18. Pesan di pagi hari

7 2 0
                                    

***

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***

"Liat apa sih? Kok dari tadi serius banget sampe dipanggilin gak denger?" Tanya Renjun yang melihat gua duduk diatas bangsal sambil melihat kearah handphone, bahkan sarapan gua yang ada dihadapan gua pun belum tersentuhkan sama sekali karna terfokuskan dengan sms tersebut.

Gua menggeleng lalu tersenyum tipis. "Enggak, bukan apa-apa kok." Jawab gua yang setelahnya gua menyimpan handphone gua dan bergegas untuk sarapan. Sedangkan Renjun, ia kembali fokus membuat sarapan paginya.

"Kamu mau alpukat gak?" Gua mengangguk. "Hmm, boleh."

"Temen-temen mau dateng nanti jam 5." Lanjut Renjun. "Oh ya, siapa aja?" Tanya gua.

"Jeno, Haechan, Jaemin. Gak tau sama pacarnya juga apa enggak."

"Wahhh rame banget dong, aku juga udah lama gak ketemu mereka." Renjun tertawa melihat gua yang begitu bahagia. "Kamu masih suka chatan sama Giselle?"

Gua mengangguk. "Masih, tapi dia belom sempet dateng lagi kesini. Karina juga. Mungkin karna emang mereka lagi sibuk buat ujian nanti, jadinya mereka belom sempet dateng kesini." Jelas gua ke Renjun.

"Yaudah gapapa, nanti kalo kangen juga kesini." Gua tersenyum sambil terus melanjutkan sarapan gua. Setelah beberapa menit, gak lama suster Dina datang sambil membawa RL dan juga obat-obatan yang akan gua minum pagi ini.

"Pagi, Nana. Gimana sarapan paginya, enak gak?" Tanya suster Dina sambil menggantikan botol infusannya dengan yang baru. Gua tertawa dan sedikit malu buat menjawabnya. "Boleh gak sih request zuppa sup buat sarapan paginya?"

Suster Dina tertawa lebar, begitupun juga Renjun. "Ihhh ada-ada aja kamu, Na." Celutuk Renjun dengan tawanya. "Ya mana bisa, Nana. Kalo gitu nanti gak sembuh-sembuh dong?" Ucap suster Dina seketika.

"Ya habis gimana, hambar banget rasanya. Gak ada manis asinnya sama sekali." Jelas gua mendeskripsikan. "Namanya juga makanan sehat, di makan aja ya? Walaupun sedikit." Gua mengangguk mengiyakan.

"Ini obatnya, jangan lupa di minum. Renjun, minta tolong juga ya buat ngingetin Nana jangan makan yang sembarangan dulu. Kasih roti, buah, sama susu aja kalo bisa."

Renjun mengangguk sambil tersenyum. "Oke suster, Renjun bakal perhatiin Nana dengan baik."

"Pffttt, bahasanya lebay banget." Celutuk gua yang membuat suster Dina tertawa. Sedangkan Renjun, dia tersenyum salah tingkah. "Hahaha iya, makasih banyak ya, Renjun? Kalo nanti ada apa-apa sama Nana, cepet langsung panggilin saya ya?"

"Iya suster, makasih banyak juga ya udah ngerawat Nana dengan baik?"

"Itu emang udah jadi tugas saya, Renjun. Yaudah kalo gitu saya balik tugas dulu ya? Permisi." Pamit suster Dina sebelum akhirnya pergi meninggalkan ruangan gua.

"Ini alpukatnya, udah selesai sarapannya?" Renjun meletakkan sepiring buah alpukat yang sudah dipotong-potong ke atas overbed table. Gua mengangguk dan kemudian tersenyum kearah Renjun. "Udah, makasih ya?"

Dan selanjutnya udah jadi kebiasaan Renjun buat nyium pucuk kepala gua. "Iya, sama-sama."

"Renjun."

"Hmm?"

"Papa... tadi sms aku. Itu beneran bukan Papa kan? Aku takut, Renjun."

-TBC

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

-TBC

Love is a Sweet Pain [AU] | Renjun ✔Where stories live. Discover now