5. Mad

639 107 13
                                    

Yara kini sedang berjalan ke arah ruang laboratorium komputer sendirian. Panggilan dari Jung ssaem membawa langkah kakinya pergi ke sana untuk mulai kembali belajar materi olimpiade matematika yang akan dilaksanakan tiga bulan lagi dari sekarang. Seminggu kemarin Yara libur, alias tidak belajar untuk olimpiade karena merupakan minggu pertama masuk sekolah, alias sedang masa orientasi siswa baru. Jadi semua guru-guru sibuk mengurus kegiatan orientasi tersebut, terlebih lagi Jung ssaem merupakan guru di bidang kesiswaan, ia juga penanggung jawab organisasi kesiswaan intra sekolah di SMA Hanguk.

Ceklek!

Yara berjalan masuk ke dalam ruang laboratorium komputer, tak lupa menutup pintunya setelah itu. Ruang laboratorium komputer dilengkapi dengan air conditioner yang membuat hawa di dalam ruangan tersebut dingin dan sejuk. Yarapun mendudukkan dirinya pada salah satu kursi yang tersedia di sana. Kemudian membuka buku materi olimpiade yang dipinjamkan Jung ssaem padanya, dan mulai mengerjakan soal-soal latihan yang ada sebisanya.

Yara tidak menyadari, jika di dalam ruangan tersebut ada orang lain selain dirinya. Karena orang itu duduk di kursi paling pojok dan juga letak komputer yang membuat wajahnya tidak terlihat oleh Yara. Orang tersebut adalah Soobin. Iya, Soobin berada di dalam laboratorium komputer untuk mengetik naskah pidato bahasa Inggrisnya. Soobin memang sahabat Beomgyu, tetapi pria itu tidak sama seperti Beomgyu. Soobin tidak suka mabuk-mabukan, ia tidak suka bertengkar, dan juga tidak suka ikut balapan.

Soobin itu seperti pria yang—bolehlah nakal, tetapi sewajarnya saja. Di sekolah, Soobin juga tak kalah populer dari Beomgyu, Yeonjun, dan Taehyun. Pria itu merupakan idaman banyak wanita yang bisa disebut masih normal mungkin. Yah, karena Soobin memiliki kepribadian yang hangat, ceria, dan sangat lembut. Berbanding terbalik dengan sahabat-sahabatnya yang lain.

“Oi! Kim Yara!” Teriak Soobin yang suaranya menggema di dalam ruangan, membuat Yara sontak menolehkan wajahnya karena kaget jika ada orang lain yang berada di dalam laboratorium komputer selain dirinya.

“Soobin? Kau—sedang apa di sini? Bagaimana bisa—?” Yara menunjuk Soobin masih dengan tatapan kagetnya. Soobin tertawa melihat Yara. Baginya sangat lucu ketika Yara sedang terkejut seperti itu.

Soobin beranjak dari duduknya, ia berjalan ke arah mesin printer di dekatnya lalu menekan salah satu tombol yang ada pada printer itu untuk mulai mencetak naskah pidato yang baru saja ia ketik tadi. Kemudian baru berjalan lagi ke arah tempat Yara duduk sekarang. “Mulai belajar lagi, ya?” Tanyanya.

Yara hanya menghela nafasnya kasar, “Iya. Kau sedang apa di sini? Ku pikir tadi tidak ada orang selain aku. Rupanya ada kau.” Jawab Yara membuat Soobin terkekeh.

“Aku sedang mengetik naskah pidato bahasa Inggris.” Ujar Soobin sambil menunjuk mesin printer yang sedang beroprasi karena mencetak naskah pidatonya.

“Ah, jinjja? Kau dipilih untuk ikut lomba pidato bahasa Inggris? Daebak!”

“Tentu saja. Kita akan berangkat lomba bersama nanti, hahaha!”

“Kau betul. Ku dengar-dengar seluruh lomba dari olahraga, sains, hingga seni akan dilaksanakan di hari yang sama. Tidakkah kau membayangkan seberapa meriahnya itu nanti?” Ujar Yara sambil melamun dan tersenyum.

Soobin hanya diam, ia tak membalas ucapan Yara. Menikmati senyum gadis itu benar-benar membuatnya lupa segalanya. Secandu itu senyum Yara di mata Soobin. Andai saja Soobin dapat melihatnya setiap hari. Pasti hari-harinya akan jadi lebih indah dan tentunya sangat membantu dalam meningkatkan semangat belajarnya. Namun sayangnya kenyataan berkata lain.

Yara yang merasa tak mendapat respon apapun segera mendongakkan kepalanya menatap ke arah Soobin yang kini tengah tersenyum sambil menatapnya. Ia tidak tau harus bagaimana, ditatap Soobin seperti itu membuatnya merasa sangat canggung dan kaku.

Soobinpun tersadar dari lamunannya. Ia berpura-pura batuk untuk mencairkan kembali suasana yang sempat terasa aneh di antara dirinya dan Yara tadi. Kemudian berjalan kembali ke arah mesin printer yang rupanya sudah selesai mencetak naskah pidatonya.

“Semangat, Yara! Kita berdua harus menang nanti. Supaya dapat berfoto di frame yang sama, hahaha!” Ucap Soobin sambil merapikan kertas naskah pidatonya.

“Ah, iya tentu saja. Semangat untukmu, dan untukku juga.” Balas Yara sambil mengepalkan tangannya sebagai bentuk menyemangati dirinya sendiri dan juga Soobin. Soobin tersenyum melihat hal itu, “Aku keluar dulu, ya? Sampai jumpa nanti!” Pamitnya kemudian keluar dari ruang laboratorium komputer meninggalkan Yara sendirian di dalam sana.

Seketika Yara terbayang kembali saat-saat dimana Soobin menyatakan perasaan padanya. Saat itu benar-benar tidak terduga dan bahkan Yara sama sekali tidak mengira jika gadis yang Soobin ceritakan padanya selama ini adalah dirinya sendiri. Yara bodoh sekali, seharusnya ia menyadari itu. Terlebih lagi Yara sudah sangat bersemangat mengejek Soobin, juga sampai meminta pajak jadian pada pria itu jika ia berhasil berpacaran dengan gadis incarannya tersebut, yang ternyata adalah dirinya sendiri.

Seketika Yara menggelengkan kepalanya ketika teringat lagi saat-saat kejadian itu terjadi. Ia mulai mencoba memfokuskan pikirannya kembali pada soal matematika yang ada di hadapannya.

+×+

“Terimakasih.” Soobin berjalan dari kantin yang letaknya di lantai satu sekolah menuju ke lantai dua, dimana kelas Yara berada. Gedung untuk kelas science dan social berada di lantai yang berbeda. Terlebih lagi ia dan Yara yang berbeda jurusan. Yara merupakan anak science sedangkan Soobin anak social.

Kelas Yara rupanya sedang sepi karena memang masih jam istirahat. Hanya ada beberapa siswa saja yang memilih untuk tetap berada di dalam kelas saja. Pria itupun melangkahkan kakinya masuk ke dalam kelas Yara, kelas 11 science 1 untuk meletakkan minuman yogurt rasa strawberry kesukaan Yara ke atas meja gadis itu. Soobin melakukannya sebagai bentuk menyemangati Yara yang sedang belajar untuk olimpiade matematikanya nanti.

“Wah, Choi Soobin. Kau pantang menyerah, ya?” Celetuk salah satu siswa di dalam kelas tersebut. Yah, mereka semua tentunya sudah tau soal Soobin yang menyukai Yara.

Soobin tak membalas ucapan siswa tersebut, ia hanya tersenyum mendengarnya. Lebih tepatnya tersenyum miris, karena sampai detik ini ia masih merasa gagal karena tidak bisa mendapatkan Yara. Tapi mau bagaimana lagi, nyatanya Yara mencintai orang lain dan bukan dirinya.

Setelah meletakkan minuman tersebut, Soobinpun segera keluar dan kembali ke kelasnya. Namun ketika ia sedang berjalan menuruni tangga, dari arah berlawanan Beomgyu juga sedang berjalan menaiki tangga. Sepertinya hendak pergi ke kelas Yara. Keduanya sempat beradu pandangan selama beberapa detik. Tak ada yang mau bertegur sapa dan hanya saling melewati satu sama lain, karena yah, hubungan mereka sedang tidak baik.

Beomgyu berjalan menuju ke kelas Yara karena ia ingin meminjam buku pelajaran Yara. Namun saat sampai di dalam kelas gadis itu, ia tidak mendapati keberadaan Yara di sana.

“Hei, kau! Kau tau dimana Yara?” Tanya Beomgyu pada salah satu siswa yang ada di dalam kelas.

“Tadi sepertinya ia dipanggil Jung ssaem untuk belajar olimpiade matematika ke laboratorium komputer.”

Beomgyu yang mendengar hal itupun mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti. Tadinya ia ingin langsung pergi dari dalam kelas Yara, namun pandangannya tidak sengaja tertuju ke arah minuman yogurt rasa strawberry dengan sebuah sticky notes di bagian depan botolnya terletak di atas meja Yara. Iapun meraih minuman itu dan membaca pesan yang tertulis di sticky notes tersebut.

Semangat Yara. Kau pasti bisa menang. Aku akan selalu mendukungmu.

-Choi Soobin

Seketika tangan Beomgyu mengepal kuat, meremas sticky notes tersebut dengan amarah yang membara. Soobin—pria itu berani-beraninya masih mencoba mendekati Yara.

“Choi Soobin sialan.”












-TBC-

Egois [Choi Beomgyu]✓Where stories live. Discover now