Chapter 08

209 33 71
                                    

Ditengah badai yang berdatangan, air langit yang turun ke daratan, dan juga garis zig-zag petir yang menyambar, jimin ada disana. Dengan masih dibalut seragam putih abu-abu, dia terduduk dipinggir trotoar tepat dibawah penerangan lampu jalanan yang saat ini berkedip-kedip tak beraturan.

Ingatannya melayang pada kejadian beberapa jam yang lalu...

Setelah enam bulan berlalu, dia dan jungkook semakin dekat. Dekat dalam artian sebagai teman yang saling sharing tentang ilmu pengetahuan yang didapatkan. Tiada hari tanpa bertemu, dan memang yang paling sering mengajak berdiskusi adalah jimin. Gadis itu akan merengek jika jungkook tak menurutinya. Dan walaupun jungkook sempat berkeluh kesah, dia tetap mengiyakan permintaan jimin. Dan lagi-lagi feeling jimin mengatakan inilah cara ia dan jungkook agar semakin dekat.

Ternyata, feeling nya salah....

Sore ini seharusnya ia dan jungkook berjanji akan menghabiskan waktu bersama di cafe langganan mereka karena dua minggu terakhir ini mereka jarang berjumpa. Entahlah, harusnya jimin sudah paham mengapa terjadi keretakan antara pertemanan mereka. Tapi dia terus menyangkalnya, sebab tak mungkin jungkook sedang menjauhinya.

Tiba-tiba siang tadi jungkook membatalkan janji mereka dengan alasan ia ada kerja kelompok bersama, tugas dadakan dari dosen katanya. Jadilah jimin memakluminya. Dan ia pun tak mengubah rencana untuk datang ke cafe saat sepulang sekolah. Gadis itu benar-benar ingin kesana.

Setibanya ia disana, ada hal yang mengejutkan. Jungkook dan para gengnya berkumpul disana, mereka berbagi canda dan tawa. Jimin berusaha posthink, mungkin mereka mengerjakan tugas disini juga. Dia sudah memasang senyum lebar, hendak bergabung dan memperkenalkan diri sejenak di sekumpulan lelaki itu, hingga...

"Katanya mau jalan sama tetangga lo, jung?"

"Gue batalin." balas jungkook datar.

"Kenapa bro?"

"Males aja."

"Bukannya lo udah deket sama dia cukup lama ya? 6 bulan nggak sih lo ceritanya?"

Jungkook mengangguk, "Iya, 6 bulan. Dan itu terpaksa."

"Apa maksud woy?"

"Gue risih sebenernya sama dia. Dikit-dikit baper, pakek perasaan banget, gue nggak suka. Mau jujur ke anaknya tapi ntar sakit hati dianya!"

Dan disinilah jimin. Tak dipedulikan baju dan tas berisi laptop yang basah atau mungkin sudah rusak, dia menatap kosong kearah jalanan. Wajahnya pucat pasi, hidungnya memerah, pun bibirnya sudah membiru akibat kedinginan. Tapi, ia tidak kelihatan menggigil sama sekali.

Petir sekali lagi menyambar dan berhasil mematahkan ranting pohon yang cukup tebal hingga terjatuh ke tanah yang sayangnya mengenai pergelangan kaki kanan jimin yang sedang diselonjorkan. Beberapa daun yang lepas dari awak pohon pun jatuh berguguran disekitar badan jimin, semakin menambah kesan berantakan.

Jimin terkekeh renyah, "Aku ini kenapa, sih? Kenapa aku pd sekali?"

Dia menundukkan kepalanya setelah menekuk kedua kakinya, dan ia menyembunyikan wajahnya di lutut kakinya. Ia menangis tersedu-sedu disana.

Kenapa jungkook jahat?

Jimin tidak mungkin sesakit hati seperti ini jika jungkook mau mengatakan langsung kepadanya. Kenapa pemuda itu harus membicarakan dirinya dibelakangnya?

Tiba-tiba ada yang mendongakkan kepalanya secara paksa. Pandangannya yang buram karena air mata dan air hujan pun tak bisa memastikan siapa gerangan?

"Jimin? Kamu ngapain disini?!" pekikan sarat suara tak percaya itu cukup untuk jimin mengetahui siapa orang ini.

Jungkook.

Jungkook berjongkok didepannya, pemuda itu sudah memakai jas hujan, makanya ia terlihat santai.

"Kenapa belum pulang?"

"Aku bikin risih, ya?"

Jungkook membulatkan bola matanya kaget, "Ti-tidak. Kamu ini bicara apa, sih? Ayo pulang, ku antar!" ajak jungkook seraya menarik jimin untuk berdiri.

Jimin menahannya, sedikit terhuyung tapi jungkook berhasil memasang badan untuk menjaga jimin agar tak tumbang.

"Kamu udah kedinginan, jimin. Nanti sakit- kenapa kamu nangis?!!!" panik jungkook.

"Aku udah denger apa yang kamu omongin sama temen kamu di cafe tadi."

Tubuh jungkook menegang. Perlahan dia melepaskan genggaman tangannya pada tubuh si mungil.

"Jadi, bener?" tanya jimin lirih. Dia tersenyum miris.

"Bagus kalau kamu udah tau. Aku udah bilang berulang kali, jangan pakai hati!"

Jimin memandang jungkook tak percaya, dengan tubuh bergetar dia mendorong jungkook sekuat tenaga sebelum benar-benar pergi dari sana dengan langkah tertatih-tatih.

"Kamu jahat!"

ᴋᴏᴏᴋᴍɪɴ ɢꜱ (ᴇɴᴅ) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang