Selamat membaca part 23
( ꈍᴗꈍ)×××
Hari itu, Jinha tak bisa fokus pada pelajarannya. Suhu tubuhnya yang panas membuat ia menidurkan kepalanya di meja. Dalam hati, ia berharap pelajaran segera berakhir karena mendengar materi matematika yang dijelaskan guru membuat kepalanya semakin pening. Ingin memberitahu Hyewon, tapi temannya itu begitu fokus memperhatikan.
"Guru."
Tanpa melihat siapa yang memanggil guru, Jinha yakin orang itu adalah Yeonjin. Ingin menoleh, tapi kepalanya terasa berat. Seluruh tubuhnya begitu lemas tak bertenaga. Tidak tahu kenapa tiba-tiba jadi seperti ini. Ia ingat kemarin sehat-sehat saja.
"Jinha-ya."
Jinha memaksakan diri untuk duduk tegak lagi, lalu menoleh pada Hyewon yang memanggil. Setelah menoleh, ia terkejut karena semua orang memandang ke arahnya termasuk guru yang ada di depan sana.
"Jeon Jinha, kau sakit?" tanya guru wanita itu.
"Tidak, aku tidak apa-apa, Guru," bohong Jinha.
"Jangan bohong, wajahmu pucat sekali. Ke ruang kesehatan saja, eo?" usul Hyewon. Jinha hendak membalas, namun pandangannya mengabur. Di detik berikutnya ia tak melihat apapun karena tiba-tiba menjadi gelap.
🍂🍂
Jinha membuka matanya perlahan-lahan. Ia merasakan tubuhnya ditutupi selimut hingga sampai leher. Begitu matanya terbuka, objek pertama yang ia lihat adalah langit-langit ruangan. Jinha menoleh ke kiri dan kanan, hanya ada seorang dokter yang tengah duduk di kursi sana.
"Dokter ..."
Dokter pria dengan kacamata yang tadinya sedang mencatat di buku segera menoleh pada Jinha. Melihat bahwa perempuan itu sudah bangun, cepat-cepat ia beranjak untuk menghampiri.
"Ada yang kau rasakan?" tanya dokter itu.
Jinha menggeleng.
"Kau yakin?"
"Memangnya aku kenapa?"
"Kau sakit. Suhu tubuhmu cukup tinggi, dan tadi pingsan di kelas," ungkap dokter bermarga Kim itu. Jinha diam; mencoba mengingat apa yang terjadi sebelumnya.
"Istirahatlah dulu, temanmu sedang membeli makanan. Kau harus minum obat," kata dokter Kim.
"Teman? Siapa?" tanya Jinha dengan alis tertekuk. "Ah, Hyewon-i ..." lanjutnya kemudian. Siapa lagi teman yang sangat perhatian padanya selain Hyewon?
"Choi Yeonjin."
"Ya?" Jinha langsung terkesiap. Tebakannya salah. "Choi Yeonjin?" tanyanya memastikan bahwa ia tak salah dengar.
Dokter Kim mengangguk. "Benar, Choi Yeonjin. Dia menunggumu dari tadi, dan sekarang sedang pergi ke kantin. Kau istirahatlah dulu, setelah dia datang kau harus segera makan, lalu minum obat, eo?"
Jinha menganggukkan kepalanya pelan. Jujur, ia masih terkejut karena Yeonjin menunggunya. Laki-laki itu memilih untuk tak melanjutkan pelajaran demi dirinya? Ah, memikirkannya saja sudah membuat jantungnya berdebar.
Jinha tidur menghadap kanan; selimut yang dikenakannya dinaikan hingga menutupi wajahnya juga. Di bawah kungkungan selimut, Jinha berusaha untuk tidak tersenyum terus. Ia jadi salah tingkah karena Yeonjin.
Beberapa saat menutup diri menggunakan selimut, Jinha mendengar suara kresek yang diletakkan di dekat perutnya, lalu tak lama kursi yang ada di sebelah ranjangnya di duduki seseorang.
"Jeon Jinha, kau sudah sadar?"
Jinha menurunkan selimut yang menutupi kepalanya, kemudian ia langsung bisa melihat Yeonjin yang duduk di dekatnya.
"Kenapa tak ke kelas saja?" tanya Jinha kemudian.
"Tidak, aku ingin menemanimu. Aku sudah membeli kimbap dan roti lapis. Dokter bilang kau harus minum obat agar kondisimu membaik," tutur Yeonjin sembari mengambil satu kimbap segitiga dari kresek, lalu membukanya. Jinha segera bangun dan duduk di ranjang.
"Kau baik sekali," ujar Jinha dengan pelan, namun Yeonjin masih bisa mendengarnya. Laki-laki itu tersenyum, lalu memberikan kimbap yang sudah dibukanya pada Jinha.
"Makanlah sampai habis," pinta Yeonjin, lalu mengambil susu pisang dari kresek untuk dirinya sendiri.
"Kalian berdua tetaplah diam di sini. Dokter ke kantin dulu, eo?" Jinha dan Yeonjin menoleh pada dokter Kim yang berjalan menuju pintu.
"Iya, Dokter." Setelah Yeonjin membalas, dokter Kim membuka pintu, lalu menutupnya kembali. Yeonjin menoleh lagi pada Jinha yang sedang memakan kimbap.
"Bagaimana bisa kau sakit seperti ini?" tanya Yeonjin.
"Eo? ... aku rasa mungkin karena perubahan musim. Musim gugur akan segera berakhir, jadi suhunya terasa lebih dingin," tutur Jinha menjelaskan. "Sejak dulu, aku sering mendadak sakit saat musim dingin tiba," lanjutnya kemudian.
"Ah ... kalau begitu kau harus memperhatikan kondisi tubuhmu. Jangan keluar tanpa pakaian hangat. Kau juga harus sering makan, jangan melewatkannya," pesan Yeonjin, lalu meminum kembali susu pisangnya.
Jinha tersenyum simpul dan mengangguk, kemudian memakan kembali kimbap ditangannya. Yeonjin cukup perhatian juga, laki-laki itu semakin membuat hatinya jatuh. Saat sedang makan, tiba-tiba Jinha berhenti. Kunyahannya juga melambat. Ingatannya kembali tertuju pada Yeonjun. Lagi-lagi rasa rindu itu kembali datang secara mendadak.
"Ada apa? Kenapa diam?" tanya Yeonjin. Jinha menoleh dan langsung menggeleng.
"Tidak." Jinha melanjutkan kembali makannya.
"Ada yang kau pikirkan?" Yeonjin kembali bertanya.
"Tidak."
"Jangan bohong."
Jinha terdiam. Kepalanya sedikit menunduk; matanya memandang kimbap yang sudah habis setengah.
"Katakan padaku, apa yang kau pikirkan?" Yeonjin mendesak.
Jinha masih terdiam. Namun, beberapa saat kemudian ia memutuskan untuk memberitahu Yeonjin.
"Aku ...," Jinha menoleh dan menatap mata laki-laki itu. "Merindukan Choi Yeonjun ... lagi."
Maaf diperbaruinya malem. Yeon sibuk nonton drama China 🤧 dan kyknya Rabu ini Yeon gk update 2×. Sebagai gantinya, hari Minggu nanti Yeon 2× updated 🤗
Oh iya, Yeon gk janji kalo GAEUL lebih dari 30 part. Menurut perhitungan, sepertinya kurang dari 30 part 😌🙇🏻♀️
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] 2. GAEUL
Fanfiction[ SEQUEL BOM ] ❝Di musim gugur ini, aku bertemu dengan orang yang mirip denganmu, Choi Yeonjun.❞