Day 18

1.9K 155 12
                                    

Note : jangan lupa vote 😊

🐈🐈🐈

Hari ini, kami belajar di rumah. Ada rapat guru yang memaksa kami harus mengerjakan tumpukan tugas yang besok harus segera di kumpulkan.

Aku mengerang, merasa kesal karena tugasku belum juga selesai-selesai. Lia sampai bergidik ngeri melihat wajahku yang suram seperti kuburan baru.

"Yaa muka kakak kenapa serem begitu? Bikin Lia takut aja!"

"TUGASNYA BANYAK BANGET, GUE KAN PENGEN JALAN-JALAN!!!"

"Buat apa jalan-jalan kalau gak ada yang ngajak? Kakak kan udah putus sama kak Rose."

Aku menatap Lia dengan tatapan mematikan lalu mencubit perutnya hingga dia mengaduh. "ADUH, KAKAK! SAKIT!"

"Kamu jangan ngada-ngada ya kalo ngomong!"

"Akh, sakit bodoh! Ih, kakak ngeselin..!"

Aku mendengus kesal. Sejujurnya, walaupun kami sudah bertemu kemarin dan bahkan sempat bercinta di kamar mandi sekolah.. tetap aja rasanya kurang. Aku tau dia menjaga jarak karena sudah diperingati kakeknya. Aku juga tau dia akan berusaha menunda kepindahannya. Tapi aku tetap cemas, aku takut kakeknya tetap memaksanya pindah ke Aussie.

Dan juga saat di depan umun, kami kembali berpura-pura fak saling kenal. Dia masih bersama Hyeri, berduaan. Hal itu membuatku sangat cemburu walau dia kelihatan gak nyaman saat sama gadis sialan itu.

Aku menidurkan kepalaku ke ujung kasur, menatap langit-langit kamarku, lalu mengigit bibirku sendiri. Rasanya menyakitkan terjebak dalam situasi seperti ini. Aku menutup mata, berdoa pada Tuhan agar Ia tak menjauhkanku dari gadis blonde kesayanganku itu.

.
.

🐿️🐿️🐿️

Rose benar-benar kesal sekarang. Dia tidak pernah tau apa yang akan dilakukan sang kakek. Walaupun ayahnya berkata akan berusaha membatalkan kepindahannya, tapi apa yang benar-benat membuatnya sakit hati.

Kamarnya sudah dibereskan! Tanpa sepengetahuannya! Bahkan sebagian baju-bajunya sudah dimasukan ke dalam kardus, siap di kirim ke luar negeri sesuai dengan keinginan sang kakek.

Saat Rose tanya. Para maids bilang ini murni permintaan langsung dari kakek Park. Karena tak ada yang berani melawan, mau tak mau mereka mulai membereskan barang-barang Rose tanpa izin dari pemiliknya.

Rose menghela nafasnya. Segera mungkin ia menyuruh pelayannya untuk mengembalikan barang-barangnya ke tempat semula. Kakeknya benar-benar sudah keterlaluan. Rose tidak bisa tinggal diam sekarang.

"Nona Rose, kakek anda datang bersama ayah anda. Mereka menunggu nona Rose di ruang tengah."

Rose cuma tersenyum tipis, "katakan pada mereka, aku akan turun lima menit lagi..."

"Baik, nona."

Selama lima menit itu, Rose memantapkan mentalnya untuk menentang sang kakek. Mungkin terkesan jahat dan tak tau diri tapi Rose sudah sering diatur bagaikan boneka sesuai dengan keinginan kakeknya dan dia sudah muak sekarang.

Dia juga manusia, butuh kebebasan untuk berekspresi. Da ingin terus disini, bersama Jennie, walaupun mereka harus saling menjauhi ketika di depan orang lain. Lebih baik, daripada Ia tak dapat melihat wajah gadis kesayangannya sama sekali.

Hh... Rose jadi ingat saat Ia pertama kali jatuh cinta sama Jennie. Saat penerimaan murid baru. Ketika itu gadis bermata kucing itu terlihat sangat dingin sampai Rose aja gak berani deketin dia.

Tapi, saat dia menjadi anggota tenis dan bertanding di sekolahnya. Gadis itu nampak berbeda. Ia terlihat lebih agresif. Namun saat menang, Rose langsung terpesona pada gummy smilenya.

Mungkin semenjak itulah Rose begitu menyukai gadis bermarga Kim itu. Bahkan kini Ia yakin bahwa dirinya telah benar-benar jatuh cinta pada gadis itu. Rose mendesah, kini ia harus menghadapi kenyataan bahwa dirinya tak lagi di masa-masa indah itu. Semuanya berakhir karena kakeknya yang keras kepala dan suka mengatur.

Kini Rose sudah ada di ruang tengah. Dimana sang kakek menyambutnya dengan deheman dan perintah untuk duduk. Ayahnya duduk di samping, di sofa yang berbeda.

"Kakek sudah mengurus semuanya. Kepindahanmu ke Melbourne dan segala yang kau perlukan sudah hampir siap. Tapi, ku dengar dari ayahmu, kau menolaknya."

"Itu benar.." Jawab Rose dengan menunduk, Ia masih belum berani menatap wajah kakeknya.

"Kenapa? Bukankah kau cucu kakek yang selalu menurut? Apa karena gadis bernama Kim Jennie itu?"

Rose mendongak, "Kenapa kakek melibatkannya?"

"Karena semenjak kamu mengenal dia, kamu jadi lupa siapa dirimu. Kau tau bahwa dia adalah anak bawahan kakek, kamu berani mendekatinya?"

"Abeoji..." Ayah Rose berusaha menenangkan kakek Park namun malah membuat sang kakek semakin kesal.

"Diam! Ayah tak bicara padamu, Mason!"

"Kau membuatku malu, asal kau tahu! Mengungkapkan perasaanmu seperti orang bodoh di depan semua orang. Kau ingin membuatku serangan jantung apa bagaimana?!" Kakek Park mendengus, "ku pikir semua itu hanyalah lolucon semata tapi aku lihat kau benar-benar serius mendekatinya!"

"Memangnya kenapa kalau aku dekati dia, kek? Apa ruginya untukku dan untuk mu? Dia gadis baik-baik!"

"Kakek tak sudi kamu bergaul dengan gadis yang statusnya lebih rendah darimu!"

"Semua orang dimata kakek selalu dianggap rendahan!"

"R-Rosie..." Mason mencoba menenangkan anaknya. "Sudahlah, abeoji. Jangan dibahas lagi. Dia sudah bukan anak kecil, dia sudah dewasa! Biarkan dia memilih apa yang menjadi kemauannya!"

"Dan berakhir menjadi sepertimu? Bahkan dirimu saja tak becus menjaga anak semata wayangmu ini, lihat dia! Anak pembangkang!"

"KAKEK JAHAT! ROSE BENCI KAKEK!" Teriak Rose hingga membuat pelayan-pelayan di sekitar mereka terkejut. Nona muda mereka tak pernah berteriak sekeras itu sebelumnya.

"Kau sudah berani meneriaku?! Apa kau tak ingat siapa yang merawatmu saat ayahmu tak ada?!"

"Merawatku?! Hah! Aku bahkan tak ingat kapan terakhir kali kakek menjengukku!"

"Rosie, duduk nak. Tenangkan dirimu.."

Rose benar-benar tak peduli pada omongan ayahnya. Dia menyeka wajahnya dengan kasar. Kakek Park langsung berdiri dan menunjuk cucuk satu-satunya itu dengan kesal.

"Kau akan pindah Australia dalam dua minggu, suka tidak suka, kau pergi kesana!"

"Abeoji!"

Tanpa pamit, Rose langsung lari keluar rumah (mansion) menuju garasi raksasa milik keluarganya. Ia mengambil kunci motor Kawasaki ZX kesayangannya lalu mengendarainya dengan kecepatan tinggi.

Rumah Jennie. Tak disadari disinilah motornya membawanya. Rose menghela nafasnya. Ia tau kepergiannya akan semakin memperkeruh keadaan tapi saat ini Ia sangat memerlukan pelukan hangat gadis mungilnya itu. So here she is now... Rose harap gadisnya itu masih belum tidur.

Tutttt tutttt

"Yeoboseyo...?"

"Sayang udah tidur?"

"Aniya. Wae, hubby?"

"Aku ada di depan rumah kamu."

"MWORAGO??"

Jennie berlari menuju jendela dan menengok keluar, dan ternyata benar saja. Gadis blonde kesayangannya itu tengah berdiri disamping motornya di depan gerbang rumahnya. Aish. Apa yang dilakukan tupai bodoh itu di depan rumahku malam-malam begini? Batin Jennie.

.
.
.
.
.

TBC



Roje minggat 😌

30 Days Of Summer (Chaennie 🔞🔞)✅Where stories live. Discover now