3. Bagi-Bagi

6.3K 1K 109
                                    

Pasti pada kangen ya...

Iya lah ya, orang update-nya 2 minggu sekali😂

Aku mau update seminggu sekali kalau komennya sampe 200++ tapi ngga spam hihihihi (ps. aku tuh bacain komen kalian 1-1 tau)😂

🍡🍡🍡🍡🍡

Jam dinding di rumah Deana menunjukkan pukul delapan. Di meja makan berkumpul lah tiga anak dan tiga orang Dewasa yaitu Deana, Ade, Dede, Mas Abi, Axel dan istrinya, sedangkanya Ayah Caesar dan Abang Daffin udah berangkat ke kantor dan ke sekolah. Para orang dewasa sarapan nasi goreng dengan telur mata sapi dan ayam panggang sisa semalam sebagai protein pelengkap, sedangkan tiga anak kecil itu punya menu sarapan yang berbeda-beda. Ade makan honey star, Dede minum energen kacang vanila dan Mas Abi yang makan fruit loops.

"Itu apa? Kok wana-wana?" tanya Dede sambil menunjuk fruit loops yang ada di piring Mas Abi.

"It's celeal," jawab Mas Abi dengan wajah bingungnya, karena baru sekali ini mendapat pertanyaan seperti itu.

"Sini bagiiii," palak Dede Ceden langsung. Tak lupa ia menyodorkan gelasnya sekaligus menunjukkan kalau sarapan yang dia makan itu ngga warna-warni kaya yang dimakan sama Mas Abi.

Mas Abi mengambil satu sendok fruit loops dan dituang ke gelas Dede yang duduk di sebelah kanannya. Saat ia ingin melanjutkan makannya, dari sebelah kiri ada mangkok kecil yang ikut tersodor.

"Ade juga mau bagiiii..."

Lagi, Mas Abi mengulangi hal yang sama ke Ade, namun kali ini pandangannya lumayan takut.

Axel yang melihat itu cukup bangga. Maklum, di Jakarta, dia masih tinggal bersama kedua orang tuanya dan saudara kembarnya. Kebayang kan betapa banyak kasih sayang dan perhatian yang diterima Mas Abi. Masalahnya dengan kelimpahan kasih sayang itu, dia terbiasa menjadi pusat perhatian dan selalu diberi apa yang dia mau, jadi posisinya dia jarang memberi. Ditambah, di kompleknya ngga ada yang sebaya sama dia, jadi dia ngga terbiasa buat ketemu sama anak-anak seumuran.

"Bagi lagi..." ucap Dede Ceden sambil menyodorkan gelasnya. Diikuti Ade yang juga kembali menyodorkan mangkok dari arah lainnya.

"Ey ... Mas Abi-nya ngga makan dong kalo dibagi-bagi terus. Ade sama Dede abisin dulu punyanya masing-masing."

Ade dan Dede melihat ke arah sang pemilik suara, siapa lagi kalau bukan Buya-nya mereka. Keduanya pun kompak menarik gelas dan mangkoknya untuk dihabiskan tanpa minta sereal warna-warni punya Mas Abi.

"Mas Abi besok musti bagi!" titah Dede Ceden dengan wajah sok serius dan mata melototnya.

"Aduh galak banget ni anak," ucap Deana lagi. "Besok Buya yang bagiin."

Dede Ceden pun menggangguk dan berusaha menghabiskan sereal yang ada di gelas di depannya, sambil matanya tetap melirik ke isi mangkok Mas Abi. Pun hal yang sama dilakukan oleh Ade.

Setelah semua anak menghabiskan sarapannya, Deana mulai 'briefing pagi'. Hari ini dan beberapa hari ke depan, Axel dan istrinya harus mengikuti seminar kesehatan di salah satu hotel berbintang di Bandung. Pastinya Mas Abi ngga ikut dan akan dititipkan ke dia, tapi kan dia juga setiap hari harus kerja jadi dia sendiri pun ngga bisa mantau anak-anaknya setiap saat. Tapi karena anak-anaknya juga main di tempat dia kerja, pastinya kalau ada kejadiaan-kejadian diluar dugaan dia bisa tau karena suara teriakan dan tangisan anaknya akan langsung masuk ke kupingnya.

"Ayo coba Ade sama Dede duduknya yang manis dulu," perintah Deana. Duduk manis disini adalah posisi duduk yang tegap, tangannya dilipat di atas meja dan kaki ngga goyang-goyang. "Biar Mas Abi ikutin duduk manisnya."

"Coba Mas Abi ikutin duduk manisnya," ucap Axel.

Mas Abi yang melihat posisi duduk para sepupu yang duduk di sebelah kanan dan kirinya pun mengikuti.

"Oke ... Hari ini Mas Abi ikut Buya, Ade sama Dede ke tempat Buya kerja. Ade sama Dede ngga boleh nakalin Mas Abi-nya ya, nanti kalo main sama temen Mas Abi-nya dikenalin sama diajak. Kan Ade, Dede sama Mas Abi bersodara, jadi musti saling sayang. Oke?"

"Okeeeehhhh," ucap Dede Ceden bersemangat.

Namun Ade Aaron, si pemikir dan si copy paste Ayah Caesar mengerutkan kening. "Buya! Ade sama Dede ngga boleh nakalin Mas Abi, Mas Abi boleh nakal?"

"Ngga dong ... Mas Abi-nya juga boleh nakal. Oke Mas Abi?"

"Okey Buya," kepala Mas Abi ikut mengangguk.

Deana pun ikut mengangguk sambil memberikan senyuman. "Oke, kalo gitu kita let's go!"

🍡🍡🍡

Sepertinya yang pernah dijelaskan sebelumnya, di tempat Deana kerja ini ada satu kamar tidur yang digunakan oleh salah satu karyawan yaitu Tari. Setiap siang, anak-anak Deana akan numpang tidur siang disitu, tapi walaupun itu menjadi kegiatan rutin setiap harinya, tapi ibu tiga anak tetap membiasakan dan mewajibkan anak-anaknya untuk minta izin dulu kalau mau numpang tidur siang.

Ketiga anak itu sudah selesai minta izin ke Tante Tari dan pasti jawabannya adalah dibolehin tidur siang di kamar itu. Kini ketiga anak itu udah ngambil posisi tidur masing-masing. Dede tidur di paling pojok deket tembok, Mas Abi di tengah dan Ade di bagian terluar tapi tetap dibatasi guling.

Dede mengepalkan tangannya dibalik badan, dan meletakan kepalan tangan itu di tepat dihadapan Mas Abi. Mas Abi yang matanya belum tertutup, terfokus ke tangan itu. "Apa?"

Dede Ceden membuka tangannya dan raut wajah Mas Abi langsung ngga enak. "Itu apa?"

Sayangnya, bukan cuman Mas Abi yang kena dampak dari 'isi tangan' Dede Ceden, namun Ade yang tidur di sebelahnya Mas Abi pun terkena. "Dede kentuuuuuut! Dede bauuuu!!!!"

Dede Ceden langsung membalik badannya dan menghadap ke tembok tanpa merasa bersalah. Dengan posisinya sekarang, ia cekikan. Dua detik kemudian dia berbalik dan sedikit kaget melihat wajah Mas Abi yang sepertinya kesal. Dengan tanpa rasa bersalah dan masih dengan senyuman, Dede mengatakan, "Tadi Mas Abi udah bagi seleal, jadi Dede bagi kentutnya. Kan saling bagi-bagi tuh baguuuuus," ucapnya sambil mengacungkan jempol.

Wajah kesal Mas Abi langsung berubah santai. Otaknya langsung berpikir, hal yang barusan ia terima adalah imbalan dari kebaikannya tadi pagi, jadi dia berpikir berbagi kentut itu adalah hal yang bagus.

"Mas Abi..." panggil Ade Aaron. "Mas Abi ngga bagi-bagi kentut ya?"

Mas Abi menggeleng.

"Kalo di rumah, Abang, Ade sama Dede suka bagi-bagi kentut. Tapi kentut Dede paling bau."

Merasa dituduh kentut paling bau, Dede Ceden dengan setengah tenaga bangun sedikit untuk memukul Ade – karena posisinya ketutupan sama Mas Abi. "Kentut Ade lebih bau."

"Kadaaang. Seringnya kentut Dede lebih bau."

Ceden cemberut. Ia berniat memukul Ade lagi, namun pergerakannya terhenti saat melihat Buyanya membuka pintu.

"Ini pada belom bobo, ya? Kalo pada belom bobo, mending bantuin Buya potong-potong deh." Itu adalah sebuah ancaman yang ngga akan pernah terjadi. Deana tau anak-anaknya cuman hobi makan, main dan tidur, makanya ancaman itu lumayan ampuh untuk buat anak-anaknya pada tidur.

Dengan sigap Dede Ceden langsung pura-pura merem.

Pun diikuti Ade dan Mas Abi yang langsung merem dalam sekejap, namun Ade masih ngomong, "Ade, Dede sama Mas Abi udah bobo Buya."

Deana cekikikan di tempatnya. "Oh ... Udah pada bobo toh," ucapnya. Lalu ia menutup pintu dan membiarkan anak-anak itu bobo siang.

🍡🍡🍡🍡🍡

Heyhooo, gimana part ini? Masih gemesin apa udah bosen nih?

Dear Mocci 2...

Dear Mocci 3...

Dear Sepupunya Mocci ...

🦋05.09.2021🦋
Ta💙

Mocci GangWhere stories live. Discover now