6.8K 1.4K 262
                                    

The Superior Brothers:
Haitani Ran & Haitani Rindou

✦͙͙͙*͙*❥⃝∗⁎.ʚɞ.⁎∗❥⃝**͙✦͙͙͙

.

.

Gadis itu tersenyum lembut, santai dan menyegarkan seperti angin musim semi.

Ketenangannya menakutkan, dan kecerdasannya berbahaya. Sebelum Rindou mencari tahu lebih dalam... buktinya sudah terlebih dahulu tampak.

"Kalian suka teh buatanku? Aku menggunakan daun teh yang belum difermentasi dan langsung dikeringkan setelah dipetik untuk mencegah enzimnya tidak teroksidasi. Semoga rasanya tidak mengecewakan."

(Name) berucap ringan. Menuangkan minuman untuk mereka juga seorang gadis yang mengejutkannya adalah Sano Emma, adiknya Mikey.

"Kau selalu punya hobi yang aneh."

"Hyahah, ini gak ada racunnya, kan?"

Kisaki Tetta datang bersamanya, termasuk Hanma Shuji yang sedari awal terus mengocehkan hal tidak penting.

Entah apa yang gadis itu pikirkan hingga berusaha mendekatkan Haitani dengan anggota Touman.

Dan lagi...

"Kau salah mengaduknya, Hanma. Cobalah searah jarum jam."

Sejak kapan berandalan harus mempelajari etiket minum teh?!

Gadis ini benar-benar tidak masuk akal.

Dia bahkan mempertahankan Kisaki Tetta ketika Mikey ingin memecatnya. Sebagai gantinya, entah apa yang terjadi hingga Kisaki pun suka rela mengikutinya seperti sekarang.

Dari cara pandangannya saja Rindou sudah tahu bahwa Kisaki ini cukup menghormati (Name). Itu agak aneh.

"Woah~ Kisaki melakukannya dengan sempurna, Emma juga bagus, tapi Hanma..." (Name) menurunkan kelopak matanya, "Kau minum teh seperti bandit."

Pemuda jangkung dengan tato 'crime' dan 'punishment' menyeringai, "Sial, mulutmu jahat banget, Sayang ♡"

(Name) menyeringai sebelum berpaling saat mendengar suara tersedak. Rindou baru saja ingin mengusap mulutnya yang basah ketika gadis ini menawarkan sapu tangan, "Nanti pakaianmu kotor, soalnya teh ini pekat. Pakai saputanganku."

"..."

Ngusap mulut saja ribet banget! Walaupun agak jengkel, Rindou tetap mengambilnya.

"Ini enak! Mikey harus merasakannya."

(Name) tersenyum kecil dan mengusap sudut bibir Emma yang agak basah, "Nanti kuajarkan supaya kau bisa membuatkannya juga untuk Mikey."

Pipi gadis bersurai pirang itu menghangat, "Wah senangnya!"

Ran menyeringai kecil. Sekarang dia mengerti. Tampaknya (Name) sangat pintar mencari hati orang. Dan dia menempatkan diri di zona yang terjangkau tapi juga tak tersentuh kecuali gadis ini yang terlebih dahulu mengulurkan benangnya.

Entah itu ketulusan atau manipulatif semata.

Srak-

"Ada apa (Name)-nee?"

Pertanyaan Emma membuat berpasangan mata yang tengah sibuk dengan teh dan camilannya menoleh. Netra mereka menangkap (Name) yang menghela napas, "Aku tidak menemukan ponselku."

"Mau kubantu mencarinya?" tawar sang gadis blasteran.

(Name) menggeleng, "Sepertinya aku meninggalkannya di toilet. Sebentar, aku permisi dulu."

Emma terlihat mengerutkan kening tapi segera mengangguk. Setelah kepergiannya, dua menit berlalu tanpa percakapan.

"Aku cabut dulu, ada urusan."

Rindou menoleh, menemukan kakaknya yang beranjak pergi. Kisaki tampak memandang curiga tapi tak mengucapkan apapun.

Suasana seketika semakin canggung. Ketika Rindou ingin membuka mulutnya, Kisaki mendahului, "Kau mau pergi juga?"

"Memangnya kenapa jika iya?" tantangnya.

Mereka saling menatap santai, namun Emma bisa merasakan aura negatif di antara keduanya.

Hanma berdecak, "Oh ayolah, kenapa suasananya jadi seperti ini?"

Tak menjawab, Kisaki hanya diam memainkan ponselnya dan Rindou bergeming melihat entah kemana―sampai akhirnya Ran muncul disusul (Name) yang beberapa langkah di belakang.

Mereka berpaling, terlihat penasaran ketika menemukan ekspresi dingin di wajah Haitani tertua. Kisaki menyeringai kecil, "Dia pasti melakukannya lagi."

Tidak ada yang menyadari gumamannya kecuali Hanma.

Satu hal yang Hanma Shuji ketahui. Walaupun terlihat selembut cahaya lilin, jangan pernah memiliki harapan kepada (Name). Gadis itu... seperti matahari, menundukkan orang-orang dan tak mengizinkan mereka memandangnya langsung.

Mereka yang mencoba, hanya menemukan bias tajam yang menyakitkan mata.

Dia memberikan segalanya kepada orang lain ketika mereka tak memintanya, tapi dia akan berpaling ketika orang-orang itu berbalik menginginkannya.

Gadis itu... sangat mustahil. Setidaknya menurut Hanma.

"Ah, Mikey menghubungiku. Sepertinya kita harus kembali," Emma melirik (Name) meminta respon. Dia mengangguk dan tersenyum kecil.

"Hanma dan Kisaki, kalian pulanglah berdua. Aku dan Emma duluan."

"Hah? Cepet banget," keluh Shuji memasang ekspresi kecewa.

"Kapan-kapan kita bisa berkumpul lagi, saat itu kita lakukan apa yang kau inginkan."

"Baiklah, aku pegang janjimu!"

Setelahnya, kedua gadis yang kontras ini berlalu. Tak lama kemudian Kisaki dan Hanma mengikuti karena tak ada urusan lain.

"Hanya ingin mengingatkan-"

Ran dan Rindou menoleh ketika Hanma menyeringai lebar sembari menunjuk ke arah mereka.

"(Name) itu milik kami, jangan pernah berpikir untuk merebutnya."

Mereka berdua mengerutkan dahi. Kisaki tampaknya tak nyaman, tapi dia juga tidak menampik, membuat kedua saudara Haitani terdiam bahkan setelah kepergian mereka.

"Cih! Apa-apaan itu. Ngapain juga rebutin dia. Kau juga berpikiran sama, 'kan?" desis Rindou melirik kakaknya.

Anehnya, Ran justru diam.

"Gawat..."

Sang kakak menggigit ibu jarinya dengan alis menyatu. Rindou yang melihatnya mengangkat alis bingung, "Kau kenapa, Kak?"

"Sepertinya aku menginginkannya."

.

.

HAITANI BERSAUDARA mulai merasakan bakat terpendam mereka menjadi peliharaan
tapi sayangnya, disini kau tampaknya tidak tertarik pada mereka

✄┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈

°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•

𝐃𝐎𝐂𝐈𝐋𝐄 ☘ haitani brothers ✓Where stories live. Discover now