Flashback 2 : Arisha - Haechan

2.1K 464 135
                                    

"Cwaacwaaa!" pekik Haechan dari ujung koridor.

Arisha yang sedang asyik menonton pertandingan basket sontak menoleh ke sosok lelaki yang sudah berdiri di sebelahnya.

Satu jitakan mendarat di jidat mulus Haechan.

"Sakit, ih!" Haechan meringis.

"Yang bener kalo manggil!"

"Iya itu udah bener, cantik."

Arisha mencebik, lalu kembali mengalihkan fokusnya ke Jaehyun dan Ten yang saling mengoper bola orens.

"Kedip, Ca." Haechan menjentikkan jari di depan wajah pacarnya itu.

"Can, kamu gamau main basket juga? Itu Ten sama Jaehyun jadi ganteng gitu," ujar Arisha yang sudah terkagum-kagum melihat dua temannya saling bertos ria setelah mencetak poin baru.

"Aku kurang ganteng?"

Dengan tatapan mata yang masih tertuju ke lapangan basket, Arisha mengangguk setuju.

"Yaudah sana pacaran sama mereka, kenapa sama aku," keluh Haechan. Ia memandang sinis gadis di sebelahnya.

"Mana sempet, udah keburu sama kamu. Ah! Ten goblok ih, nanggung itu dikit lagi!"

"Aku ngambek ya, Ca?"

Arisha menganggukkan kepalanya. "Aaaaaa nais, Jae!" pekiknya girang saat melihat Jaehyun berhasil mencetak poin.

"Ca," panggil Haechan.

Arisha tidak menyahut. Ia terlalu fokus memerhatikan bola orens yang dengan cepat berpindah dari satu tangan ke tangan lain itu.

"Caca."

"Iya, kenapa?" Arisha menoleh, akhirnya.

"Jaehyun atau aku?"

"Hari ini Jaehyun, besok kamu," jawab Arisha tanpa ragu.

"KOK GITU!" Tanpa sadar, lelaki itu sedikit berteriak.

Arisha melirik ke sekitar, memastikan tidak ada yang terganggu dengan teriakan pacar gilanya ini. Untungnya para siswi disana sibuk meneriakkan nama Jaehyun.

Kali ini, Arisha berterimakasih pada ketampanan sahabatnya itu.

"Hobi banget teriak! Panas kuping aku, Can!"

"Tadi kok gitu jawabnya," gerutu Haechan, bibirnya sedikit mengerucut.

Gemas.

"Hari ini Jaehyun ganteng," jawab Arisha dengan cengirannya.

"Aku nggak ganteng ya hari ini?"

Aduh, plis. Pacarnya ini imut sekali.

Arisha mencubit kedua pipi Haechan, gemas. "Gantengnya nggak bisa diteriakin."

"Yaudah, bagus. Buat kamu aja kan?"

Arisha terkekeh, lalu mengangguk setuju. Terserah Haechan aja. Ribet kalau udah ngambek.

"Kamu lebih sayang aku atau Jaehyun?"

Arisha mengernyit. "Kok gitu pertanyaannya?"

"Gatau, pengen nanya aja," jawab Haechan setelah mengendikkan bahunya.

"Beda, Can. Sayangnya beda."

Gadis itu bingung harus menjawab bagaimana. Haechan tidak pernah bertanya seperti ini sebelumnya. Bahkan setelah hubungan mereka menginjak usia delapan bulan.

"Kalo kita putus, kamu lanjutnya sama Jaehyun?"

Arisha mendelik. "Can!"

Suara sorakan mulai terdengar bersahutan, tim Jaehyun menang melawan sekolah tetangga.

Ah, Arisha tidak peduli lagi dengan pertandingan bola orens itu. Pertanyaan Haechan barusan benar-benar mengalihkan fokusnya.

"Iya atau nggak?" tanya Haechan lagi.

"Lo kenapa sih?" Arisha kalau sudah frustasi, gaya bicaranya otomatis berubah.

Nggak bisa.

Ini Haechan harus dikasih pencerahan. Otaknya lagi korslet kayaknya.

Arisha menarik pergelangan tangan lelaki itu agar menjauh dari keramaian. Mereka membutuhkan privasi saat ini.

"Apa tadi ngomong kayak gitu? Siapa yang ngajarin?" tanya gadis itu saat keduanya duduk di bangku ujung koridor.

Haechan mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Arisha kalau mode marah itu nyeremin, serius.

"Iya nggak lagi," jawabnya lesu.

"Jaehyun itu udah kayak saudara aku, Can. Apa pantes kamu nyuruh aku milih antara kamu atau saudara aku sendiri?"

Haechan menggeleng. Kicep, beneran.

"Posisi kamu sama Jaehyun itu beda," sambung Arisha lagi.

"Iya, Ca. Maaf. Udah ih."

"Baru ini loh aku denger kamu nanya gini, kenapa tiba-tiba?"

Haechan menggeleng lemah. Nggak tahu lagi. Mulutnya ini emang suka banget nyari perkara.

"Maaf banget aku nggak bisa milih. Aku sayang kamu, aku sayang Jaehyun juga, tapi sayangnya beda. Kamu ngerti, kan?"

Haechan mengangguk. Lidahnya kelu untuk sekedar menjawab, 'iya'.

"Nggak, aku nggak maksa kamu buat ngerti, tapi ini bener-bener beda." Gadis itu sudah frustasi duluan, bingung menjelaskan dengan kalimat yang bagaimana.

"Iya aku ngerti, maaf ya," kata Haechan, setelah mengumpulkan kembali keberaniannya.

"Kita baikan, jangan ungkit masalah ini lagi ya?"

Mendengar penawaran itu, Haechan mengangguk cepat. "Aku janji."

Arisha tersenyum, lalu mengangguk kecil.

Ternyata pria sejati itu ada, Haechan buktinya. Lelaki itu benar-benar menepati janjinya. Ia tidak lagi mengungkit masalah Jaehyun.

Bahkan saat ia meninggalkan gadis tersayangnya, Haechan tidak bisa menjelaskan kalau alasannya adalah lelaki berlesung pipi itu.

Mungkin kekanakan, tapi percayalah, persahabatan dua insan itu benar-benar melukai hati Haechan.




————————

Ini dua bujang gantengnya suka buat istighfar :)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ini dua bujang gantengnya suka buat istighfar :)

/istighfar

Haii

Aku kembali lagi!

Kemarin ada yg minta part Haechan, dimana kamu? Keluar cepat! Ahahaha.

Aku mah gapapa ya selama ga ganggu notif kalian :)))

Ini kisah Caca sama bujang lain ada di otak aku semua, sebut aja namanya, aku tulis pokoknya.

Part khusus nana di lapak sebelah ya. Nana mah mandiri ahahaha.

Makasiii buat yg masih baca! Makasii vote komennya jugaa💚

Salam sayang dari akuu yang lagi belajar percaya diri💚

Sehat-sehat oke?

More Than Special | Jaehyun✓Where stories live. Discover now