⌧ 𝟎 𝟕 . 𝟎 𝟎

155 27 10
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

▬ ▬

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

▬ ▬

Oikawa Tooru tak pernah mengharapkan ini.

"JAUHKAN TANGANMU DARI PUNDAKKU-"

Oikawa tidak paham. Mengapa gadis yang ada dihadapannya harus repot-repot menitikkan hujan di rautnya? Mengapa lontarannya begitu sesak, sampai-sampai relung dadanya bergetar hebat?

Dan, Oikawa tidak mengerti, mengapa [Name] menuduhnya bermain liar dengan para pelacur di luaran sana?

Tepat dikala dirinya merapatkan pintu kamar, jarak batas yang lama terukir telah dilanggar secara impulsif. Pemuda ini sudah mendaratkan badan ke kasur milik [Name] sedari tadi. Sambil membiarkan gadis dihadirat yang sedang berdiri dan kerap kali membuncahkan emosi dalam rongga hati.

Namun Oikawa tak mengerti.

Didengar dari manapun, racauan yang mengomong-kosongkan sifat apiknya itu terdengar tak masuk akal. Pemuda dua puluh tujuh tahun ini tak pernah sekalipun menginjakkan kaki di distrik merah Shibuya.

Bibir pucat yang tersungging di raut lesu masih terlabel polos -hingga pecah tatkala [Name] mencuri status sucinya di festival mitamamatsuri pekan lalu. Bahkan dada kekar pria ini tak pernah dilekukkan secara sengaja pada puluhan kaum hawa yang selalu haus akan cinta.

Oikawa hanya pernah melakukan kontak fisik dengan [Name], perihal ini adalah fakta yang tak dapat diganggu-gugat. Walau tampang sedikit meragukan, yang terjadi kali ini dan seterusnya adalah murni kenyataan.

Bukan lagi fantasi belaka.

"OIKAWA-JANGAN BILANG KAU TIDAK MENDENGARKU?!"

Urat di pelipisnya mengeras. Gemuruh di jantung tak kunjung mereda kendati amarah telah disalurkan habis-habisan. Napas berusaha dihela teratur. Agar peluh tak lagi membanjiri kening sampai dagu.

Jika dibandingkan dengan sebelas kakak saudarinya, [Name] adalah tipikal gadis yang mudah mencapai penat. Konteks yang telah lama tersebut itu berbanding berbalik dengan segala yang diambisikannya-drama, cinta, dan penghakiman.

"Duduklah. Apa kau tidak lelah?"

Bagi Oikawa, [Name] bukanlah lagi sebuah kotak pandora usai kejadian mengejutkan di rumah kaca terjadi. Gadis adiwangsa ini miliki raut yang mudah ditebak. Pemikiran putri bungsu yang tak lagi tertutupi sifat misterius kerap kali membuat Oikawa beropini: [Name] hanyalah sosok gadis biasa yang selalu hidup dengan segala fantasinya, entah itu terang atau gelap.

Akan tetapi, Oikawa tak pernah beropini jika gadis ini punyai watak tuduh-menuduh yang hasilkan pertengkaran penuh drama.

Pemuda bermarga Oikawa ini juga sama-ia hanyalah manusia biasa yang gampang terbawa nafsu dan amarah.

"Dinginkan kepalamu, [Name]. Ceritakan segalanya yang pernah kau temui tentangku."

Namun, demi gadis rupawan yang sudah menyandang marga keluarga Oikawa beberapa jam lalu, pria ini harus merepotkan nafsu dan amarahnya untuk dipendam sementara waktu.

▬ ▬

"Hei,"

Helai rambut yang telah terselimut angin malam diselipkan lembut oleh jemarinya. Suasana hati tak lagi bersimbur kobaran api. Pun sang adiwangsa masih berusaha untuk menangkap vokal rendah yang teralun tepat di samping telinga kiri.

"gadis bersurai pirang itu-Hideko, dia tak pernah bercinta denganku."

Kepulan asap di paras cantik semakin menjadi-jadi. Tatkala mulut kembali dicumbu habis-habisan oleh sang pelaku kekesalan hati. Oikawa Tooru masih mengatupkan kelopaknya sembari mengantar sejumput euforia di relung hati [Name]. Sentuhan dan kecupan telah menjinakkan seluruh raga. Suara berat yang berdengung di gendang telinga telah menggilakan segala hawa nafsunya.

Maka dari itu, reaksi tak diduga atas kesalahpahaman yang terjadi terpaksa ditunda terlebih dahulu.

"Oikawa [Name],"

Satu kecupan turun menuju perut, mendaratkan jutaan kupu-kupu yang sukses membuat [Name] tersipu malu.

"kau ... tak perlu repot-repot cemburu dengan sahabatku itu."

Lengkungan kurva tulus diulas, "Karena kau sudah memiliki segalanya." Jari telunjuk diarahkan pada bibir lembab kepunyaan sang pria, "Kau punya ini." Lantas berpindah menuju dada kekar yang tak lagi tertutup sehelai benang, "Kau juga punya ini."

"Lalu, kau juga ... punya ini."

Skakmat. [Name] benar-benar dibuat gila hanya dengan menyentuh selangkangan milik Oikawa. Hawa dingin tak lagi menyambut, tergantikan dengan udara panas yang membuat jantung berpacu laju.

"A-a-ku-aku ... tidak bisa m-menyentuhnya."

Manik emas sang adiwangsa terpejam, sedangkan Oikawa Tooru lagi-lagi mengeluarkan gelak tawa.

"Maaf."

Telapak tangan yang semula bergetar telah dikecup khidmat, "Habisnya ... aku tidak tahan ..."

Gadis berusia dua puluh enam tahun ini memang sudah terlampau lelah usai menggelegarkan emosinya habis-habisan. Terlalu menguras energi jika malam pertama harus dihabiskan dengan aktivitas puji-memuji.

Namun, jika pria ini yang mengajaknya secara langsung-

"[Name] ... boleh?"

Untuk apa dirinya menghindar ketika jarak tak lagi mengeliminasi segala afeksi?

▬ ▬

▬ ▬

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
𝐌𝐈𝐓𝐀𝐌𝐀𝐌𝐀𝐓𝐒𝐔𝐑𝐈Where stories live. Discover now