepannya ini tanpa membuahkan hasil.

"Heran, kau tinggal ngomong saja susah?" Rey membuka suaranya setelah melihat Rav hilang dari pandangannya, sambil mendudukan dirinya di kursi yang ditempatkan dihadapan Arju.

"Susah ngmong sama orang keras kepala kayak kalian, di bilang gue gak mau ya gak mau!" Kata Arju dengan nada tinggi tetapi juga menjengkelkan kalo dari sudut Rey.

"Yang keras kepala itu kamu! kamu bilang semua cepat selesai. Dan kamu bisa damai!"

"Maksud damai menghilang dari kehidupan?" Tanya Arju retorik.

Senyum devil dulu lah si Rey. "Tahu kan kamu dipermudah aja, gak usah basa basi."

Menghela napas jengah dengan sikap Rey bersama bapaknya itu, suka mengulur waktu dan berbasa-basi. "Yang basa-basi ya kalian, kalo mau bunuh tinggal tembak aja udah selesai. Heran pake ngulur waktu terus. Jangan-jangan disini gue jadi tahanan vvip ya." Jelas Arju gemas.

Menyipitkan mata gak suka. Berdiri dari duduknya. "Lebih baik gini aja, lima menit kalian hajar dia lewat lima belas menit kembali hajar lagi, sampai saya datang lagi kalian baru berhenti!" Kata Rey kepada anak buahnya, dan membalikkan tubuhnya berjalan menuju keluar.

"Sialan! akhh!!"

Pukulan demi pukulan Arju dapatkan meringis sakit pasti, tapi apalah dia mau biacara tapi kok ngeri gak bicara pun juga ngeri. Jadi Arju sesusah itu.

***

"Aku mau krim matcha ya kak atasnya ada bentuk bunga tapi 3d ya kak." Kata Sani ceria pada Dave yang sedang membuat adonan kue untuk cemilan kalo kata Sani.

"Kamu laki-laki tapi mau dikasih bunga apaan tuh?" Dave menyaut bercanda melihat Sani sekilas dengan senyuman walaupun tangannya masih sibuk dengan adonannya.

"Emang harus baget ya laki-laki gak boleh suka bunga?" Kata Sani heran. Gimana ya soalnya dia pun juga kerja di toko bungan emang dak boleh begitu?

"Boleh kok San, kakak cuma bercanda." Kata Dave sambil memindahkan adonan diloyang.

"Kak Dave bercandaannya garing. Sani dont like masih lucuan bang Rey kalo bercanda."

Kaget sedikit dengan perkataan Sani. "Emang bang Rey pernah bercanda sama kamu San?"

"Ya enggak." Kata Sani sambil nyengir. "Ya gimana mau bercanda sama bang Rey pulang aja sekedar melihat adiknya yang tampan ini jarang gimana mau bercanda." Ujar Sani dengan nada kesal.

"Hahahah apa iya adik abang ini pengen banget abang di rumah?" Kata Rey dari depan sambil tertawa, setelah mendengarkan aduan adiknya pada kekasihnya itu.

"Siapaaa juga?? Abang kali biar bisa ketemu Sani terus. Ngaku deh!" Kata Sani melindungi diri.

"Enggak lah orang abang cuma kangen sama Dave!" Kata Rey berjalan mendekati Dave yang sedang sibuk didapur meraup pinggang kekasihnya itu.

Menatap kesal abangnya itu. "Ya gitu udah gak pernah pulang, kalo udh pulang langsung lupa sama keluarganya cuma pacarnya doang yang diinget. Pasti juga gak inget kalo adikmya belum dikasih duit!"

Tertawa keras setelah mendengar perkataan Sani. Dave dan Rey tidak bisa membendung kotak suara tertawa nya haha.

"Kamu ini ada-ada aja San." Kata Dave sambil menggelengkan kepalanya.

"Iya kan aku ada ada aja." Sani merespon.

"Kok kamu jadi mata duitan gini? yang ngajarin siapa emang?" Kata Rey menelisik, dia gak papa sama perkataan Sani semua ia serahkan kalo buat Sani.

"Kak Ainesh yang ngajarin." kata Sani enteng.

"Kapan kakak bilang dek?"

syudah lama kita tdk bersua ya teman teman mff bgt ya lagi sibuk-sibuknya wkwk sibuk baca wattpad hahaha, yg masi setia terima kasii banget masih mau nunggu kelanjutannya cerita Sanskara ♥️♥️ bangett tahuuuu, dan yang baru mampir makasih sudah meluangkan waktunya untuk liat Sani di ceritanya 💚💚
agaknya ak lupa dikit sama alur nya tapi its okey bray ak mau baca ulang buat nyambungin ceritanya hehe

tetap semangat kawan-kawan kuu!! tetap jaga kesehatan semua💚

doain agar ada waktu buat update ditengah tempuran tugas dr dosen wkwk

terimakasih buat vote n komen teman-teman💚

terimakasih buat vote n komen teman-teman💚

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


01.03.23

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 01, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

SANSKARA (SANI) [REVISI]Where stories live. Discover now