Mandala

13.7K 578 12
                                    

Terimakasih buat semua yang udah mau baca, terlebih yang nge-vote. Aku sangat menghargai apresiasi kalian. Sangat sangat berterima kasih... (bungkukin badan ala orang jepang). Spasiba balshoi, arigatou, gamsahamnida, sukron kasiron, danke! (ada yang tau lainnya?)

Saya hadirkan seorang tokoh lagi, Mandala. Profesinya cool juga nih. Sebelas duabelas lah sama Naufal. Semoga suka. Selamat menikmati....

======================

Naufal

Aku keluar ruangan khususku sebagai salah satu staf di rumah sakit ini. Ada panggilan dari Ibu Kepala Rumah Sakit. Aku harus menghadirinya meski setengah mati malasnya. Alasannya sederhana, ibu kepala itu cerewet sekali. Namanya perempuan sih, tapi ibu kepala kadarnya 20% lebih banyak dari umumnya. Walaupun cerewetannya bisa dibilang baik dan bermanfaat sih.

Ngomong-ngomong, aku punya ruangan khusus di rumah sakit ini. Aku memang memegang sekitar 5% saham dari rumah sakit swasta ini sehingga aku berhak mendapat ruanganku sendiri. Tempatnya adalah lantai paling atas dari gedung rumah sakit berlantai tiga ini, dan tentu saja tidak hanya dihuni olehku, aku berbagi dengan pegawai lain yang juga memegang saham atau berjasa. Ruangan lantai tiga, mirip kost-kostan beserta kamar mandi dalamnya. Tidak begitu luas, karena rumah sakit ini juga bukan milikku seorang, bahkan ada beberapa keluarga menetap disini. Aku hanya sering kali menghabiskan waktu luangku disini. Disini sangat amat bersih, yah, namanya juga rumah sakit, walaupun ada tempat tinggal diatasnya, tetep aja kayak rumah sakit.

Saat aku datang, para dokter dan staff sudah berkumpul dan membentuk barisan kecil. Aku pun ikut berbaris kemudian mencolek lengan seorang dokter kandungan disampingku.

"Ada apaan sih?" Tanyaku.

"Itu, pemilik rumah sakit ini akan memperkenalkan anaknya yang baru saja lulus S2 psikologi di luar negeri."

"Oh..." aku hanya menggangguk-anggukkan kepala tanda mengerti dan ikut menunggu seperti yang lain.

Tak beberapa lama, seorang laki-laki muda, berhidung mancung, berambut hitam, kulitnya putih bersih bak batu pualam terlihat bersama dengan seorang ibu yang biasa dipanggil Ibu Kepala Rumah Sakit. Para wanita seisi ruangan itu saling tercengang dan memandang sambil berbisik-bisik melontarkan kalimat pujian bagi psikolog itu.

"Nama saya Mandala," katanya sambil memandang tajam wajah kita satu persatu.

"Saya akan menjadi psikolog sekaligus sekertaris rumah sakit ini," katanya kemudian.

Tak beberapa lama kemudian, seluruh wanita di ruang aku berdiri mengantri menyalaminya. Aku, Dokter Dio, dan Dokter Fero yang berjenis kelamin laki-laki juga Suster Dian dan Suster Nia yang notabene udah punya suami yang sama-sama hidup di lantai tiga, memilih meninggalkan ruangan berkumpul itu cepat-cepat. Sementara aku sendiri menyadari sesuatu, laki-laki bernama Mandala itu pasti akan mendapat banyak perhatian dari para wanita karena wajahnya. Tunggu dulu, itu artinya berpengaruh pada diriku sebagai dokter ganteng di rumah sakit ini akan berkurang. Sialan! Dia akan lebih diperhatikan. Dia juga menjadi sekertaris, pasti digandrungi cewek mata duitan di rumah sakit ini. Wah, ada hikmahnya. Syukur dah. Akhirnya bisa kabur dari rentenir yang nagih uang tanpa hutang.

Aku kembali keruanganku, mengunci pintu, dan merasakan sinar matahari lewat jendela kamarku. Menikmati hariku lagi.

======================

Maaf ye cuman dikit... Sekali lagi, makasih udah baca.

The Doctor [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang