8. Cerita Abang

5.1K 799 63
                                    

Haiiii, HAPPY NEW YEAR WKWKWKK

Aku kembali setelah terakhir update 4 minggu yang lalu, ngga kerasa ya udah lama😂😂 Soalnya kan 2 minggu lalu Natalan, dan 1 minggu lalu Tahun Baru yaa jadi aku liburan hahhah

By the way, sepertinya aku harus bilang ke kalian kalau cerita ini ngga akan panjang. Mungkin 15-20 chapter aja😂🙏

🍡🍡🍡🍡🍡


"Hai Bestie ... Bestie kok bengong, Bestie?" ucap Deana pada si bungsu yang sedang duduk dengan muka cemberut di kasur, tak kurang rambut sebahunya yang acak-acakan karena bergesekkan dengan bantal. Disampingnya ada Ade yang masih tidur siang sambil meluk guling dengan pantat yang ditugingkan menyentuh samping paha Dede.

Deana mencium pipi si bungsu tepat diiler mengeringnya. Bau sih, tapi ya mau gimana, itu kan anaknya. Selanjutnya ia beralih mencium pipi anak tengahnya yang masih sangat pulas, si tengah ini sudah mulai masuk TK jadi dia selalu kecapekan dan tidur siang lebih lama dibandin Dede.

By the way, yang nanyain Mas Abi kemana, Mas Abi, Bapak dan Bundanya sudah pulang ke rumah karena acara seminarnya sudah selesai dan sudah harus masuk kerja lagi. Ngga ada acara pamitan yang berlebihan, cuman anak-anak piyik pada nangis aja. Cuman si Ade ditenangin sama Abang, bobo malemnya dipeluk-peluk sama Abang Daffin supaya sedihnya ngga terlalu berasa. Sedangkan si Dede nangis juga tapi untuk urusan tidur, asal ketemu kasur dan suasana adem aja bisa langsung mimpi anak itu.

Pintu kamar dibuka langsung, menampilkan si sulung dengan seragam putih merahnya dilapisi jaket berwarna abu-abu. "Buya ... Abang so hungry."

Deana memutar leher beserta kepalanya untuk melihat anak sulungnya. "Abang mandi dulu ngga?"

"No. Abang so hungry. Abang eat first," ucap Daffin lalu meletakkan tas sekolahnya di tembok persis di samping pintu. Lalu ia jalan ke kasur yang ada Buya dan para krucil. Ia merentangkan tangan untuk menggendong si bungsu yang masih setengah sadar dari bangun siangnya.

"Gendoood, udah makan belom?" tanya Daffin saat si bungsu sudah digendongannya.

Seperti yang dibilang sebelumnya, kalau nyawa Ceden belum kumpul sepenuhnya, dia langsung menyenderkan kepalanya di pundak sang abang. "Hmmmmh..."

"Heh, bangun dooood, temenin Abang makan ayok!" ucap Daffin sambil berjalan keluar kamar mengekori Buya yang keluar kamar untuk ngambilin makan.

Iya, mereka meninggalkan Ade tidur sendiri karena ingin memberikan waktu istirahat yang cukup, karena kalau ada Abang dan Dede di kamar akan ada potensi berisik dan ganggu tidur siang si Ade. Sedangkan menurut Buya dan Ayahnya, si Ade adalah anak yang lumayan kecapean kalau ketemu orang lain – termasuk temen-temen sekolahnya.

Daffin duduk di salah satu meja kosong di tempat Buya-nya. Sekarang jam dua siang, jam dimana restoran Buya lagi sepi, karena ramenya di jam-jam ibu-ibu nunggu anaknya sekolah, jam makan siang, dan sore waktu ibu-ibu nunggu anak-anaknya main di lapangan depan restoran Buya-nya.

Deana mengambilkan nasi beserta teman-temannya untuk si sulung. Siang ini menu untuk anaknya ada nasi putih, bakwan jagung, sayur asem dan bandeng presto.

"Hai Bestie, Bestie duduk sendiri, Abang mau makan dulu," ucap Deana mendorong kursi ke samping si sulung supaya si bungsu bisa pindah duduk nyender disitu.

Bukannya berpindah, si 'Bestie'-nya Buya ini malah memeluk leher Abangnya dan makin nempel.

"It's okay," ucap Daffin.

By the way Deana manggil Ceden 'Bestie' sejak dua hari yang lalu, karena si Ceden tiba-tiba nangis dan sedikit ngamuk karena untuk pertama kalinya dia denger Ade manggil Ayah dan Abang 'Best Friend', sedangkan dia ngga bisa manggil siapa-siapa dengan panggilan itu. Lalu dia nangis ke Buya, abis itu akhirnya Buya lah yang menawarkan diri untuk manggil si bungsu Bestie supaya berhenti nangis.

"Abang, how was school today?" tanya Deana.

"It was good," jawab Daffin.

"Abang doing good," ucap Ceden sambil memamerkan jempolnya yang kecil tepat ke depan wajah Abangnya.

"Just good? Not great?" tanya Deana penasaran.

"Hmm, it was great, tapi tadi Bu Nadya marah karena banyak yang ngga kumpulin PR," cerita Daffin.

"Bu Nadya itu guru matematika kan ya Bang?" tanya Deana memastikan.

"Eh-em," jawab Daffin sambil mengganggukan kepala.

"Kenapa ngga kumpulin PR? Pada lupa atau susah PR-nya? Tapi Abang kan udah kerjain, kan?" tanya Deana berentet.

Kebetulan sang Abang masih mengunyah makanan, Ceden si anak inisiatif langsung menjawab, "Buya don't bawel-bawel. Abang lagi mam."

Deana memegang bibir bungsunya yang maju-maju, sok membela Abangnya. "Ihhh, si ikut-ikutan anak ini."

Daffin tertawa melihat tingkah Buya dan Dede-nya. "Sebenernya bu guru sama temen-temen pada lupa sama PR-nya, terus tadi Michelle bilang kalau ada PR yang belum dikumpul, jadi bu guru inget dan minta dikumpulin ... eh, ya udah, karena ngga ada yang ngerjain jadi bu guru marah."

"Abang ngga ngerjain juga? Bukannya waktu itu udah Buya temenin pas kerjain PR mat?" Seinget Deana, dia baru-baru ini nemenin anaknya kerjain PR matematika sampe malem banget.

"Abang kerjain, punya Abang dikumpulin akhirnya, tapi kan ibu gurunya tetap marah-marah Buya..." jelas Daffin.

Deana mengelus rambut anaknya yang hitam lebat. "Aduuuh, kasian anak Buya."

"Terus temen-temen yang ngga kumpulin PR, dikasih PR tambahan lagi Buya," cerita Daffin lagi.

"Oh ya? Abang ngga dong?" Deana memastikan. Awas aja kalau anaknya juga dikasih PR tambahan, anaknya kan ngerjain PR sampe malem. Mohon maaf bunda-bunda di rumah, PR sekolah anak jaman sekarang level susahnya beda banget sama PR jaman dia SD.

"Ngga dong kan abang ngerjain," jawab Daffin santai.

"Buyaaa..." suara si Ade pun terdengar memanggil dari tangga.

Deana menoleh ke belakang dan menghampiri si anak tengah, si satu-satunya anak pendiem di depan orang lain kecuali keluarga, bahkan lebih diem dari si sulung. Iya, Daffin kan dulu lumayan pendiem kalau baru ketemu orang, istilahnya 'Daffin panasnya lama', sedangkan kalau Aaron ngga panas-panas.

Deana menggendong Aaron karena seperti biasa, semua anaknya butuh waktu lama untuk full sadar setelah bangun dari tidur siang. Buya mencium pipi Aaron, "Cah lanang Buya udah bangun bobo siang ya."

Aaron mengangguk pelan.

Akhirnya keempatnya duduk di satu meja yang sama. Abang mangku Dede dengan piring yang sudah kosong dihadapannya, tapi si Dede yang udah mulai sadar sama keeadaan sekitar dan siap berulah, sedangkan Buya mangku Ade yang lanjut merem walaupun mereka tau kalau Ade udah ngga tidur lagi.

🍡🍡🍡🍡🍡

Sejauh ini, paling suka karakter siapa diantara Mocci Gang?

Dear Buya...

Dear Mocci 1...

Dear Mocci 2...

Dear Mocci 3...

🦋09.01.2022🦋
Ta💙

Mocci GangWhere stories live. Discover now