Extra Chap [1]

686 87 9
                                    

Di suatu malam, JingYi terbangun. Dia tidak bisa tidur, padahal semuanya sudah tidur, yakni SiZhui dan putra-putranya. JingYi hanya bisa menutupi telinganya menggunakannya selimutnya saat suara ibu mertuanya itu mengacaukan semua pikirannya. Jujur saja, apa mereka harus melakukan kegiatan everyday is everyday itu? Mereka sudah tua ya ampun!

Sekujur tubuh JingYi merinding, dia berbaring membelakangi SiZhui yang kini berguling dan memeluknya seperti guling. Jantung JingYi berdegup kencang dia menolehkan kepalanya dan melihat wajah damai tanpa pita dahi yang menghiasi kening mulus itu. JingYi tersenyum tipis dan berbalik sembari mengelus wajah dihadapannya.

Jari telunjuknya menekan-nekan dengan gemas pipi kencang itu dan sesekali menariknya. Tentu saja itu sukses membuat sang empunya terbangun. Dan ini bukan waktu yang tepat untuk SiZhui terbangun. Pasalnya saat dia membuka matanya pas sekali diiringi dengan teriakan terakhir dari seorang Yiling Patriarch yang begitu tidak bermoral.

Keduanya saling bertatapan sebelum wajah gembil milik JingYi memerah. SiZhui hanya terkekeh pelan, dia sudah biasa mendengar hal-hal seperti itu. Tapi JingYi tidak, walaupun dia tahu kegiatan ibu dan ayah mertuanya itu tak wajar, tapi tetap saja dia masih sedikit terkejut.

“SiZhui, kenapa ibu dan ayah melakukan 'itu' tidak tahu tempat? Suara mereka sangat jelas, apa mungkin mereka berhubungan di dekat kebun belakang? Oh ya ampun!” JingYi menepuk keningnya, maniknya masih menatap SiZhui yang tersenyum kikuk.

“Apa A-Yi ingin melakukannya juga?”

“Yang benar saja! Bersetubuh di kebun, sangat tidak bermoral.” Sorak JingYi, walaupun urat malunya sudah putus, tapi jika ditawarkan melakukan tindakan seperti itu, hanya pasangan WangXian lah yang bisa mewujudkannya.

SiZhui tidak tahan untuk tidak tertawa, lalu JingYi langsung menyumpal bibir suaminya mengunakan selimut. “Kau bisa membangunkan bocah-bocah itu SiZhui!” Peringatnya.

Keheningan malam mengisi kekosongan keduanya, sampai SiZhui mulai angkat suara. “A-Yi,” Panggilnya. JingYi hanya bergumam pelan. “Apa kau tidak malu mempunyai suami seorang Wen?”

Seketika JingYi langsung menatap SiZhui, apa-apaan yang dia katakan? Seharusnya mereka tidak membahas hal ini. “Malu? Untuk apa? Kau satu-satunya kultivator yang diasuh langsung oleh HanGuang-Jun, siapa yang berani meremehkan didikan seorang HanGuang-Jun? Sini biar ku tonjok!”

JingYi tetaplah JingYi, SiZhui masih tidak percaya jika dia menikahinya. Pada pagi itu, dia melamarnya dan ternyata keduanya merasa sama-sama cocok. SiZhui tak habis pikir, mereka bisa sampai berkeluarga dan memiliki buah hati yang sehat dan menggemaskan.

“Aku menyayangimu!” SiZhui memeluk tubuh ramping itu dan mengecup keningnya. Dia juga merasakan jika punggungnya menghangat karena JingYi memeluknya juga.

“Uh! Sayangku, cintaku!” JingYi menggosok wajahnya ke dada suaminya. Nada yang dia lontarkan membuat SiZhui kembali tertawa.

Dengan gemas SiZhui mengencangkan pelukan mereka. “Istriku sekarang sangat manja, apa sekarang kau bertingkah seperti kelinci yang mengemaskan?” JingYi tertawa pelan, kemudian dia mendonggak dan memberi paruh kecil di bibir SiZhui.

“Apa yang kalian lakukan?”

Bagai tersambar petir, SiZhui dan juga JingYi menoleh karah pintu kamar mereka yang telah terbuka. Di ambang pintu, menampakkan putra sulungnya dan kedua adiknya.

“Itu terlihat seperti di buku milik nenek!” Sahut YeWu. Oh, ya ampun bocah itu pernah melihat buku itu?

Dengan cepat keduanya langsung melepas pelukan hangat itu, dan JingYi dengan terburu-buru turun dari ranjangnya bahkan dia hampir terjatuh jika saja SiZhui tidak menarik lengannya. “Mengapa kalian belum tidur? Cepat tidur, nanti kakek buyut akan marah!” Peringat JingYi sembari menuntun ketiga putra mereka yang kini sudah berusia lima tahun itu menuju kamar mereka.

“Dan YeWu, apa kau pernah membaca buku itu?” Seakan di introgasi, YeWu mencoba mengelak. Buku yang dimaksud JingYi adalah buku porno, JingYi sudah tidak asing lagi dengan buku itu. Karena dia sendiri sering menjadi korban ibu mertuanya saat dia masih belum menjadi menantunya.

Sementata itu YueLiang sudah cekikikan di atas tempat tidurnya sembari mengurung seluruh tubuhnya menggunakan selimut. Karena keringat dingin sudah membanjiri tubuh bocah itu, lantas dia membuka suaranya. “Kami tidak membacanya, hanya melihat sekilas.”

“Kami?” JingYi meninggikan nada bicaranya. Berarti bukan YeWu saja yang mengintip, akan tetapi ketiganya.

Mendengar istrinya yang berteriak malam-malam, nyaris pagi malahan. Membuat SiZhui menghampiri sumber suara itu. “Ada apa?” Tanyanya dengan binggung, dia juga melihat ketiga putranya sudah berjajar sembari berlurut.

JingYi menunjuk ketiga bocah itu. “Lihatlah! Mata mereka tidak lagi suci, oh astaga ini membuat kepalaku pusing!” JingYi menyanggul rambutnya dengan asal, sebab dia tidak ada niatan lagi untuk tertidur.

Sementara itu, SiZhui kebingungan. “Tidak suci bagaimana?” Kedua maniknya menerawang tiga bocah kecil yang sedang berlutut sembari gemetar. Dan YeWu lah yang paling gemetar.

“Mereka membaca buku ibumu! Bagaimana aku tidak marah, kalian harus mendapatkan hukuman.” Mendengar hal itu, bahu SiZhui menegang. Dan bocah-bocah itu semakin gemetar saat mendengar kata hukuman.

A-Niang, ampun!” Bocah blak-blakan itu, yakni Lan YeWu, dia memohon ampun pada ibunya. Itulah sebabnya memiliki mulut yang tidak bisa di rem.

Melihat putranya memohon seperti itu, sebenarnya JingYi tidak tega. Tapi daripada di hukum oleh tertua Lan, lebih baik dia menghukumnya dengan caranya sendiri. Dia tidak mau putra-putranya menyalin seluruh peraturan sekte Gusu Lan dengan tubuh yang terbalik.

JingYi menghirup napasnya, kemudian dia membuangnya kembali. “Hukuman kalian dimulai hari ini, dan di detik ini. Sekarang ambil buku dan juga kuas kalian.” Mendengar ibunya sudah murka, ketiganya langsung berhamburan mencari alat tulis mereka. SiZhui sendiri masih terpaku, diam tak bergeming.

A-Die kalian akan mengajarkan materi yang akan membuat kalian lebih baik.” JingYi menepuk SiZhui yang langsung jatuh bagai kapas diterpa angin. “Ayolah SiZhui, jangan pura-pura mati! Bisa-bisa aku menjadi janda beranak tiga!” Dengan paksaan, JingYi menarik suaminya sampai kembali berdiri dengan tegak.

Dan akhirnya ketiga bocah itu mendapatkan pelajaran tambahan di pagi-pagi buta, sementara JingYi membuat sarapan untuk mereka. Ini sudah pukul empat pagi, dan mereka semua terjaga sepanjang malam. Beruntung tidak ada yang tahu, jika saja ada yang tahu, pasti mereka akan mendapatkan peringatan karena melanggar jam tidur.

Ketiga bocah itu nampaknya tidak lelah sama sekali, malah mereka senang mendapat ilmu yang baru mereka peroleh. Dan sekarang malah SiZhui yang sudah terkulai. Dia meletakkan wajahnya diatas meja belajar ketiga putranya yang sembari tertidur.

XinGuang dengan penuh perhatian menarik selimut miliknya sebelum meletakannya di tubuh ayahnya. JingYi masuk kedalam ruangan belajar dan melihat ketiga putranya asik mencoret-coret wajah mereka menggunakan tinta. Mau bagaimana pun mereka tetaplah anak-anak.

鲜花盛开  [ZhuiYi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang