Lucius tengah sibuk memeriksa tumpukan dokumen. Mata tajamnya menyoroti tiap abjad lembaran teliti, meski begitu bibirnya menyungging seringai tipis. Membuat sang asisten, Elias, merinding takut dibuatnya.
“Tuan Duke Achille yang terhormat. Bisa anda hilangkan seringai itu? Anda terlihat seperti penjahat yang berencana melakukan hal buruk.” Ujar Elias memilah dokumen di sofa depan meja kerja Lucius.
“Elias Callaham, apa aku lebih baik libur selama seminggu dan memberikan tugas ini padamu. Karena rasanya istriku butuh perhatianku.” Jawab Lucius yang masih sibuk memeriksa dokumen.
“Istri anda butuh perhatian? Atau anda yang sepertinya butuh belaian? Ah, tapi rasanya itu tidak mungkin, pasti anda bermimpi... ya?”
Elias yang awalnya santai menjawab, seketika meneguk ludah kasar karena merasakan hawa membunuh pada sisi kirinya.
Kedua manik Elias beralih perlahan menatap sang Duke, diikuti satu butir peluh menetes dahi. Tatapan dingin dan tajam menghunus Elias bagaikan pedang tajam mengkilap yang siap menebas. Lucius menyeringai seram, tanda bahaya dalam kepala Elias berbunyi.
“Selama seminggu kau harus bercinta dengan dokumen ini. Puaskan kurang belaianmu, karena dokumen ini akan melakukannya dengan sangat baik. Dan dua hari lagi, kita akan mendapat pekerjaan tambahan dari Raja. Selesaikan dengan baik kegiatan bercintamu, aku keluar.” Otoriternya.
Lalu Lucius bangkit dari kursi, melangkah santai keluar. Meninggalkan Elias yang sudah mengacak-acak wajah dan rambut.
Elias terus memaki diri sendiri. “Sial, sial sial. Elias, kau harus tahan mulut besarmu ini! Argh!”
⁰ o ⁰ ⁰ o ⁰
Alicia kini tengah menikmati teh lavender seorang diri, dibelakang kediaman Achilles yang banyak ditumbuhi pohon.
Thalia awalnya menawarkan tempat lain, seperti taman. Karena disini cukup aneh untuk menghabiskan waktu meminum secangkir teh, namun Alicia tetap ingin melakukan. Dia ingin menyatu dengan alam, katanya.
Mendengar jawaban itu, Thalia terdiam cengo. Akhirnya, sebagai pelayan yang melayani majikan 'keras kepala', dirinya hanya iya-iya saja.
Tetapi saat Thalia berniat menemani, kembali Alicia menolak. Thalia tentu protes namun tatapan tajam serta seringai yang tidak pernah dia lihat dari Nona-nya, membuat Thalia kembali menurut.
Begitulah kronologi kesendirian ini. Sebenarnya Alicia sengaja memilih tempat ini karena ada sesuatu yang harus dirinya lakukan. Dia juga ingin waktu sendiri.
Alicia bangkit, pergi menuju dalam hutan. Dia menuju sebuah danau yang terlihat samar tertutupi pepohonan hijau lebat, ketika melihat nya dari jendela perpustakaan saat itu.
Alicia kira jaraknya dekat ternyata ini cukup jauh. Nafasnya sudah terputus-putus tapi semangat terus berkorbar untuk terus melanjutkan perjalanan.
Sampai disana, manik Alicia bekilau. Danau ini luas serta berkilau indah bagaikan ribuan permata tersebar, rerumputan hijau terlihat menari indah karena hembusan angin, juga beberapa bunga daisy putih bermekaran indah.
Seperti lukisan, menakjubkan!
Tersenyum cerah. Alicia langsung melepaskan sepatu. Kaki telanjangnya tergelitik karena rumput. Dia berlari kearah danau dan saat sampai dipinggir sebuah suara membuatnya terkejut hampir masuk kedalam danau.
“Berhenti!”
⁰ o ⁰ ⁰ o ⁰
Menelusuri hutan kediaman Achilles, Lucius tersenyum tipis. Dia senang karena bisa membuat Elias, tangan kanannya ini tersiksa. Tumpukan dokumen yang banyaknya bukan main pasti akan membuatnya begadang seharian. Mulut besarnya itu memang harus sesekali diberi pelajaran agar jera.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret of Duchess
Fantasy[On-going] [Bukan novel terjemahan] [Follow me untuk notif update selanjutnya] Arsella Marsille. Aktris cantik yang sukses berkarir dalam industri film, harus menerima kenyataan, jika dirinya masuk kedalam tubuh milik seorang wanita bangsawan. Disaa...