12. Terombang-ambing

112K 3.7K 85
                                    

       Hari pertama masuk perkuliahan membuat Satya rasanya berat untuk bangun dari tidurnya, apalagi ada Sarah di sampingnya.

Alarm terus menjerit di nakas sebelah kiri samping Satya.

"F**k! Berisik go*lok!" amuk Satya seraya menekan kasar Alarm itu hingga bungkam.

Satya melirik Sarah yang masih terlelap, mengabaikan selimutnya yang melorot dan menampakan bahu cantik kesukaannya.

Satya beranjak dengan masih memasang ekspresi kesal.

Tak lama Satya keluar, memakai pakaian lalu menghampiri Sarah yang posisinya belum berubah.

"Bangun." Satya berjongkok, mengecup leher Sarah dengan kedua mata mengamati wajah Sarah, berharap kedua mata itu segera terbuka.

Sarah menggeliat, dengan berat dan rapat di paksa terbuka kedua matanya itu.

"S-stop!" Sarah menjauhkan wajah Satya dengan kantuk masih bergelantungan di kedua mata.

"Bunda lagi di perjalanan, cepet pindah." bisik Satya di depan bibir Sarah.

Sarah mengangguk pelan dengan malas.

***

Satya dan Riko berjalan santai menuju kantin kampus, Satya membiarkan Sarah berbincang dan pergi ke kantin bersama Selina.

"Serius? Kuenya dimakan Satya?" pekik Selina tertahan.

Sarah terpaksa mengangguk, dia terpaksa berbohong agar bisa memiliki teman. Di kampus yang luas dan banyak penghuni itu kenapa takut pada Satya ya? Bukan takut, mungkin lebih ke segan.

"Enak katanya." bohong Sarah lagi.

Selina tersipu, mengaduk mie di depannya tanpa ingin memakannya. Hati Selina tengah berbunga, kupu-kupu di perutnya berterbangan riang.

Namun, semua hancur seketika saat Satya melewati mereka lalu mengecup kepala Sarah mesra sambil berlalu santai.

Sarah juga mematung kaget, masalahnya mereka di kantin kampus yang selalu ramai entah oleh kakak tingkat atau adik tingkat dan di depan Selina pula!

Wajah cerah Selina berubah mendung. "Itu tadi maksudnya apa?" tanyanya datar. Semua kebahagiaan sirna seketika. Dia jelas tidak bodoh, dia bisa menangkap maksudnya.

Sarah gelagapan. "Dia emang gitu, usil. Jangan di ambil hati Selina." jawabnya cepat agak terkesan panik.

Satya duduk di kursi sebrang mereka dengan tersenyum miring. Satya sangat tahu kalau Sarah ingin memiliki teman. Tapi, dengan cara berbohong sungguh tidak bisa dibenarkan.

Seingat Satya, dia membuang kue pemberian gadis dengan dandanan lebay itu dan Sarah berbohong soal itu.

"Keliatannya kalian deket." Selina terlihat kecewa, merasa di bodohi. Padahal dia peka.

"Ki-kita emang deket, orang tua kita juga gitu. Kayak sepupu." Sarah mencoba membujuk Selina agar tidak kecewa padanya. Demi apapun, dia ingin memiliki teman.

Selina kembali menyunggingkan senyum. "Iya, percaya." balasnya.

Sarah menghela nafas lega, mengaduk mie ayamnya lalu kembali berbincang dengan Selina mengenai semua hal yang bisa mereka bahas.

Satya yang memang memperhatikan dan memasang kuping kini tersenyum samar. Merasa geli dengan ucapan Sarah soal mereka seperti sepupu.

***

"Sepupu, hm?" bisik Satya dengan betah mengecupi leher Sarah yang lembut dan cantik itu.

Sarah hanya diam, membiarkan Satya menuntaskannya.

"Mau ikut ke club ga?" bisik Satya sebelum mengulum bibir Sarah sesaat. "Bosen dan juga pusing, masa baru masuk kuliah udah ada tugas," sebalnya.

Sarah membuka matanya. "Ga mau. Takut bikin kesalahan lagi!" jawabnya tanpa berpikir dua kali.

Satya membiarkan sebelah tangannya aktif membelai dada Sarah yang masih tertutup kaos rumahan itu.

"Udah terlanjur basah, kenapa ga sekalian?" Satya mengecup kilat dada itu lalu kembali menatap Sarah.

Sarah diam. Dia tidak tahu harus merespon bagaimana. Dia sedang terombang-ambing saat ini. Entah akan selamat atau tidak.

"Masa muda kayak gini ga datang dua kali, Sarah." hasut Satya sambil melepas celana Sarah di susul dirinya.

***

Sarah melamun, Satya masih betah memeluknya. Ingatan Sarah berlabuh pada rindu terhadap kedua orang tuanya.

"Sarah udah kecewain papa, mama.." gumamnya yang membuat Satya mendongak menatapnya.

Satya tidak bisa bersuara.

"Harusnya ga kayak gini!" Sarah menutup wajahnya dengan kedua tangan dan mulai terisak pelan.

Selalu saja begitu. Saat melakukannya sungguh lupa daratan, tapi saat selesai baru menyesal.

Satya menarik kedua tangan Sarah, mengulum lagi bibir yang terisak pelan itu.

Sarah tersentak pelan dalam kuluman Satya saat merasakan kalau di bawah sana kembali penuh.

Penyesalan baru saja singgah, kini sudah kembali hilang dan mulai kembali terbang ke dalam Kesalahan.

Gairah Anak Muda (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang