Belum Cukup

121 13 0
                                    

Azlan memasuki ruang tamu rumahnya dengan merangkul pundak Athaya. Tadi sepulang sekolah, Azlan memutuskan untuk menjemput Athaya di sekolahnya. Azlan benar-benar kembali, kembali menjadi sosok kakak yang hangat untuk Athaya.

"Oh iya, Ya. Abang dua minggu lagi main futsal di Liga Futsal SMA. Thaya mau nonton gak?" Tanya Azlan kepada Athaya.

"Pengen sih, tapi pasti gak dibolehin Papa" jawab Athaya lesu.

"Abang yang ijinin deh".

"Enggak deh Bang. Nanti takutnya Abang malah berantem sama Papa. Kan Abang tau sendiri kemarin Thaya dimarahin Papa gara-gara malas belajar. Apa lagi kalo Thaya nonton Abang futsal".

"Emm, yaudah deh. Btw, tadi ulangan Bahasa Indonesia Abang dapet 70. Tanpa nyontek" ujar Azlan memamerkan hasil ulangannya.

Mereka berdua terus berjalan beriringan dengan mengobrol ringan, dan pada saat akan menaiki tangga. Tiba-tiba mereka berdua dikejutkan dengan suara yang sangat mereka kenali.

"Baru 70 saja kamu sudah bangga. Athaya yang nilainya 96 saja tidak bisa saya terima, apa lagi kamu" ucap Mahes menatap Azlan sinis.

Azlan dan Athaya menoleh bersamaan, menatap Mahes yang datang dari pintu utama kediaman Abraham.

"Azlan tau itu bukan nilai yang tinggi, Pa. Tapi setidaknya, Azlan memperoleh nilai itu dengan usaha Azlan sendiri dan seharusnya Papa mencoba untuk menghargai usaha Azlan".

Setelah mengatakan itu, Azlan berlari menaiki tangga meninggalkan Athaya dan Mahes. Namun tak berselang lama, Athaya menyusul Azlan, meninggalkan Mahes yang masih berdiri saja.

***

Disore harinya, Azlan kembali bekerja seperti biasanya. Mengantarkan pesanan kue dan juga roti dengan senyum yang ramah, membuat para pelanggan terpanah oleh senyumannya.

Azlan terus bolak-balik mengantarkan pesanan untuk pelanggan-pelanggan Rani Bakery sampai malam datang. Dan kue kering ini adalah kue terakhir yang akan Azlan antarkan untuk hari ini. Azlan memencet bel sebuah rumah yang merupakan alamat si pembeli kue itu. Setelah beberapa menit menunggu, si pembeli akhirnya keluar.

"Kue kering dari Rani Bakery ya?" Tanya si pembeli yang ternyata sudah seumuran dengan Rani itu.

"Iya, Bu. Totalnya 245.000" jawab Azlan sopan lalu menyerahkan beberapa dus kue kering.

"Sebentar ya, saya ambil uang dulu" ucap ibu-ibu itu yang langsung diangguki Azlan.

Lima menit kemudian ibu itu keluar membawa uang untuk membayar pesanannya. "Ini uangnya, nak. Kamu kelihatannya masih muda sekali. Masih sekolah?" Tanya ibu-ibu itu setelah uangnya diterima Azlan.

"Iya, Bu. Kelas 12 SMA" jawab Azlan.

"Wah, kamu seumuran anak saya. Mau gak jadi pacar anak saya".

"Maaf sebelumnya, tapi saya tidak ada niat untuk pacaran, Bu. Lagi pula, saya tidak punya waktu untuk hal seperti itu. Saya permisi dulu" ucap Azlan berusaha dengan nada se-sopan mungkin agar tidak menyakiti hati si Ibu.

Azlan pergi meninggalkan pekarangan rumah itu menuju motornya. Setelah menaiki motornya, Azlan mulai mengendarainya menuju tempatnya bekerja.

Selama kurang lebih dua puluh lima menit Azlan berkendara, akhirnya dia sampai di tempat kerjanya. Azlan lalu memarkirkan motor kerjanya ditempat seharusnya. Setelah memarkirkan motornya, Azlan segera memasuki toko dan langsung menuju ruang ganti karyawan.

***

"Thaya, Abang pulang" ucap Azlan membuka pintu kamar Athaya.

Athaya yang sedang belajar langsung menolehkan kepalanya menatap Azlan. "Udah pulang? Bawa apa tuh?" Tanya Athaya saat melihat Azlan membawa jantung keresek berwarna putih.

"Martabak manis rasa keju coklat"

Athaya nampak berbinar dan segera merebut kantung itu dari tangan Azlan dan langsung memakannya dengan lahap.

"Makasih" ucapnya dengan cengiran.

"Iya sama-sama. Udah selesai belajarnya?" Tanya Azlan mengalihkan pandangannya kepada buku yang berada di meja belajar Athaya.

"Kurang dua soal lagi. Abang istirahat sana, pasti capek kan habis kerja".

Azlan mengangguk dan mulai melangkahkan kakinya untuk menutup pintu kamar Athaya. Karena memang tadi dirinya hanya sedikit masuk kamar Athaya.

Azlan berjalan menuju kamarnya, mulai membersihkan badannya dan lanjut dengan belajar pelajaran yang besok akan dipelajarinya di sekolah. Azlan terus membuka halaman demi halaman pada bukunya. Mencoba memahami dan menyerap ilmu dari buku tersebut. Hingga kantuk datang dan membuatnya tidur dengan duduk dan kepala yang berada diatas meja belajarnya.

Azlan masih tertidur lelap, tidak menyadari posisinya dan tempat ia tidur saat ini. Hingga pada pukul tiga pagi ia terbangun dan pindah ke ranjangnya untuk melanjutkan tidur dengan nyaman disana.

***

Hari sudah pagi, mentari mulai menampakkan sinarnya. Azlan mengerjapkan matanya beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam retina matanya. Setelah dirasa nyawanya sudah berkumpul, Azlan lalu mendudukkan tubuhnya, sedikit menguap. Azlan menatap jam pada dinding kamarnya dan menurunkan kakinya untuk memakai sandal.

Azlan mulai beranjak dari ranjangnya dan memasuki kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Hanya butuh waktu sepuluh menit, Azlan kini sudah keluar kamar mandi dengan handuk yang melilit pinggangnya. Azlan berjalan ke arah lemari, membuka pintu lemari dan mengambil seragam sekolahnya.

Setelah itu, Azlan kembali menutup pintu lemarinya dan bergegas memakai seragamnya. Azlan kini sudah siap dengan seragamnya, Azlan menghampiri meja belajarnya dan mulai memasukkan buku-buku yang akan ia gunakan belajar di sekolah nanti ke dalam tasnya.

Azlan sudah siap dan mulai melangkahkan kakinya untuk keluar kamar. Setelah sampai diluar kamar, Azlan berniat untuk mengetuk pintu kamar Athaya yang terletak disamping kamarnya, namun terdapat sebuah note yang tertempel di pintu itu.

Abang, Thaya berangkat duluan bareng Papa, soalnya hari ini Thaya piket dan Thaya juga buru-buru karena bangunnya kesiangan. Kalo Abang mau sarapan, tadi Thaya lihat ada roti sama susu kotak dikulkas.

Azlan tersenyum, ternyata adiknya begitu perhatian kepadanya. Setelah membacanya, Azlan memasukkan note itu ke dalam saku seragamnya dan mulai menuruni tangga untuk berangkat sekolah seorang diri.
































Dah gitu aja ga panjang-panjang banget. Btw udah 200 an readers aja nih hehe

AzlanWhere stories live. Discover now