🔽13

15 7 2
                                    

Siswa kelas dua belas, rada kesal saat tahu hasil nilai try out mereka, ditampilkan di dinding sekolah. Dimana nilai rata-rata diurutkan dari yang tertinggi hingga terendah secara paralel. Tidak memandang penjurusan sama sekali.

Padahal hanya try out.

Jadilah, anak-anak yang belajar saja tidak apalagi ngisinya ngasal-ngasalan bakal terpampang nyata nilainya. Sebab tidak hanya dilihat oleh angkatan senior, namun juga oleh adik-adik kelas mereka.

Hal tersebut sontak membuat beberapa senior yang memang sudah memiliki gencatan rahasia untuk menggebet para adek-adek gemez jadi tengsin sendiri.

Karena ketahuan gobloknya.

"Lo pada ranking berapa?" tanya Junkyu.

"20," balas Yoshi.

"Ah, segitu dari seangkatan mah pinter," gerutu Junkyu. "Kalo lo, Ji?"

"Lupa gue. Berapa ya, 55 apa 59 gitu," kata Jihoon. "Biar gue tebak rank lo, Kyu."

Junkyu langsung mengerucutkan bibir sambil melipat kedua tangannya di depan dada. "Coba tebak."

"Lo pasti rank 249 dari 250 siswa," balas Jihoon kelewat yakin.

Tentu saja sohibnya itu tersulut api neraka dan langsung memukul bagian belakang leher Jihoon dengan membabi buta. "Gue nggak sebego itu, anjing!!!!"

"SAKIT!" keluh Jihoon, meringis sambil memgang bekas kejahatan sohib resenya itu. "Gue kan cuma nebak!"

"Tebakan lo nggak ngotak!" balas Junkyu tidak terima.

"Loh, masih mending gue nggak bilang lo peringkat terakhir?!"

"Dua peringkat terbawah sama aja lo secara nggak langsung bilang kalo gue sebodoh itu!!!"

Dua insan itu berdebat saat mereka masih di kantin. Yoshi sejak tadi hanya menunduk memainkan ponselnya, malu. Tapi kalau ditegor, mereka malah semakin berisik.

"Tapi gue nggak bilang begitu?" Jihoon masih saja menyahut, sama sekali tidak mau mengalah.

Junkyu hampir menaboknya kembali. "Secara nggak langsung!!!"

"Udah, udah, udah," tegur Yoshi sesabar mungkin. "Gue yang bego udah."

Jihoon dan Junkyu kompak menoleh kepada pemuda berdarah Jepang itu dengan serempak tanpa sadar. "Heh, kaum penjajah, diem lo!!!"

Mendengar itu, mulut Yoshi langsung terkatup rapat. Cowok berkulit pucat tersebut mendengus. "Ah, kalo begini gue mending ikut Si Krucil aja daripada bareng lo bertiga."

Si Krucil, salah satu sohib mereka yang berteman sejak SMP tapi pindah ke negeri orang sejak masuk SMA.

"Lagipula tuh, mulut kalian berisik banget tau nggak?" Yoshi malah menggerutu, sedikit tidak terima di bilang salah satu kaum penjajah. Padahal, dia sendiri bukan tentara. "Malu diliatin sama junior-junior lo pada."

Sebab kini mereka tengah berjalan selepas dari kantin dan sedang melewati koridor sekolah. Perdebatan itu bukan masalah besar, namun karena keduanya terlihat tak mau mengalah, dan lagi-lagi, Yoshi yang jadi penengah.

Park Jihoon tadinya ingin sekali menguak dosa Kim Junkyu hingga dia kembali tersulut api neraka dan mencak-mencak segala macamnya, sebab sungguh, menggoda Junkyu hingga lelaki itu kesal setengah mati adalah salah satu hobi favoritnya sejak dahulu.

Namun, lidahnya justru mendadak kelu saat melihat Iris seorang diri di depan papan pengumuman dari hasil nilai try out tersebut. Tentu saja, cowok itu sudah melihatnya lebih dulu. Jadi ia tahu, ada diberapa peringkat si gadis.

Akan tetapi, entah kenapa, gadis itu mengerutkan alis, terlihat kesal. Lembar soal yang cowok itu kira adalah latihan miliknya, diremas kuat begitu saja. Jihoon masih sangat ingat urutan peringkat teratas. Mulai dari nama, kelas, dan rata-rata nilai try out.

1. Ahn Joya - XII IPA 2 - 9, 76
2. Yoo Raesa - XII IPS 1 - 9, 55
3. Choi Iris - XII IPA 1 - 9,23

Nama Iris ada diurutan ke tiga. Bagi Jihoon yang diatas peringkat 50, nilai 3 teratas adalah nilai orang-orang ambisius.

Tapi kenapa dia terlihat kecewa sekali?

"I might die really soon," gumam Iris kelewat pelan. Bahkan Jihoon sendiri tak yakin yang dia dengar salah atau tidak.

"Ji," panggil Yoshi. "Lo udah ngomong lagi sama Iris?"

Jihoon hanya memberikan gelengan kepala sebagai jawaban atas pertanyaan tersebut. Sebab jauh di dalam sana, dia amat merindukan gadisnya.[]

running low | jihoon ✓Where stories live. Discover now