Bab 6 - Ballot

97 22 1
                                    


Shinobu merasakan bahwa tatapan Rihito padanya agak salah, seolah pihak lain sedang mengejeknya sekaligus memujinya. Tanpa pertimbangan apapun, dia mempercayai instingnya begitu saja.

"Aku tidak yakin, tapi aku merasa Licht-san sedang berpikir buruk tentangku?"

Shinobu menyerahkan pedang yang terbungkus kain hitam dan topeng Noh kepada Rihito. Tak lupa senyuman dia sertakan. Dia adalah gadis ceria yang lembut.

Rihito mengabaikan tuduhan Shinobu karena dia mengerti betul bagaimana tidak masuk akalnya insting wanita apalagi milik seorang ibu rumah tangga. Melayaninya tidak membawa apapun kepadanya dan dia sibuk menerima bayinya.

Dengan perlahan dan hati-hati, Rihito membuka bundel hitam panjang yang berisi ballotnya dalam bentuk Nodachi 2 meter.

Dia memperhatikan pedang tersebut dengan mata berbinar. Dia memeriksa setiap incinya.

Secara keseluruhan pedang tersebut adalah replikasi sempurna dari milik Rihito dalam karya aslinya, Plunderer universe.

Rihito memperhatikan detail yang hilang yaitu hitungan, itu tidak tertera di pedangnya. Hanya sebuah bintang polos yang mewakili ballot red baron, ballot khusus dengan pemindai sidik jari.

Dia tahu apa yang harus di lakukan, menyarungkan pedangnya, dia berpura-pura berhati-hati namun ceroboh.

Menggunakan aktingnya yang tidak hebat, entah bagaimana Rihito berhasil tanpa sengaja menggesekkan jarinya ke bilah tajam pedangnya. Karena dia memang bertujuan untuk itu, Rihito membiarkannya berdarah, berpura-pura takjub dengan ketajam pedangnya.

Dalam perspektif Shinobu, gadis ini hanya menganggap Licht sebagai anak kecil yang baru saja mendapatkan mainan barunya. Dia membiarkan lelaki ini berbuat sesukanya saat ia mencetak daftar biaya. Dia sengaja mengabaikan Rihito maka dari itu dia tidak menemukan akting Rihito yang buruk.

"'Semua hak hidup, berjiwa, yang aku tebas dan bunuh.'" Rihito menggumamkan kalimat di atas di bawah bibirnya, se-pelan mungkin agar Shinobu tidak mendengarnya dan cepat-cepat menyarungkan kembali Ballotnya.

Bersamaan dengan jatuhnya perintah Rihito, di dalam sarungnya, pedang Ballotnya menyerap darah Rihito hingga bersih melalui simbol bintang. Bersamaan dengan itu sebuah ukiran angka 0 muncul tepat di samping simbol bintang.

Rihito, di luar, di buat mengangkat alisnya. Dia bisa merasakan ada energi mengalir ke pedangnya dan dia merasakan hubungan. Dari sini, dia diam-diam menghela nafas lega karena semua prosedur berlangsung dengan baik dan lancar.

'Sekarang .. aku hanya perlu menemukan exp dan pelatihan bisa berlangsung lebih leluasa.'

Rihito kemudian mendongak, mengembalikan perhatian kembali kepada Shinobu, "Terimakasih karena tidak membuangnya dan mempercayaiku. Hanya mereka berdua yang aku punya." Untuk kesopanan, Rihito menundukkan kepalanya sedikit sekaligus menunjukkan ketulusannya.

Semenjak Rihito terdengar tulus, Shinobu tidak bisa menggertaknya lagi, "Tidak apa-apa... itu tidak masalah."

"Sekali lagi terima kasih." Rihito tersenyum tulus.

"Ara.. sudah aku bilang itu tidak masalah karena benda itu bukan letak masalahnya sejak awal." Shinobu mendorong secarik kertas ke arah Rihito.

Tidak perlu pemberitahuan apapun, Rihito sudah tahu bahwa Shinobu ingin dia membacanya.

Dia punya firasat buruk tentang kertas itu dan beberapa dugaan.

Dia melihat Shinobu masih dengan senyumannya dan mata sabitnya. Getaran salah semakin membesar.

Sistem Downloader Flashy (DROPPED)Where stories live. Discover now